NovelToon NovelToon
Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Gadis Polos Itu Milik Tuan Muda Xavier

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xavier remaja dingin yang hidup dalam keluarga penuh rahasia, dipertemukan dengan Calista—gadis polos yang diam-diam melawan penyakit mematikan. Pertemuan yang tidak di sengaja mengubah hidup mereka. Bagi Calista, Xavier adalah alasan ia tersenyum. Bagi Xavier, Calista adalah satu-satunya cahaya yang mengajarkan arti hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji pada langit

Di bawah langit yang bertabur bintang, Xavier berdiri di tepi balkon. Kedua tangannya terbenam dalam saku celana, sementara tatapannya terarah jauh ke langit malam.

"Mom... aku sendiri bingung, harus kagum atau heran pada Mommy yang begitu hebat menyembunyikan rahasia besar dari Daddy. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak kecewa. Mommy memang luar biasa... hanya saja, kenapa Mommy harus pergi secepat ini..." ucapnya lirih, seakan berbicara pada sang ibu di alam berbeda.

Untuk pertama kalinya, wajahnya dinginnya tak tampak. Malam ini, sebuah senyum hangat menghiasi bibirnya—senyum yang sanggup membuat siapa pun terpana. "Mom... Xavier akan meneruskan D'Angel akan menjadi D'angelo, karena di bawah pimpinan laki-laki, aku berjanji akan membuat Mommy, Opa, dan Oma bangga. Aku akan jadi pimpinan seperti kalian, Mom..." tekad itu kini terpatri dalam hatinya, kuat dan tak tergoyahkan.

"Xavier..."

Xavier menoleh ketika melihat Opa Arya menghampirinya.

"Kamu sedang curhat dengan Mommy, ya?" tanya Opa Arya yang sudah hafal kebiasaan cucunya. Sejak Mommynya meninggal, Xavier selalu berbicara pada langit malam seolah menyampaikan keluh kasihnya pada sang Mommy.

"Iya, Opa," jawab Xavier singkat, wajahnya kembali datar seperti biasa.

"Mommy kamu pasti yakin, kamu bisa menggantikan posisinya," ucap Opa Arya sambil menatap hamparan kota yang berkilau di bawah langit malam. "Dulu, Opa sempat ragu pada kemampuan putri Opa itu. Dia sangat manja... tapi eyang kamu selalu mengingatkan, perempuan tak boleh diremehkan. Sejak saat itu Opa berhenti meremehkannya, dan terbukti, Mommy kamu memang hebat. Kata 'manja' sudah tak ada lagi dalam dirinya." Nada suaranya terdengar bangga saat mengenang putrinya yang mampu menjadi pemimpin di usia muda.

Xavier terdiam sejenak sebelum bertanya, "Tapi... kenapa Mommy bisa menikah dengan Daddy?"

Pertanyaan itu membuat Opa Arya terkekeh miris. "Namanya cinta, Vier. Cinta mengubah segalanya. Awalnya Opa menentang, tidak memberi restu. Tapi kekuatan cinta mereka berdua mampu meruntuhkan tembok yang Opa bangun. Apalagi sikap Leo yang tampak serius saat itu... akhirnya, dengan berat hati, Opa memberikan restu."

Xavier hanya terdiam, mencerna ucapan Opanya.

"Tapi sekarang semua berbeda," lanjut Opa Arya, nada suaranya berubah dingin. "Opa mulai membenci Daddymu sejak dia memilih menikah dengan wanita ular itu."

"Bukan hanya Daddy... aku juga muak dengan wajah pura-pura baiknya," sahut Xavier dengan tatapan tajam.

"Rayuan macam apa yang dia gunakan sampai Daddymu mau menikahinya? Satu bulan setelah istri pertama meninggal, sudah menikah lagi. Dasar brengsek," geram Opa Arya sambil mengepalkan tangannya.

"Mungkin dengan tubuhnya. Dia kan jalang," balas Xavier penuh amarah.

"Bisa jadi..." Opa Arya menarik napas panjang, lalu seolah baru teringat sesuatu. "Oh iya, Opa hampir lupa. Ada hal penting yang harus kamu ingat, Vier. Kamu harus lulus dengan baik di sekolah. Seorang pimpinan harus lebih pintar dari bawahannya. Opa yakin kamu mampu. Kemampuanmu di atas rata-rata, hanya saja selama ini kamu terlalu pandai menyembunyikannya." Tatapan Opa Arya berubah serius. "Semoga kamu mengerti maksud Opa."

Xavier mengangguk mantap, tanda bahwa ia memahami maksud sang Opa.

"Kembali ke kamar sekarang, malam sudah terlalu larut."

"Baik, Opa."

♡♡

Di atas tempat tidurnya, Xavier menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Kata-kata Opa Arya terus bergaung di kepalanya, seakan menolak pergi meski ia sudah mencoba memejamkan mata. "Opa adalah ketua mafia D'Angel... Mommy kamu penerusnya... dan sekarang giliranmu."

Kalimat ini menghantamnya berkali-kali, membuat dadanya terasa sesak. Ia membalikkan tubuh, menutup wajah dengan lengan, namun bayangan masa lalu Mommy dan tatapan tajam Opa Arya tetap menghantuinya. Hidup yang selama ini ia pikir biasa saja, ternyata hanya topeng dari rahasia besar yang diwariskan kepadanya.

Malam ini, di atas ranjang yang biasanya memberi ketenangan, Xavier justru merasa terjebak dalam pusaran takdir yang tak bisa ia hindari.

"Gue harus belajar lebih giat, benar kata Opa... seorang pemimpin gak boleh bodoh." Xavier bangkit, menegakkan tubuhnya. Ucapan Opa Arya kembali berputar di kepalanya, menghantui seakan jadi tuntunan yang tidak bisa ia abaikan.

"Xavier, lo harus bangkit... tunjukkan kekuatan lo," bisiknya pada diri sendiri dengan tekad penuh.

Senyum tipis perlahan muncul di bibirnya. Bayangan Calista dengan senyum polosnya tiba-tiba hadir begitu saja di benaknya.

"Calista..." gumam Xavier lirih. Namun senyuman itu segera berubah menjadi senyum miring, seolah ia tengah merencanakan sesuatu.

Ia meraih ponselnya, mencoba menghubungi Calista. Sudah sejak tadi pesannya tak berbalas.

(Lo kenapa nggak masuk sekolah, bocil?)

(Dasar sok sibuk...)

Pesan itu terkirim hanya tanpa jawaban. Xavier menghela napas panjang, lalu dengan sedikit ragu, ia menekan tombol panggilan.

"Halo, Vier..." suara Calista akhirnya terdengar.

Xavier mengerutkan kening, suaranya terdengar ketus, "Dari mana aja lo? Kenapa nggak masuk sekolah, hah? Pesan gue juga lo nggak balas. Lo seleb, ya?"

"Aku lagi... di luar kota, jadi nggak masuk sekolah. Calista juga bukan seleb, kok, Vier. Tadi ponsel aku dipegang Mama," jawab Calista polos, suaranya terdengar tenang.

"Terus lo ke sekolah kapan?" tanya Xavier cepat.

"Hmm... kapan ya? Kenapa memangnya? Vier rindu sama Calista?" suara lembut itu terdengar menggoda.

Xavier sontak salah tingkah. "Nggak. Pede amat lo."

"Aku kira Vier rindu sama Calista..." balasnya lagi, kali ini terdengar geli.

"Nggak! Oh iya, Mama lo nggak marah gue anterin lo pulang waktu itu?" tanyanya buru-buru mengalihkan topik.

"Nggak..." jawab Calista singkat. Lalu samar-samar terdengar suara Ibunya diseberang, "Calista, minum dulu obat kamu, sayang."

"Vier, udah dulu, ya. Bye-Bye..." Calista buru-buru memutuskan panggilan tanpa menunggu jawaban Xavier.

Xavier terdiam. Ponsel itu masih ia genggam erat, matanya menatap layar yang kini gelap.

"Obat?" gumamnya pelan, alisnya berkerut tajam. Suasana hatinya mendadak berubah. Bayangan senyum polos Calista tadi kini berganti dengan tanda tanya besar yang menusuk pikirannya.

••

"Sayang, kamu lagi nelpon siapa?" tanya Vero sambil meletakkan nampan berisi makanan dan obat di meja samping tempat tidur Calista.

"Xavier, Mah," jawab Calista sambil tersenyum tipis.

"Xavier?" kening Vero berkerut penasaran. "Siapa dia?"

"Teman Calista," ucap Calista santai sambil mulai mengambil sendok.

"Kamu punya teman? Apa dia—"

"Nggak, Mah. Dia nggak pernah ngebully aku," potong Calista cepat, seolah tahu arah pertanyaan ibunya. "Dia baik, suka nolongin aku. Mama juga pernah lihat dia, lho."

"Kapan, Sayang?" tanya Vero, makin penasaran.

"Itu, yang nganterin aku ke mobil pakai payung waktu hujan." jawab Calista sambil menyuap nasi.

"Ohh, jadi itu Xavier... Tapi penampilan dia—"

"Mah, jangan menilai orang dari penampilannya. Banyak kok pejabat rapi, tapi nyatanya koruptor." potong Calista lagi, kali ini dengan nada serius.

"Iya, iya, maaf..." Vero menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedikit malu ditegur putrinya.

Klik. Pintu kamar terbuka. Nathan muncul sambil membawa sebuah kantong besar.

"Papa!" seru Calista dengan mata berbinar.

"Halo, putri cantik papa..." Nathan mendekat, mencium kening Calista penuh sayang. "Papa bawain es krim buah, sehat sudah di approve sama Dokter Rangga." Nathan mengeluarkan kotak es krim hasil dari mesin pembuat es krim khusus yang ia baru beli demi Calista.

"Wah, makasih Papa!" Calista girang bukan main.

"Sama-sama, Sayang. Apapun yang akan papa lakukan untuk putri Papa," balas Nathan lembut.

"Sayang, habisin dulu nasinya, baru boleh makan es krim, ya," ujar Vero menambahkan.

"Siap, Bos!" sahut Calista sambil memberi hormat. Ucapan kocaknya sukses membuat Nathan dan Vero tertawa bersama.

1
kaylla salsabella
la kenapa nenek rose ada di sini
kalea rizuky
entah benci cwek lemah meski penyakitan seenggaknya gk oon
kalea rizuky
moga g sad ending ya Thor benci q novel sad
kaylla salsabella
kok cuman 1 part thor😁😁
Nona Jmn: Aamin! Makasih🫶🥰
total 3 replies
lovly
berharap untuk akhir yang bahagia thor, semangat💪
Nii
👍
kaylla salsabella
lanjut thor
Lisa
wah hebat nih Xavier ntar lg jdi ketuanya mafia D'Angel
Lisa
Nenek koq jahat banget sama cucunya
kaylla salsabella
terimakasih update nya thor😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama kakak🥰🫰
total 1 replies
kaylla salsabella
ayo vier cari tahu calista kenapa gak sekolah
kaylla salsabella
kira papa nathan ada masalah apa
kaylla salsabella
ooo si nenek belum tahu berhadapan sama Xavier🤣🤣🤣
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
Lisa: Amin..
total 1 replies
kaylla salsabella
terimakasih update 3 part😍😍😍
Nona Jmn: Sama-sama☺️ Jangan lupa Vote ya kakak☺️🫰🫶🥰
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut thor
kaylla salsabella
ayo vier datang kasihan calista
kaylla salsabella
alhamdulillah vier mau berubah
kaylla salsabella
semoga calista sembuh
kaylla salsabella
lanjut thor
Nona Jmn: Sama-sama kak, makasih juga sudah sering baca novel aku☺️🥰🫶🫰
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!