Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari yang baru
Tawa Endri menggelegar di ruang kerja Resta. Resta merasa tidak punya tempat berkeluh kesah lain selain pada Endri, sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya untuk saat ini. Meski resiko curhat dengan Endri adalah mendapat tertawaan penuh ejekan seperti sekarang ini, Resta terima itu. Lelaki itu sering datang mengunjungi Resta, tanpa membuat janji terlebih dahulu. Jika saat dia datang Nadine juga berada di sini, sudah pasti Endri akan langsung pamit karena tidak ingin mengganggu mereka berdua sekaligus melihat kemesraan mereka. Tapi, kali ini Endri bebas masuk, karena Nadine sudah pasti tidak akan datang, sebab wanita itu sedang liburan ke luar negeri.
“Jadi, Nadine maunya lo memilih sekretaris yang gimana?” tanya Endri, setelah Resta bercerita panjang lebar. Sudah lebih dari lima hari, dia belum menemukan sekretaris pengganti. Pekerjaan semakin banyak, dia kesulitan menghandlenya sendiri.
“Yang bisa meyakinkan dia, kalau gue nggak mungkin tergoda sama sekretaris gue sendiri,” ucap Resta, berharap membuka cerita pada Endri bisa menemukan solusi.
“Gue bantu cari?” usul Endri, dia berniat membantu.
“Boleh,” sahut Resta. “Pokoknya yang nggak seksi, nggak cantik, tapi pintar dan bisa bekerja. Gue nggak terlalu mempermasalahkan latar belakangnya sarjana apa, yang penting cepat paham,” jelas Resta lagi.
“Oke, ada.”
Karena dua kata dari Endri barusan, Resta langsung berdiri dari kursi kebesarannya. Menghampiri Endri yang terlihat berpikir.
Kening Resta berkerut, menatap lurus pada Endir yang sedang duduk di sofa. “Ada? lo bahkan belum nyari-“
“Pokoknya ada, besok gue suruh dia temui lo, di sini, kan? Gimana?” Endri meyakinkan, tiba-tiba dia terpikir seseorang yang sedang membutuhkan pekerjaan.
“Boleh, kalau bisa hari ini, lebih bagus lagi-“
“Nggak bisa bro, gue kan harus bicara dan memastikan dulu, sama orangnya.”
Resta mengangguk, “Oke, gue tunggu besok-“
“Tapi, jangan terlalu berharap, kalau dia sudah nemu kerjaan di tempat lain, ya berarti-“
“Tawarkan dulu kerjaan di tempat gue, gue bayar lebih dari gajinya yang biasa,” sahut Resta cepat. Apapun itu akan dia lakukan, yang penting bisa bekerja dengan aman tanpa di usik oleh Nadine, tanpa harus Nadine melakukan video call padanya tiap satu jam sekali hanya untuk memantau apa yang sedang dia lakukan. Hal itu benar-benar memuakkan.
“Hahaha,” Endri tertawa lagi. “Sumpah ya, ini gara-gara cewek lo ribet banget!” ledek Endri.
“Asli, kalau nggak karena utang budi, dari dulu sudah gue putuskan.” tegas Resta dengan nada kesal. Ya memang benar, Resta terlanjur termakan utang budi dengan keluarga Nadine, terutama pada papanya yang kala itu membantu menghidupkan kembali perusahaan milik keluarga Resta yang sedang di ujung kehancuran.
“Intinya gue muak dengan sikapnya,” keluh Resta lagi. Bahkan, ketika Nadine pergi jauh darinya seperti ini, tak ada rasa rindu menggebu dan niat untuk menghubungi duluan. Hidupnya justru aman, tentram tanpa kehadiran Nadine.
“Toxic banget hubungan kalian.” Endri menyimpulkan, “Lama-lama nggak sehat, bukannya makin harmonis, justru sebaliknya,” lanjutnya.
“Benar banget, gue yakin, perasaan gue ke Nadine memudar,” sahut Resta.
“Nggak mau nyoba selingkuh?” Endri kembali tertawa lepas setelah melontarkan pertanyaan konyol itu.
“Sinting lo, enggak lah. Cowok akan hilang harga dirinya kalau sampai ngelakuin itu-“
“kita lihat nanti!” sangkal Endri. “Apakah ucapan lo bisa dipegang? gue yakin, lo cuma belum nemuin seseorang yang tepat aja. Karena terlalu takut dengan Nadine, jadi lo menutup mata seakan-akan perempuan di dunia ini hanya dia.” Endri terus mencoba mengobarkan amarah Resta, dari kejauhan dia menatap Resta yang tengah terdiam, entah sedang memikirkan apa.
***
Jangan lupa dukungannya kakak🙏
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️