NovelToon NovelToon
What Is Love? "Silent Love"

What Is Love? "Silent Love"

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Keluarga / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:233
Nilai: 5
Nama Author: SNFLWR17

Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kasus Bang Rio

Bunda Tiara dan Alena sudah keluar dari gedung Lapas, berjalan menuju mobil mereka. Di sana, Jevan sedang menikmati permen tangkai atau lolipop. Jevan yang merasakan kehadiran Alena dan bundanya segera menyambut mereka dengan senyum.

"Gimana?" tanya Jevan pada Alena yang baru membuka pintu mobil.

"Aman kok, Ay," jawab Alena yang sudah duduk. Bunda Tiara pun masuk.

Mereka pun pergi. Selama perjalanan, hanya terdengar musik yang diputar oleh Jevan.

"Bunda, sebenarnya kasus Abang itu apa, sih? Kok aku enggak tahu?" Alena membuka percakapan. Bunda Tiara yang mendengar hanya tersenyum getir, mengingat kembali saat anaknya dijemput paksa oleh petugas di rumah.

Saat itu, Alena yang masih duduk di bangku SMP langsung dipindahkan ke kota lain secara tiba-tiba.

Setelah mengetahui kasus yang menjerat anak sulungnya, ayah mereka sangat marah besar dan langsung lepas tangan. Di sisi lain, Bunda Tiara mati-matian mencari pengacara untuk membantu Rio, tetapi ada sesuatu yang menghalanginya. Hampir empat pengacara secara tiba-tiba mengundurkan diri. Saat itu, Bunda Tiara sangat frustrasi melihat anak sulungnya bersimpuh di hadapannya sambil menangis.

Sedangkan Ayah mereka bersikap acuh tak acuh.

"Bunda, kenapa diam? Kasus Abang apa?" tanya Alena sekali lagi.

"Pembunuhan." Satu kata yang diucapkan Bunda langsung meruntuhkan pertahanan Alena. Dia sangat terkejut mendengar kasus yang menjerat abangnya itu.

"Mana mungkin, Bun? Abang 'kan paling takut lihat darah, masa bisa bunuh orang?"

Suara Alena sedikit bergetar saat mengatakan itu.

"Bunda juga enggak tahu. Saat itu kamu di sekolah dan Bunda di rumah. Tiba-tiba polisi datang sambil menunjukkan surat penangkapan Abang kamu, padahal Abang kamu lagi siap-siap ke kampus."

Bunda Tiara melihat keluar jendela, di mana bulir-bulir air jatuh membasahi kaca mobil dan langit mulai gelap.

"Mereka langsung membawa paksa Abang kamu. Selama interogasi, mereka seakan-akan memaksa Abang kamu mengaku yang bukan kesalahannya. Saat itu Bunda kalang kabut. Bunda berusaha menghubungi pengacara keluarga tapi Ayah kamu melarangnya. Bunda marah besar ke Ayah kamu saat itu." Bunda Tiara mengelap air matanya yang sudah jatuh di wajahnya.

"Abang kamu sampai bersimpuh ke Bunda, Len. Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah membunuh orang, dia dijebak. Bunda sampai menyewa lima pengacara, tapi mereka semua tiba-tiba mengundurkan diri. Karena Bunda takut, makanya kamu Bunda kirim ke luar kota untuk sekolah di sana."

Alena fokus mendengar cerita dari Bundanya.

"Dan saat itu Bunda baru tahu kalau Abang kamu dituduh membunuh pacarnya sendiri. Jasadnya ditemukan terluka di bagian perut dan ada beberapa lebam di tubuhnya. Tapi Abangmu bilang mereka sudah putus dua hari sebelum dia ditemukan meninggal. Makanya Abang bersikeras kalau dia tidak bersalah."

"Pacar Abang yang namanya Chelsea?" tanya Alena karena hanya nama itu yang terlintas di kepalanya.

"Iya, Chelsea," jawab Bunda, mengingat seorang gadis cantik dan manis itu saat berkunjung ke rumahnya, yang terkadang bermain dengan Alena.

"Kenapa aku baru tahu? Bunda, apakah kasus Abang bisa dibuka lagi untuk penyelidikan kembali?"

"Bisa, asalkan Abang mau mengajukan Peninjauan Kembali (PK). Tapi kita tidak punya bukti baru. Makanya Bunda sedang berusaha menemukan buktinya agar Abang bisa mengajukan PK. Tapi Bunda rasa bukti-buktinya dihilangkan dengan bersih, sedangkan mereka mempunyai bukti kuat kalau Abang kamu pelakunya. Kasus ini terlalu terbelit-belit."

Jelas Bunda Tiara dengan wajah lelah, dia hanya berharap ada harapan.

"Bund, kalau Jevan bantu, boleh?" tanya Jevan tiba-tiba, yang membuat Alena langsung menoleh ke arah Jevan yang sedang sibuk mengemudi.

"Bunda sangat berterima kasih kalau Jevan mau bantu Abangnya Alena." Bunda Tiara sangat terharu dengan sikap pacar anaknya. Dia sudah mengenal Jevan dengan baik.

Dulu Jevan dan Alena sering bermain bersama saat TK sampai SD. Kadang Jevan datang ke rumah, dan kadang Alena yang ke rumahnya, tetapi wajib Abangnya ikut.

"Oke. Nanti Jevan ngobrol sama Papa dulu."

Alena langsung memegang tangan Jevan. Dia menatap Jevan dengan wajah bahagia.

"Oh, iya Jevan, nanti antar Bunda ke toko Bunda, ya. Kayaknya malam ini Bunda enggak pulang ke rumah." Ucap Bunda Tiara sambil melihat Alena.

"Kok gitu, sih, Bunda?" Alena langsung cemberut mendengar bahwa Bundanya tidak akan pulang.

"Ada Ayah kamu. Takutnya kita berdua baku hantam lagi, hahaha," Bunda Tiara tertawa walau terdengar kaku.

"Oke, Bunda."

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di toko milik Bunda Tiara, sebuah toko dengan tiga lantai.

Bunda Tiara langsung turun dan keluar dari mobil. Ia melihat ke arah Alena dan membelai kepalanya dengan lembut. Ia juga melihat ke Jevan.

"Jevan, jaga Anak Bunda, ya. Dan kamu, jaga kesehatan, karena Bunda lihat kamu kelihatan pucat."

Alena yang mendengar perkataan Bundanya langsung melihat Jevan. Betul saja, wajah Jevan terlihat pucat.

"Ay, kamu sakit? Kita habis ini ke Rumah Sakit, ya." Ujar Alena cemas.

"Tenang, mungkin aku kelelahan saja, Sayang." Jevan hanya tersenyum melihat wajah lucu Alena jika sedang khawatir.

"Oke, Bunda masuk dulu, ya. Dan kamu Jevan, jaga kesehatan."

Bunda Tiara langsung melangkah masuk ke dalam toko. Mereka berdua langsung meninggalkan tempat itu.

Ddddeeerrrtt~ Ddeeerrtt~~

Bunyi yang berasal dari ponsel Jevan—panggilan masuk. Jevan menerima panggilan dari tangan kanan Ayahnya.

"Halo, Tuan muda, saya ingin menyampaikan bahwa saya baru menerima informasi bahwa pelaku yang menculik Nona Alena ditemukan meninggal dunia. Petugas mengatakan bahwa kemungkinan mereka bunuh diri."

Jevan hanya terdiam mendengar ucapan dari tangan kanan Papanya.

"Sialan."

"Kenapa, Ay?" Alena menatap bingung Jevan yang terlihat marah.

"Pelaku yang nyulik kamu bunuh diri dan meninggal dunia."

"Ha? Kok bisa?"

"Aku juga bingung, Ay. Nanti kita ke rumah aku dulu, ya, mau mastiin."

Alena hanya menyetujuinya saja, karena memang dia juga penasaran.

akhirnya mereka pergi ke Rumahnya Jevan dengan kecepatan tinggi.

"haa semoga saja kita tidak kena tilang" batin Alena.

1
Michelle Flores
Menggugah hati
Tae Kook
Thor, kapan update lagi nih?
Tani
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!