Arion adalah segalanya yang diinginkan setiap wanita dan ditakuti setiap pria di kampus. Tampan, karismatik, dan pemimpin Klan Garuda yang tak terkalahkan, ia menjalani hidup di atas panggung kekuasaan, di mana setiap wanita adalah mainannya, dan setiap pertarungan adalah pembuktian dominasinya. Namun, di balik pesona mautnya, tersembunyi kekosongan dan naluri brutal yang siap meledak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnnniiiii25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Ketegangan di udara terasa setebal kabut di pagi hari, mencekik setiap napas yang diambil. Sepanjang malam Arion tidak tidur, Pikirannya dipenuhi oleh strategi, risiko, dan wajah Luna yang berani. Ia telah menarik Luna ke dalam badai yang mematikan ini, namun ia tahu tidak ada jalan mundur, Ini adalah pertempuran yang harus mereka menangkan, bukan hanya untuk keadilan, tetapi untuk membuktikan bahwa cinta dan kebenaran bisa melawan kegelapan yang pekat. Genderang perang telah ditabuh, dan api yang selama ini tersembunyi, siap menyambar.
Pagi itu, kampus dipenuhi spanduk-spanduk dan poster-poster seni, Bukan spanduk penyambutan mahasiswa baru, melainkan karya-karya Luna dan tim seninya. Ada lukisan-lukisan abstrak yang menggambarkan korupsi sebagai jaring laba-laba raksasa, ada instalasi patung-patung mahasiswi yang terborgol, dan puisi-puisi Adam yang ditempel di dinding-dinding.
Setiap karya seni itu menyuarakan kebusukan yang terjadi di kampus, Bersamaan dengan itu, beberapa blog independen, akun media sosial aktivis mahasiswa, dan LSM mulai membanjiri internet dengan bukti-bukti dari USB drive.
Adrian bekerja keras di balik layar, memastikan informasi menyebar secepat mungkin, Profesor Hadi menghubungi beberapa jurnalis investigasi yang ia percaya, meminta mereka untuk menyelidiki lebih lanjut, Arion berdiri di tengah keramaian, mengawasi reaksi mahasiswa, Ada kebingungan, kejutan, dan perlahan, kemarahan mulai terlihat di wajah mereka. Mereka mulai berdiskusi, membaca puisi Adam, menafsirkan karya seni Luna.
Tiba-tiba, suara pengeras suara menggelegar dari gedung rektorat, Dekan Anwar dengan wajah merah padam berteriak.
"Ini adalah fitnah, Ini adalah provokasi! Mahasiswa-mahasiswa ini telah dicuci otaknya oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, Kalian akan dihukum!"
Namun suara Dekan Anwar tenggelam dalam teriakan mahasiswa yang mulai membangkang, Beberapa mahasiswa seni bahkan mulai membacakan puisi Adam dengan lantang, Mahasiswa-mahasiswa lain bergabung, menyuarakan protes.
"Kita berhasil!" Kenzie berseru di samping Arion, matanya berbinar.
"Mereka terprovokasi!"
Arion menatap Luna yang berdiri di dekat salah satu instalasi seninya, wajahnya pucat namun matanya memancarkan kepuasan, Mereka berhasil menggerakkan massa.
Kemarahan Dekan Anwar mencapai puncaknya, Ia memerintahkan petugas keamanan kampus untuk mencopot semua spanduk dan poster, Namun mahasiswa mahasiswa itu melawan, Perkelahian kecil pecah antara petugas keamanan dan mahasiswa. Arion melangkah maju memimpin Klan Garuda untuk melindungi mahasiswa-mahasiswa yang protes, Kenzie dan Adrian juga bergabung memastikan tidak ada korban yang terlalu parah.
"Hentikan mereka!" Dekan Anwar berteriak pada petugas keamanan.
"Hentikan Arion!"
Di tengah kekacauan itu, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan gedung rektorat, Mr. Alditama keluar dari mobil itu, dikawal oleh beberapa bodyguard, Wajahnya terlihat tenang, namun ada aura berbahaya yang mengelilinginya. Ia menatap Arion dengan senyum tipis, senyum seorang predator yang melihat mangsanya.
"Kau berani sekali Arion," Alditama berkata, suaranya tenang namun menusuk.
"Kau pikir kau bisa bermain-main dengan saya?" Arion tidak menjawab, Ia hanya menatap Alditama, matanya menantang.
Tiba-tiba dari kerumunan muncul Rex, Matanya memancarkan kemarahan dan dendam, Ia menunjuk Arion.
"Dia,,, Dia dalang di balik semua ini! Dia pembunuh Adam! Dan dia juga yang menghasut semua mahasiswa ini!" Arion terkejut, Rex tahu ini adalah kesempatannya untuk membalas dendam, Alditama menatap Rex lalu ke Arion, senyumnya semakin lebar.
"Oh,,, jadi ada drama internal, Menarik."
Di tengah kekacauan ini, Arion melihat Serena berdiri di dekat Dekan Anwar, wajahnya tenang, Ia melihat Arion, lalu mengalihkan pandangannya ke Alditama, menyunggingkan senyum tipis seolah ia adalah bagian dari rencana besar ini.
Alditama memberi isyarat, Beberapa pengawal Alditama bergerak maju, tidak menuju Arion, melainkan menuju Luna.
"Luna!"
Arion berteriak menyadari bahaya, Ia mencoba menerobos kerumunan untuk melindungi Luna, Namun Rex menghalanginya.
"Kau tidak akan kemana-mana Arion! Kau harus membayar untuk Adam!"
Arion dan Rex terlibat perkelahian sengit lagi, Kali ini tidak ada lagi aturan, Ini adalah pertarungan hidup dan mati, Pukulan dan tendangan mereka keras, brutal, Kenzie dan Adrian mencoba melindungi Luna, namun pengawal Alditama terlalu banyak dan terlalu terlatih, Mereka berhasil menangkap Luna, menyeretnya menjauh dari keramaian.
"LUNA!"
Arion berteriak, matanya memancarkan kemarahan yang membara, Ia mengalahkan Rex dengan satu pukulan terakhir yang telak, membuat Rex terhuyung ke belakang. Arion mencoba mengejar Luna, namun pengawal Alditama menghalanginya, Alditama tersenyum puas.
"Kau sudah membuat kesalahan Arion"
"Kau sudah bermain dengan api Dan sekarang kau akan membayar harganya."
Arion melihat Luna dibawa pergi, Matanya memancarkan ketakutan, namun ia juga menatap Arion seolah mencoba menyampaikan sesuatu, Sebuah pandangan terakhir, sebuah janji, sebuah harapan, Arion merasakan darahnya mendidih, Ia tidak bisa membiarkan Luna pergi, Ia harus menyelamatkannya.
Arion mencoba menerobos pengawal Alditama, namun ia tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya, Sebuah pukulan keras dari belakang, Ia terjatuh, pandangannya kabur, Sebelum kesadarannya menghilang sepenuhnya.
"Serenaaa?"
"Rex??"
ia melihat wajah Rex berdiri di atasnya dengan senyum kemenangan, Di samping Rex, berdiri Serena menatap Arion dengan tatapan dingin, seolah ia adalah bagian dari rencana besar ini, Arion tahu ia telah dikhianati.