NovelToon NovelToon
Rahasia Kakak Ipar

Rahasia Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Konflik etika
Popularitas:464.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Satu malam yang kelam … mengubah segalanya.

Lidya Calista, 23 tahun, gadis polos, yang selama ini hanya bisa mengagumi pria yang mustahil dimilikinya—Arjuna Adiwongso, 32 tahun, suami dari kakaknya sendiri, sekaligus bos di kantornya—tak pernah membayangkan hidupnya akan hancur dalam sekejap. Sebuah jebakan licik dalam permainan bisnis menyeretnya ke ranjang yang salah, merenggut kehormatannya, dan meninggalkan luka yang tak bisa ia sembuhkan.

Arjuna Adiwongso, lelaki berkuasa yang terbiasa mengendalikan segalanya. Ia meminta adik iparnya untuk menyimpan rahasia satu malam, demi rumah tangganya dengan Eliza—kakaknya Lidya. Bahkan, ia memberikan sejumlah uang tutup mulut. Tanpa Arjuna sadari, hati Lidya semakin sakit, walau ia tidak akan pernah minta pertanggung jawaban pada kakak iparnya.

Akhirnya, gadis itu memilih untuk berhenti kerja, dan menjauh pergi dari keluarga, demi menjaga dirinya sendiri. Namun, siapa sangka kepergiannya membawa rahasia besar milik kakak iparnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Tugas Kakak Ipar

“Mmm, tempat Kak Arjun bukanlah di sini. Aku tidak tahu alasan apa yang membuat Kak Arjun tiba-tiba datang ke sini. Tolong ... jangan buat masalah kita semakin runyam dengan tingkah Kak Arjun yang tak biasa. Pulanglah, jangan perhatian padaku. Aku tidak membutuhkannya.”

Arjuna tak menjawab. Ia hanya memandangi wajah Lidya yang memucat, lalu perlahan melepaskan genggaman tangannya.

“Istirahatlah,” ucapnya pelan. “Kamu jangan terlalu overthinking kenapa aku bisa ke sini. Aku tadi mengantarkan titipan dari Eliza buat Mama. Dan Mama bilang kamu lagi sakit.” Lagi dan lagi Arjuna berdusta.

Saat Arjuna melangkah keluar kamar, pandangannya masih terbayang wajah Lidya yang lemah—dan kalimatnya barusan terus terngiang.

Jangan perhatian padaku, aku tidak membutuhkannya.

Dan untuk pertama kalinya malam itu, Arjuna menyadari bahwa jarak di antara mereka bukan hanya salah — tapi juga semakin sulit untuk dijaga.

Dari lantai bawah, Mama Riri memanggil lagi, tapi Arjuna belum bergerak. Ia berdiri di tengah tangga, memandang ke arah kamar di atas dengan tatapan kosong. Entah bagaimana, perasaan bersalah dan sesuatu yang lain—yang tak boleh ia rasakan—mulai menyatu menjadi satu hal berbahaya di dadanya.

Dan di kamar atas, Lidya menggigil dalam tidurnya. Di antara demam dan mimpinya yang kacau, ia seakan mendengar suara itu lagi.

Suara Arjuna memanggil namanya.

***

Beberapa menit kemudian.

“Ma, aku panggil dokter aja, ya.”

Suara Arjuna terdengar rendah namun mantap di antara heningnya kamar. Ia berdiri di sisi ranjang, menatap Lidya yang masih terbaring dengan wajah pucat.

Mama Riri menoleh cepat, kaget. “Dokter? Nggak usah repot, Arjun. Mama bisa—”

“Biar aku yang urus, Ma.” Nada Arjuna tenang, tapi matanya tajam dan serius. “Dokter keluargaku bisa datang cepat. Nggak apa-apa, ya, Ma?”

Mama Riri sempat ragu, tapi melihat wajah Arjuna yang bersungguh-sungguh, akhirnya ia mengangguk. “Ya sudah, kalau kamu maunya begitu.”

Arjuna segera melangkah keluar kamar, mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Dok, tolong ke rumah mertuaku, sekarang. Adik istri saya demam tinggi. Saya kirim alamatnya.”

Suara di seberang menjawab cepat, “Baik, Tuan Arjuna. Saya berangkat sekarang.”

Begitu sambungan terputus, Arjuna menarik napas panjang. Tangannya dingin, entah kenapa. Mungkin karena udara AC, atau karena jantungnya berdetak tak karuan sejak tadi.

Setengah jam kemudian, bel rumah berbunyi.

Dokter Rinto datang membawa tas medis kecil, disambut oleh Arjuna di teras. “Malam, Dok. Terima kasih sudah cepat datang.”

“Sama-sama, Tuan. Mana pasiennya?”

“Di atas. Adik ipar saya,” jawab Arjuna sambil menuntun dokter menaiki tangga.

Saat mereka masuk ke kamar, Lidya masih terbaring. Wajahnya sedikit memerah, keringat membasahi pelipis. Mama Riri berdiri di sisi ranjang dengan handuk di tangan.

“Ini, Dok. Anak saya,” ucapnya cepat.

Dokter Rinto mendekat, menyalakan senter kecil dan memeriksa suhu tubuh Lidya, lalu meraba denyut nadinya. “Panasnya memang cukup tinggi,” gumamnya. “Tapi tidak ada gejala lain yang berbahaya. Mungkin kelelahan berat atau kurang tidur.”

Ia menatap Arjuna sekilas. “Dia baru pulang dari perjalanan jauh?”

“Ya,” jawab Arjuna singkat. “Tadi pagi dari Yogya.”

Dokter mengangguk pelan. “Wajar kalau tubuhnya drop. Ini saya kasih obat penurun panas dan vitamin penguat daya tahan. Kalau besok belum turun, baru kita cek darahnya.”

Mama Riri tampak lega. “Syukurlah bukan apa-apa. Terima kasih, Dok.”

Sementara Arjuna berdiri di dekat jendela, tangan dimasukkan ke saku, pandangannya tak lepas dari Lidya. Dalam diamnya yang dingin, ada sesuatu yang tak bisa ia sembunyikan — rasa cemas yang menekan di dada.

Lidya membuka mata perlahan. Pandangannya bertemu sekilas dengan Arjuna.

“Kak.” Suaranya pelan, serak. “Maaf, udah ngerepotin.”

Arjuna menatapnya sebentar. “Nggak usah minta maaf. Istirahat aja.”

Nada suaranya datar, tapi jemarinya tampak mengepal halus di samping tubuhnya — tanda ia sedang menahan sesuatu.

Lidya mencoba tersenyum, namun wajahnya tetap lemah. “Terima kasih udah panggil dokter.”

“Sudah tugas kakak ipar,” jawab Arjuna dingin, berusaha menjaga jarak dengan kata-kata formal yang terasa kaku bahkan di telinganya sendiri.

Mama Riri menoleh pada Arjuna. “Kamu minum dulu, Arjun. Mama buatkan teh.”

Arjuna tersenyum sopan. “Nggak usah repot, Ma. Aku juga harus pulang. Eliza belum tahu kalau aku ke sini.”

“Oh, begitu,” ujar Mama Riri sedikit terkejut. “Ya sudah, hati-hati di jalan, ya. Sampaikan salam buat Eliza.”

Arjuna mengangguk, lalu menatap sekali lagi ke arah ranjang. Lidya sudah memejamkan mata lagi, napasnya sedikit lebih teratur.

Namun di balik keheningan itu, Arjuna tahu — sesuatu di dalam dirinya sudah berubah.

Ia tak seharusnya merasa lega seperti ini.

Ia tak seharusnya begitu khawatir.

Tapi kenyataan, justru itulah yang terjadi.

***

Keesokan paginya.

Matahari baru naik ketika suara bel terdengar di mansion keluarga Adiwongso. Dari arah dapur, suara Eliza terdengar setengah malas, “Siapa sih pagi-pagi gini udah bertamu?”

Tak lama, Dini — salah satu maid — datang tergopoh. “Bu, tamunya Ibu Hanum, Nyonya Besar.”

Eliza mendengus pelan. Ia melirik ke arah ruang tamu, memasang senyum tipis yang jelas dipaksakan. “Suruh masuk aja, Din.”

Mama Hanum melangkah masuk dengan langkah anggun. Di tangannya ada dua kotak besar berisi makanan — nasi uduk dan sate ayam kesukaan Arjuna.

“Assalamu’alaikum,” sapanya cerah. “Pagi-pagi Mama kangen sama anak.”

Arjuna yang baru turun dari lantai atas langsung tersenyum, “Wa’alaikum salam, Ma. Wah, bawa apa nih?”

“Ini sarapan buat kalian. Mama masak sendiri,” jawabnya bangga.

Eliza tertawa kecil, pura-pura hangat. “Wah, Makasih, Ma. Harum banget. Padahal, Bik Surti udah masak buat kami di sini, Ma.” Namun matanya dingin, terselip rasa kesal yang tak bisa ia sembunyikan. Setiap kali Mama Hanum datang, selalu saja ada pembahasan yang membuatnya tak nyaman.

Mereka bertiga duduk di meja makan. Aroma nasi uduk dan sate memenuhi ruangan. Arjuna tampak menikmati dengan lahap, seolah pagi itu berjalan normal.

Namun di sela-sela sendok yang baru diletakkan, Mama Hanum berkata santai, “Mama kemarin ngobrol sama Bu Retno, dokter kandungan di RS Brawijaya. Katanya sekarang banyak program bayi tabung yang berhasil. Kamu tahu kan, Mama udah lama merindukan kehadiran cucu, keturunan keluarga Adiwongso.”

Eliza menghentikan gerakan tangannya. Napasnya perlahan, tapi matanya menegang.

“Ma … kita udah pernah bahas ini,” katanya pelan.

Mama Hanum tersenyum lembut tapi tegas. “Iya, tapi udah empat tahun, El. Masa kalian nggak juga dikasih kabar gembira? Arjuna, kamu setuju kan kalau Mama bantu carikan dokter terbaik?”

Bersambung ... ✍️

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Esther Lestari
sudah 3 tahun saja Lidya pergi dari Arjuna.
Dan sekarang sudah hadir 2 jagoan kembar, hanya mama Riri dan orangtua Juna yang tahu.
Kimo Miko
penyelidikan arjun tentang lidya gak berhasilkah. waduh jika arjuna tahu bahwa dia punya anak kembar pasti sueneng banget , tapi juga pasti ada marahnya sebab tidak dikasih tahu kebenarannys
aliifa afida
semoga segera bertemu arjuna dan lidya... udah 3 thn loh.. lama ituuu...
Esther Lestari
mewek lagi saya.
Orangtua Arjuna begitu bijaksana menanggapi kehamilan Lidya.
aliifa afida
cepetnya mom... udah 3thn ajaaa😄😄
Rieya Yanie
dah 3 tahun aja ni..
arjuna dah pnya anak kembar kasian tanpa dia tahu
Esther Lestari
Akhirnya mama Hanum tanpa banyak tanya tahu kalau Lidya hamil karena Arjuna.
Berat beban yang kamu tanggung selama ini Lidya
Manis
zuri aja manggilnya Thor, jangan azu.
Aqella Lindi
lanjut mommy,semangat nunngu ny
Aqella Lindi
ya allah akhir ny ketemu,semangat lidya orang tua arjuna sangat baik,eliza aja gk bersukur dpt mertua kyak be gini
@Arliey🌪️🌪️
kasian arjuna mencari cinta 3 tahun dia sengsara🤣🤣
Wiek Soen
mommy sdh 3th aja ... semoga saja si kembar ketemu bpknya 🥺
Noor hidayati
juna anaknya kembar,kalau juna tahu sudah punya anak pastinya akan sangat bahagia sekali
Oma Gavin
waduh sudah gede aja ini si kembar congratulation lidya hidupmu penuh warna dgn azzam dan azzuri mungkin sudah saatnya arjuna tahu keberadaan lidya dan di kembar hidup arjuna sudah ngga bermakna hanya melanjutkan hidup dgn kerja
cilla
kasiaaaan bang Arjuna udah punya anak kembar lagi tp masih belum tau apa2 meskipun rasa kehilangan ada tp dalam sebuah kebingungan dan kebimbangan 😭😭😭😭 semoga cepet ketemu papa ya twins kasian tuh si papa gegana kasian kan bang duda satu itu
Wiek Soen
Lydia aq sampai ikut 😭😭😭😭
Mimie
buset dah mommy ga tanggung2 ngasi hukuman sm juned , sampe brojol si kembar , kasian atuh mom si juned nya , kayak zombie ganteng dong dia slma ini
Neaaaa(ʘᴗʘ✿)o(〃^▽^〃)o
wiiih makin seru... jdi lidya.. siap gak siap harus siap yaa buat ketemu sama juna, gak sabr ketemu kembali.. bakal gimana yg nnt mrk pas ketemu, trus juna bakal shock kayak nyaa trus sedikit ada ngambek² nya gak yaa? 🙈😁😁. makasih mommy udah crazy up nya banyak.. 🥰🥰🥰
Irma Windiarti
/Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!