Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.
Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.
Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.
Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 (Asing)
"Bagaimana jika aku menolak?" tanya Ethan ketika matahari perlahan tenggelam, bias cahayanya menerpa tubuh mereka hangat. Namun, isi hati terasa membeku.
"Aku-"
"Ayo, kita pulang." Ethan menolak untuk mendengarkan. Ia beranjak bangun dan kembali melangkah menuju motor trail yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berada.
Helm sudah terpasang sempurna membungkus kepala Ethan. Menunggu Sienna datang menghampiri tanpa mengatakan apapun. Saat gadis itu mendekat lalu membantu Ethan memakai jaketnya . Kedua mata mereka bertemu pandang dalam diam.
Ethan lantas balik membantu Sienna memakai helmnya. Lalu membantu Sienna naik ke atas motor barulah ia naik setelah itu.
"Pegangan...," pinta Ethan pelan. Sienna hanya bisa menurut, berpegangan dengan canggung sampai Ethan menariknya lebih dekat lagi. "Peluk yang erat atau kamu akan terjatuh."
"Iya."
Motor melaju menembus gelap pepohonan rindang yang berjejer rapat, menuruni perbukitan menuju jalan setapak yang seharusnya mereka lewati sejak awal.
Saat tiba di barak militer. Teman-teman Ethan sudah menunggu dengan raut wajah cemas begitu pun dengan kedua pengawal Sienna.
"Kenapa kalian baru tiba sekarang? Aku pikir kalian diculik para pemberontak," tanya Iyan. Raut wajahnya terlihat khawatir begitu pun dengan Gion dan Harry.
Sementara itu kedua pengawal Sienna, Kinan dan Rima juga sama khawatirnya. Mereka langsung mengecek keadaan Sienna begitu turun dari atas motor.
"Kenapa lama sekali? Anda baik-baik saja, Nona?" tanya Kinan khawatir.
"Kami hanya beristirahat sejenak di atas bukit," jawab Sienna tersenyum lembut. "Tenang saja, Ethan menjagaku dengan sangat baik."
Ada semburat lega dari raut wajah Kinan dan Rima.
"Kami tiba sudah sejak tiga jam yang lalu saat Anda dan kapten Ethan tiba-tiba saja menghilang," jelas Rima. Gadis berambut pendek dengan kulit kecoklatan itu menggeleng sedikit kesal. "Mentang-mentang pengantin baru, bisa-bisa kami ditinggal di tengah antah-berantah. Untung saja tidak lama setelah itu ada yang datang menjemput, jika tidak mungkin kami sudah disantap hewan buas."
"Jangan berlebihan," tegur Kinan. Rima memang masih muda, pangkat gadis itu belum setara dengannya, tapi Sienna yang memilihnya sendiri karena kepribadiannya yang ceplas-ceplos.
"Sungguh, tadi aku mendengar suara babi hutan."
"Benarkah?" Sienna terkejut bukan main. Rima dan Kinan mengangguk pelan.
Sienna langsung menghampiri Ethan yang masih berkumpul dengan teman-temannya.
"Dasar kejam!" Sienna tidak sungkan memukul lengan Ethan dengan helm.
Sontak perbuatannya membuat Iyan, Gion serta Harry tercengang.
"Ada apa denganmu? Kenapa kamu tiba-tiba marah?" tanya Ethan bingung.
"Kinan dan Rima bilang mereka mendengar suara babi hutan saat kamu meninggalkan mereka di belakang. Bagaimana jika mereka benar-benar diserang oleh babi hutan tadi? Dasar kejam!"
"Mereka tidak akan mati jika hanya sekedar menghadapi babi hutan. Tas mereka penuh dengan senjata, Tuan putri."
"Benar begitu?" tanya Sienna pada Kinan dan Rima. Mereka lantas mengangguk.
"Te-tetap saja... bagaimana jika mereka tersesat?" Sienna masih tidak mau mengalah. Terlanjur malu atas ocehan sebelumnya.
"Tidak mungkin, mereka sudah tahu jalurnya bahkan sebelum kita berangkat," jawab Ethan sekali lagi.
"Benar begitu?" tanya Sienna menoleh ke arah kedua pengawal pribadinya. Mereka mengangguk malu sekali lagi.
Kedua mata Sienna seketika menyipit. Mereka sengaja mengadu hanya agar ia memarahi Ethan. Dasar!
"Awas kalian," gumam Sienna pelan mengancam. Kedua pengawalnya lantas memilih kabur menuju kediaman mereka saat itu juga.
"Kami tiba lima belas menit setelah kalian pergi. Kapten Ethan tidak mungkin bertindak gegabah dan lagi dia bukanlah laki-laki kejam seperti apa yang Anda katakan, Nona," jelas Gion.
Sienna akhirnya bungkam. "Maaf...," cicitnya pelan. "Apa sakit?" tanya Sienna seraya mengusap-usap lengan Ethan.
"Sakit," jawab Ethan sengaja meski pukulan Sienna sama sekali tidak melukainya.
"Jangan marah...," bujuk Sienna memasang raut wajah memelas.
Ketiga sahabat Ethan menunggu, bagaimana sang kapten akan merespon nada manja istrinya dan tanpa terduga Ethan langsung mengampuninya begitu saja.
Satu anggukan santai, "Pergilah istirahat lebih dulu. Aku akan menyusul nanti."
"Jangan terlalu lama, kamu belum makan."
"Aku akan kembali setelah urusanku selesai. Jangan tunggu aku... kamu makan lah lebih dulu."
Sienna mengangguk mengerti. Ia menatap satu-persatu wajah Sabahat Ethan. Mereka semua memiliki paras yang tampan tanpa sadar membuat Sienna tersenyum.
Senyuman yang langsung membuat Iyan, Gion dan Harry saling memandang kikuk.
"Apa yang menarik dari mereka?" tanya Ethan tidak senang. Istrinya jelas membuat ketiga sahabatnya salah tingkah.
"Aku hanya berpikir, mereka cukup tampan. Mungkin salah satu dari mereka akan cocok dengan Kinan atau Rima. Bagaimana menurutmu?"
"Jangan atur jodoh mereka."
"Aku tidak akan memaksa, tapi jika mereka tertarik, hubungi saja aku. Ok?"
Sienna kemudian berlari kecil menuju kediaman yang telah dipersiapkan untuknya, di antar oleh seorang prajurit. Namun, langkahnya perlahan melambat saat seorang wanita mengenakan jubah dokter terlihat berlari kencang di lorong terbuka dan melewatinya begitu saja.
Sienna berpikir mungkin ada pasien darurat, ia lantas menoleh, tapi ternyata dokter itu bukan sedang menjemput pasien melainkan menyambut kedatangan Ethan.
Siren memeluk tubuh Ethan dengan sangat erat sambil menangis, menciptakan ketegangan yang menggantung di udara saat Ethan berdiri terpaku sementara Sienna menatapnya di ujung lorong.
"Aku pikir kamu tidak akan pernah kembali lagi."
Napas Siren terengah-engah, degup jantungnya tidak beraturan, tapi yang paling membuatnya terusik adalah sikap Ethan yang hanya berdiri mematung tanpa membalas pelukannya.
Begitu dingin, seolah mereka asing.
Perlahan Siren melepaskan pelukannya. Penolakan ini menyakiti hatinya sekali lagi. Ethan bahkan tidak menatapnya. Sorot matanya lurus ke arah Sienna yang masih berdiri diujung lorong.
"Eth...," panggil Siren lirih. Ia menarik jaket Ethan, berharap laki-laki itu akan menatapnya, tapi saat Sienna melangkah pergi, Ethan langsung menyusul tanpa menjelaskan.
"Ethan!" panggil Siren cukup kencang untuk membuat semua orang yang berada di sekitar mereka menoleh, begitu pun dengan langkah kaki Ethan yang perlahan terhenti.
"Apa sudah tidak ada sedikitpun rasa untukku?" tanya Siren mendekat.
"Kenapa kamu begitu mudah melepaskanku?" Siren menangis lagi, menyandarkan kepalanya di pada bahu Ethan sambil memukul-mukul punggungnya pelan.
"Kenapa begitu mudah melupakanku, Eth?" Tangis Siren lirih. "Kemana cinta yang selama ini kamu sebut-sebut?"
Ethan menarik napas dalam. Sesak. Mendengar tangisan Siren membuat seluruh hatinya remuk. Namun, ia juga tidak ingin memberikan harapan palsu pada Siren disaat ia tidak mungkin mengkhianati Sienna.
"Maafkan aku, Siren...," tutur Ethan pelan.
"Aku tidak butuh maaf itu, Eth... yang aku aku butuhkan adalah kamu."
Lirih. Sakit menerkam hati. Cinta itu tidak pergi hanya dalam semalam, tapi status dan janji mengikat... memaksa Ethan untuk menjauh, meninggalkan kekasih.
Ethan akhirnya berbalik. Ia menyeka air mata Siren lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Itu adalah gelang pemberian Siren yang telah putus. Ia sengaja memungutnya kembali dari tempat sampah di kamar Sienna semalam.
"Sudah berakhir."
Terlihat jelas walau tidak menangis, sedalam apa luka yang Ethan rasakan. Tangan laki-laki yang biasa menggenggam senjata itu gemetar saat mengembalikan gelang pemberian Siren.
"Hubungan kita, aku tidak mampu mempertahankannya."
Hening. Semua orang yang berada di sana tahu kisah cinta mereka. Sang kapten dan dokter cantik yang hubungan asmaranya selalu membuat decak kagum sekaligus iri, tapi hubungan itu telah kandas sekarang.
"Kamu boleh membenciku dalam bentuk apa pun, semua salahku. Sekali lagi, aku minta maaf, dokter Siren."
Dingin. Tidak ada kehangatan yang ditunjukkan walau secuil. Tanpa bujukan, tanpa rayuan. Ethan seolah menegaskan jika hubungan di antara mereka tidak akan pernah bisa kembali seperti sebelumnya.
Laki-laki itu melangkah menjauh tanpa menoleh, meninggalkan masa lalunya dibelakang.
Pada akhirnya Siren hanya mampu menangis pedih. Semua orang menatapnya kasihan termasuk ketiga sahabat Ethan. Mereka perlahan mendekat. Iyan membiarkan dadanya menjadi sandaran. Entah ia harus bahagia atau justru turut merasa sakit. Ia bisa memiliki Siren sekarang, tapi luka gadis itu entah apa mampu ia sembuhkan.
"Aku tidak bisa menerimanya. Dia tidak berhak meninggalkan aku dengan cara begini."
Perlahan Iyan menepuk-nepuk punggung Siren. Siapapun tahu jika mereka sahabat sejak kecil pun dengan Harry dan Gion, mereka turut merasakan kepedihan atas perpisahan Ethan dan juga Siren. Bagaimanapun mereka sudah mengganggap Siren layaknya kakak ipar, tidak pernah terbayangkan waktu-waktu yang mereka lewati bersama bagai keluarga harus berakhir hanya karena seorang wanita dari kalangan atas yang tiba-tiba saja mendobrak masuk.
Mereka bertiga yakin, ada yang janggal dari pernikahan Ethan dan Sienna yang terkesan mendadak, berita yang di blow up sedemikian rupa seakan kedua pasangan suami-istri itu menikah karena takdir, karena cinta yang tidak terpisahkan, tapi baik Iyan, Harry maupun Gion lebih tau sebesar apa cinta sang kapten pada kekasihnya, Siren.
"Sepertinya mereka menikah karena politik," duga Gion setelah mengantarkan Siren ke ruangan pribadi gadis itu.
Iyan dan Harry mengangguk pelan. Setuju atas dugaan itu.
"Kita tunggu saja, Ethan tidak pernah merahasiakan apapun dari kita, kan? Dia jelas sangat bersemangat saat akan melamar Siren, tidak mungkin perasaannya berubah begitu cepat," tutur Iyan menimpali kecurigaan itu.
"Entah lah, kita tidak tahu kehidupan sebenarnya para kalangan atas. Ethan berasal dari sana, sejak awal dia berbeda dengan kita," ucap Harry sangsi.
Cara Ethan menatap Sienna berbeda. Ada yang janggal seolah gadis itu adalah dunianya sekarang. Bahkan Ethan tidak pernah menatap Siren dengan cara yang seperti itu sebelumnya.
"Maksudmu dia benar-benar sengaja mengkhianati Siren?" tanya Iyan, emosinya sedikit terpancing.
***