NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Bekal makan siang untuk Erza

Mentari tengah tergelincir, menyinari ruang kantor dengan kehangatan yang menenangkan. Sellina, dengan senyum cerah, membuka kotak bekalnya, aroma menggugah selera langsung menyeruak. Namun, matanya tak sengaja menangkap sosok Erza yang masih setia di depan setumpukan berkas, wajahnya ditekuk dalam keseriusan.

Dengan langkah ringan, Sellina membawa bekalnya mendekat.

"Tok! Tok!"

Suara ketukan lembut itu membuyarkan fokus Erza. Ia menoleh, tatapannya bertemu dengan Sellina.

"Pak Erza gak makan siang?" tanya Sellina dengan nada khawatir. "Makanan tadi pagi juga gak Bapak sentuh."

Erza hanya menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangannya. "Pergilah makan siang. Gak usah hiraukan aku, Sellina."

Sellina mengerutkan kening. "Tapi bagaimana saya bisa pergi makan kalau Pak Erza masih kerja? Apa Bapak mau saya pesankan sesuatu?"

Erza terdiam sejenak, lalu menghela napas. Ia mematikan komputernya, memberikan seluruh perhatiannya pada Sellina. "Aku lagi malas makan, Sellina. Gak selera."

Namun, mata Erza tiba-tiba terpaku pada kotak bekal di tangan Sellina. "Apa yang kau bawa? Bekal? Kenapa repot-repot bawa bekal, di hotel ini kan ada Cafetaria tempat makan khusus karyawan."

Sellina mendekat, membuka kotak bekalnya, memperlihatkan isinya dengan bangga. "Saya memang biasa bawa bekal sendiri, Pak. Soalnya saya lebih suka makan makanan yang saya masak sendiri, karena sesuai dengan selera saya."

Erza mengerutkan kening, rasa penasaran terpancar jelas di wajahnya. Ia mengamati isi bekal itu dengan seksama. "Apa itu? Aromanya kok beda. Kayaknya aku gak pernah cium aroma ini sebelumnya."

Sellina tertawa kecil, melihat ekspresi bingung atasannya. "Mungkin Bapak memang belum pernah makan, karena Bapak biasa makan makanan luar. Ini makanan khas daerah saya, Pak. Namanya nasi tutug oncom, makanan khas Sunda."

Sellina, sebagai seorang wanita Sunda asli, tentu sangat memahami seluk-beluk masakan tradisional daerahnya. Dulu, ia sering memasak nasi tutug oncom saat awal-awal pernikahannya dengan Tristan, berharap suaminya akan menyukainya. Namun, ternyata seleranya berbeda.

Sejak saat itu ia mulai jarang memasak masakan daerahnya dan lebih memilih untuk memanjakan selera suami dan Reykha. Namun sekarang ia tak sudi melakukan itu lagi.

Makanya sekarang Sellina selalu membawa bekal masakannya sendiri ke kantor, memanjakan lidahnya dengan cita rasa yang ia rindukan. Makanan yang tak hanya mengisi perut, tapi juga mengobati kerinduan akan kampung halaman.

Mata Erza masih terpaku pada nasi tutug oncom di dalam kotak bekal Sellina. Aroma gurih oncom bercampur nasi hangat benar-benar menggugah seleranya. "Kelihatannya enak," gumamnya pelan.

Sellina tersenyum, menyadari ketertarikan atasannya. "Mau coba, Pak? Siapa tahu Bapak suka."

Tanpa menunggu jawaban, ia menyodorkan kotak bekalnya, menawarkan Erza untuk mencicipi masakannya.

Erza tertegun sejenak. Ia menatap Sellina, lalu beralih pada kotak bekal yang terulur di hadapannya. Ada keraguan di matanya, namun rasa penasaran mengalahkan segalanya. Perlahan, ia mengambil kotak bekal itu.

"Jangan sungkan, Pak. Anggap saja lagi di rumah sendiri," ucap Sellina, senyumnya semakin merekah.

Erza membuka kotak bekal itu lebih lebar, aroma nasi tutug oncom semakin kuat menusuk indra penciumannya. Ia mengambil sedikit nasi dengan ujung sendok, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Matanya terpejam sejenak, menikmati setiap rasa yang menyatu di lidahnya.

"Enak," gumamnya pelan, namun terdengar tulus. "Rasanya unik, gak seperti makanan yang biasa aku makan."

Sellina tertawa kecil. "Itulah kenapa saya suka bawa bekal sendiri, Pak. Bisa makan makanan yang sesuai dengan selera saya."

Erza kembali mencicipi nasi tutug oncom itu, kali ini lebih banyak. Ia merasakan kehangatan menjalar di dalam dirinya, bukan hanya karena rasa nasi tutug oncom, tapi juga karena perhatian tulus dari Sellina.

"Makasih, Sellina," ucapnya, menatap Sellina dengan tatapan yang berbeda.

Sellina tersenyum, hatinya menghangat melihat Erza menikmati masakannya. "Sama-sama, Pak. Semoga Bapak jadi semangat lagi kerjanya."

Erza membawa kotak makan siang itu ke sofa, mencari posisi ternyaman untuk menikmati hidangan itu.

Setiap suapan nasi tutug oncom seolah membangkitkan seleranya. Lidahnya berdansa dengan rasa gurih oncom, aroma nasi hangat, dan sentuhan bumbu khas Sunda yang memikat.

Selama ini, Erza terbiasa dengan hidangan mewah dari berbagai belahan dunia. Restoran bintang lima, koki ternama, semua sudah pernah ia coba. Namun, baru kali ini ia merasakan sensasi berbeda. Masakan sederhana ini mampu menyentuh relung hatinya yang paling dalam.

Tanpa sadar, kotak bekal Sellina hampir tandas. Erza tersentak, lalu mendongak menatap Sellina yang berdiri tak jauh darinya. Rasa bersalah menyergapnya. "Apa kau mau makan bareng? Maaf, aku sudah menghabiskan bekalmu."

Sellina tersenyum lembut, menggeleng pelan. "Silakan dihabiskan saja, Pak. Saya masih ada kok."

Erza menatap Sellina dengan tatapan memohon. "Besok kau bawa bekal lagi, kan? Kau tidak keberatan kan kalau aku ingin mencicipi masakanmu lagi? Bukannya apa, hanya saja aku bosan dengan makanan di hotel ini."

Mata Erza berbinar, seolah memohon persetujuan Sellina.

Sellina mengangguk mantap, senyumnya mengembang tulus. "Tentu saja, Pak. Besok saya akan buatkan khusus untuk Pak Erza."

Dalam hatinya, Sellina merasa berbunga-bunga. Ini adalah kali pertama ada orang yang benar-benar menghargai masakannya, selain keluarganya sendiri. Bahkan, suaminya pun tidak pernah memberikan reaksi seantusias ini.

Perlahan, Sellina mulai melihat sisi lain dari diri Erza. Di balik sikapnya yang terkadang menyebalkan dan terkesan angkuh, tersimpan perhatian yang nyata. Di balik keusilannya yang seringkali membuatnya menggeleng kepala, ada hati yang tulus dan menghargai dirinya.

Sellina merasa dihargai sebagai seorang wanita, sebagai seorang juru masak, dan sebagai seorang manusia. Ia merasa nyaman berada di dekat Erza, meskipun terkadang jantungnya berdegup kencang karena sikapnya yang sulit ditebak.

Dalam hati, Sellina berharap ia bisa terus bekerja bersama Erza. Ia ingin terus memberikan yang terbaik, mendapatkan kesan baik, dan yang terpenting, mendapatkan penghasilan yang cukup untuk membantu biaya kuliah adiknya dan pengobatan uminya.

Erza, dengan segala keunikannya, telah menjadi bagian penting dalam hidup Sellina, seorang atasan yang diam-diam ia kagumi.

Usai Erza menghabiskan makan siangnya, Sellina pergi ke Cafetaria hotel khusus karyawan.

Perutnya sudah berbunyi nyaring, mengingatkannya bahwa bekalnya telah ludes disantap oleh sang atasan. Namun, Sellina tidak merasa kecewa. Justru hatinya dipenuhi kebahagiaan karena berhasil membuat Erza mau makan.

Dengan langkah ringan, Sellina memasuki lift. Pintu lift terbuka di lantai dasar, dan Sellina melangkah keluar. Tanpa disadarinya, sepasang mata tengah mengamatinya dari kejauhan.

Reykha, yang kebetulan berada di hotel itu, terkejut melihat sosok Sellina. Ia baru tahu ternyata Sellina bekerja di hotel terbesar di kota ini.

Rasa penasaran dan keinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang Sellina mendorongnya untuk bertindak.

Perlahan, Reykha mulai mengikuti Sellina dari belakang. Ia menjaga jarak, berusaha untuk tidak mencolok.

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!