NovelToon NovelToon
Tumbal Rahim Ibu

Tumbal Rahim Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Kumpulan Cerita Horror / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:543
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

​"Ibu bilang, anak adalah permata. Tapi di rumah ini, anak adalah mata uang."
​Kirana mengira pulang ke rumah Ibu adalah jalan keluar dari kebangkrutan suaminya. Ia membayangkan persalinan tenang di desa yang asri, dibantu oleh ibunya sendiri yang seorang bidan terpandang. Namun, kedamaian itu hanyalah topeng.
​Di balik senyum Ibu yang tak pernah menua, tersembunyi perjanjian gelap yang menuntut bayaran mahal. Setiap malam Jumat Kliwon, Kirana dipaksa meminum jamu berbau anyir. Perutnya kian membesar, namun bukan hanya bayi yang tumbuh di sana, melainkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lapar.
​Ketika suami Kirana mendadak pergi tanpa kabar dan pintu-pintu rumah mulai terkunci dari luar, Kirana sadar. Ia tidak dipanggil pulang untuk diselamatkan. Ia dipanggil pulang untuk dikorbankan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Surat Kaleng di Bawah Bantal

Kirana melemparkan kunci perak itu ke arah Gendong, dan sementara makhluk itu kebingungan, Kirana berlari ke arah Paviliun Belakang, menuju Surat Kaleng di Bawah Bantal yang mungkin ada di kamar Kakak sulung di sana.

Kunci perak itu mendesis di udara sebelum mendarat di kaki Gendong. Gendong terkejut, mengeluarkan suara melengking yang lebih mirip gesekan paku di papan tulis daripada suara kucing. Makhluk itu tidak menyentuh kunci itu, seolah kunci itu terbuat dari racun.

Nyi Laras menyadari trik Kirana. "Kunci itu untuk peti mati Kakakmu! Jangan bodoh!" teriak Nyi Laras, tetapi ia terhalang oleh Gendong yang kini sibuk menghindari kunci perak tersebut.

Kirana memanfaatkan kekacauan itu. Paviliun Belakang adalah bangunan kecil terpisah yang terhubung ke rumah utama melalui koridor sempit. Ia berlari ke kamar yang ia yakini sebagai kamar Kakak Sulungnya kamar yang bau melati busuk.

Ia menutup pintu kamar dengan keras, lalu menguncinya dari dalam menggunakan palang kayu yang rapuh.

Ia melihat ke ranjang, ranjang kayu kuno yang berkanopi. Ia meraba raba bantal yang sudah menghitam.

Di bawah bantal yang keras dan pengap itu, ia menemukan benda yang dicari: selembar kertas yang tebal dan lusuh, digulung dan diikat dengan pita rambut hitam milik Kakaknya.

Itu bukan surat kaleng, tetapi lebih mirip dokumen tua.

Kirana membukanya dengan tangan gemetar.

Surat Kaleng: Wasit Laksmi (Kakak Sulung)

(Ditulis dengan tinta yang luntur, banyak bagian yang disensor sendiri dengan coretan tebal)

Aku tahu kau akan datang. Ibu selalu menunggu yang ketiga. Aku meninggalkan ini agar kau tidak berakhir seperti aku dan [Nama Kakak Kedua dicoret tebal].

Aku gagal. Bayiku… mereka mengambilnya saat aku masih berdarah. Janin itu diikat. Bukan ke Ibu, tapi ke rumah ini. Gendong Waris bukan hanya nama sekte, itu adalah nama penjaga janin kita. Kucing hitam itu.

Kau harus menghentikan ritual Jamu Kliwon. Ramuan pahit itu bukan untuk bayi, tapi untuk membuat jiwamu lemah agar [Bagian ini dirobek paksa].

Kunci perak yang kau pegang itu jika kau masih memilikinya membuka kotak warisan di bawah lantai Paviliun ini. Di dalamnya ada buku. Buku itu menceritakan semua. Tapi jangan gunakan buku itu untuk melarikan diri. Gunakan untuk melawan.

Lari ke Balai Kambing. Itu bukan nama tempat, itu adalah nama mantra. Mantra yang membuat Waris tidak bisa dicuri. Segera! Mereka sudah tahu kau bangun.

Tangan Kirana gemetar hebat. Jamu Kliwon, Gendong Waris, Mantra Balai Kambing. Semua yang ia alami, semua teror, adalah bagian dari skema yang terorganisir.

Gubrak!

Pintu kamar Paviliun didobrak. Palang kayu itu patah. Nyi Laras berdiri di ambang pintu, wajahnya kini terlihat merah padam, amarahnya meluap. Di belakangnya, Gendong berdiri dengan mata menyala.

"Kau membacanya! Berikan buku harian itu!" Nyi Laras melompat maju, tangannya mencengkeram lengan Kirana. Cengkeraman Nyi Laras dingin dan sekuat baja.

"Aku akan membakar semua yang ada di sini!" ancam Kirana.

"Kau tidak bisa membakar sumpah! Kau tidak bisa membakar darah!" Nyi Laras menampar Kirana sekuat tenaga.

Kirana jatuh tersungkur. Ia merasakan darah mengalir di sudut bibirnya.

"Sekarang, minum ini!" Nyi Laras mengeluarkan botol kaca kecil berisi cairan hitam pekat. "Ini bukan Jamu Kliwon. Ini adalah penenang abadi. Kau akan tidur sampai tiba waktunya kau melahirkan Waris kami!"

Kirana tahu, jika ia meminum itu, ia akan kalah. Ia harus melawan. Ia melihat ke sudut kamar.

Di sana, di antara perabotan tua, ia melihat sepotong besi tua panjang.

Kirana menarik nafas dalam dalam, memegang erat surat wasiat Laksmi.

Ia berteriak sekuat tenaga, bukan teriakan ketakutan, tetapi teriakan perlawanan murni. Ia menendang kaki Nyi Laras, lalu merangkak ke besi tua itu.

"Ini belum selesai, Ibu!"

Kunci Emas di Leher Ibu dan Penemuan Buku Harian Kakak adalah satu satunya jalan keluar Kirana, tetapi Nyi Laras kini telah menguasainya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!