NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제20장

Suara gaduh terdengar dari arah gerbang depan. Ha Young menoleh dari jendela kamarnya dan melihat kerumunan wartawan mulai memenuhi area luar rumah. Mikrofon, kamera, dan sorotan lampu siaran mengarah ke pagar tinggi rumah bergaya istana itu. Ia baru saja bersiap keluar untuk menemui Detektif Han, namun keramaian itu membuat langkahnya tertahan. Meski ada rasa risih, ia juga merasa lega karena kini, publik tahu siapa yang menyelamatkan nyawanya. Tapi di balik itu, ia tak bisa menebak apa yang akan dipikirkan Detektif Han tentang dirinya.

Di lantai bawah, CEO Jung berdiri di ruang tamu, menatap layar CCTV yang menampilkan kerumunan wartawan. Wajahnya mengeras, sorot matanya tajam. Ia tidak menyukai keterlibatan putrinya dengan polisi, apalagi jika nama Detektif Han terus disebut di media. Baginya, ini bukan sekadar gangguan ini ancaman terhadap citra dan kendali yang selama ini ia bangun. Ia sudah bertekad untuk mencari tahu siapa yang menyebarkan berita itu ke internet.

Ha Young turun perlahan, lalu berdiri di ambang ruang tamu. Ia melihat jelas ekspresi ayahnya dingin, penuh ketegangan. “Ayah... apakah sedang merasa tak nyaman?” tanyanya pelan, mencoba membaca suasana.

“Aku tidak suka melihatmu terlibat dengan seorang detektif,” jawab CEO Jung tanpa menoleh. “Dan aku akan cari tahu siapa yang menyebarkan berita ini. Orang itu harus bertanggung jawab.”

Ha Young menatapnya lurus. “Ayah tak perlu repot-repot mencari orangnya. Karena... aku sendiri yang menulis berita itu.”

CEO Jung menoleh cepat, matanya membelalak. “Apa? Kamu yang menulisnya?” Nadanya berubah, antara terkejut dan marah. “Kenapa kamu melakukan itu?”

“Karena Ayah pasti sudah tahu,” jawab Ha Young tenang. “Detektif Han yang menyelamatkan nyawaku. Ia membawaku ke rumah sakit saat aku sekarat karena usus buntu. Aku hanya merasa... semua orang berhak tahu tentang kebaikannya.”

“Kamu sudah gak waras,” tutur CEO Jung, melangkah mendekat. “Beritahu aku siapa nama wartawan itu. Aku akan menyuruhnya menghapus berita ini.”

“Tidak, Ayah,” ujar Ha Young tenang namun tegas. “Jika beritanya dihapus, orang-orang akan curiga. Mereka bisa mengira ini hanya strategi untuk menaikkan popularitasku. Karena itu, aku putuskan untuk menjelaskan langsung pada wartawan. Supaya semuanya jelas dan tidak ada kesalahpahaman.”

CEO Jung menatapnya tajam, tapi belum menjawab. Ha Young melanjutkan dengan nada yang lebih lembut, seolah menyisipkan harapan. “Ayah juga sebaiknya menunjukkan rasa terima kasih pada Detektif Han. Ia telah menyelamatkan nyawaku. Setidaknya... tunjukkan bahwa Ayah menghargai itu.”

“Aku tidak perlu melakukan hal itu,” sahut CEO Jung dingin. “Apa untungnya bagiku melakukan itu?”

“Hal itu akan membuka pikiran orang-orang,” jawab Ha Young, menatap ayahnya lurus. “Bahwa Ayah adalah sosok yang rendah hati dan penuh kasih sayang.” Ucapannya membuat CEO Jung terdiam sejenak. Tidak karena ia setuju, tapi karena ia kehabisan kata-kata untuk membantahnya tanpa merusak citra yang selama ini ia jaga.

Ha Young tahu, ia sedang bermain di medan yang licin. Ia tidak sedang berdebat, melainkan membujuk. Ia berusaha mengambil hati ayahnya, bukan karena ingin mendekat secara emosional melainkan untuk melancarkan rencana yang telah ia susun. Ia ingin ayahnya tidak membenci Detektif Han, agar jalur komunikasi tetap terbuka dan pengawasan bisa berjalan tanpa hambatan.

Kali ini, Ha Young memilih untuk lebih dekat. Ia tahu, semakin dekat ia berada, semakin besar peluangnya untuk menemukan bukti pembunuhan yang selama ini disembunyikan. Ia tidak bisa melawan dari luar. Ia harus masuk... dan menyusup perlahan, dengan wajah seorang putri yang patuh, tapi mata seorang penyelidik yang tak pernah tidur.

CEO Jung cukup terpengaruh oleh kata-kata Ha Young. Bukan karena ia mulai menerima keberadaan Detektif Han, melainkan karena satu hal yang selalu ia anggap paling penting: pandangan publik tentang dirinya. Ha Young tahu betul kelemahan ayahnya bahwa harga diri CEO Jung bertumpu pada citra yang ia bangun di mata orang lain. Dan kali ini, ia berhasil menyentuh titik itu. Ia tahu, jika ingin melunakkan sikap ayahnya, maka ia harus bermain di wilayah yang paling dijaga: reputasi.

Ha Young melangkah keluar dari rumah, dan seperti yang sudah ia perkirakan, gerbang depan telah dipenuhi wartawan. Mikrofon dan kamera diarahkan padanya, suara-suara bersahutan meminta konfirmasi. Ia berdiri tenang di tengah kerumunan, matanya menyapu wajah-wajah penasaran yang menunggunya bicara. Ketika seorang reporter bertanya tentang kebenaran berita yang menyebut Detektif Han sebagai penyelamatnya, Ha Young mengangguk pelan dan membenarkan.

“Benar. Detektif Han yang menyelamatkan saya,” ucapnya dengan suara jelas. “Saya hanya ingin publik tahu bahwa ada orang baik yang melakukan hal luar biasa... dan saya berutang nyawa padanya.”

Di kejauhan, dari balik jendela ruang kerja, CEO Jung memperhatikan putrinya. Wajahnya tetap dingin, tapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan. Ia tahu, Ha Young sedang memainkan sesuatu. Dan meski ia tidak menyukai arah permainan itu, ia juga tidak bisa menghentikannya tanpa merusak citra yang sudah terlanjur dibentuk.

Ha Young sempat menoleh, matanya bertemu dengan tatapan ayahnya. Ia tersenyum tipis, bukan sebagai anak yang mencari persetujuan, melainkan sebagai seseorang yang tahu persis medan yang sedang ia masuki. Dalam hati, ia berbisik pelan, “Ingatlah hari ini, Ayah... karena aku akan memulainya dari sini.”

Ha Young menerima telepon dari Jae Wan pagi itu. Nada suaranya terdengar mendesak, meminta mereka segera bertemu. Ia tidak menolak. Justru merasa inilah saat yang tepat untuk melibatkan polisi secara langsung dalam rencananya. Ia tahu, rencana besar yang ia susun akan jauh lebih kuat jika dijalankan bersama orang yang punya akses dan integritas seperti Jae Wan. Maka ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Pertemuan dijadwalkan di taman yang sama tempat Ha Young pernah menangis dalam diam, saat hidupnya terasa runtuh. Kali ini, ia datang dengan persiapan matang. Mengenakan pakaian gelap dan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya, ia siap menyusup keluar tanpa diketahui siapa pun. Masalahnya adalah satu: ia harus lolos dari pengawasan ayahnya. CEO Jung tidak boleh tahu bahwa ia akan bertemu dengan Detektif Han.

Ha Young segera menelepon Yeo Jin. Mereka menyusun rencana cepat. Di Sunghwa Entertainment, seorang gadis dengan postur dan rambut mirip Ha Young sudah disiapkan untuk menggantikannya. Ia dikawal oleh Yeo Jin dan Eunjung, masuk ke dalam mobil dengan rute yang biasa digunakan. Anak buah ayahnya yang mengawasi dari kejauhan pasti akan mengira itu adalah Ha Young. Sementara itu, Ha Young keluar dari pintu belakang gedung, menyusuri jalan kecil menuju taman. Ia berhasil lepas dari pengawasan... untuk sementara.

Dari kejauhan, ia melihat Jae Wan berdiri gelisah, mondar-mandir di dekat bangku taman. Langkahnya terhenti sejenak. Ia memandangi pria itu dengan perasaan bersalah. “Maafkan aku, Detektif Han,” bisiknya dalam hati. “Aku merasa bersalah menggunakanmu dalam rencanaku. Tapi aku tak punya pilihan lain.”

Jae Wan akhirnya melihat Ha Young mendekat. Wajahnya langsung berubah lega, sorot matanya melunak. “Detektif Han, apa kamu sudah lama menungguku?” sapa Ha Young dengan senyum ceria, mencoba mencairkan suasana.

“Ha Young... kamu pasti bercanda ingin melakukan semua ini,” ujar Jae Wan tergesa-gesa, nadanya panik. “Kamu tahu betapa berbahayanya ini, bukan?”

“Aku tahu,” jawab Ha Young pelan. “Aku tahu kamu tidak nyaman dengan berita itu. Aku sangat egois dan bertindak ceroboh tanpa memikirkan dirimu. Tapi aku butuh bantuanmu. Aku tidak bisa melakukannya sendiri.” Ia menatap Jae Wan dalam-dalam, melihat kekhawatiran yang menyelimuti pria itu. Dan untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar takut... bukan karena ayahnya, tapi karena kemungkinan kehilangan kepercayaan dari satu-satunya orang yang bisa membantunya mengungkap kebenaran.

“Managermu sudah mengatakannya padaku,” ujar Jae Wan, nadanya tegas namun sarat kekecewaan. Ha Young menatapnya bingung, tak menyangka informasi itu sudah sampai ke telinganya.

“Kenapa kamu harus melakukan hal bodoh seperti itu? Kamu hampir mengorbankan nyawamu,” lanjutnya, sorot matanya tajam, bukan karena marah... tapi karena takut kehilangan.

“Detektif Han... apa kamu marah tentang berita itu?” tanya Ha Young pelan, mulai memahami arah pembicaraan Jae Wan.

“Berita itu tidak berarti apa-apa bagiku,” jawab Jae Wan cepat. “Yang membuatku kesal adalah kamu begitu ceroboh. Merencanakan untuk membongkar kejahatan ayahmu sendiri... tanpa perlindungan, tanpa dukungan. Itu bukan keberanian, itu nekat.”

Ha Young menunduk sejenak, lalu menatapnya dengan mata yang penuh harap. “Aku tidak punya pilihan lain,” ujarnya lirih. “Tapi kamu bisa menolongku, Detektif Han. Kita bisa bekerja sama. Kita bisa mencari bukti yang lebih kuat tentang pembunuhan yang dilakukan ayahku.” Suaranya mulai bergetar, bukan karena takut... tapi karena tekad yang terlalu besar untuk ia tanggung sendiri.

Jae Wan terdiam. Tawaran itu mengguncang pikirannya. Ia tahu, jika ia menerima, maka ia melanggar garis yang ditetapkan institusi. Jika ketahuan, ia bisa kehilangan segalanya. Tapi jika ia menolak... maka ia membiarkan kejahatan terus berjalan. Ia teringat perjuangannya menjadi detektif lulusan terbaik akademi, anak dari ibu yang bermimpi agar ia bisa melindungi orang-orang lemah. Menjadi detektif bukan sekadar profesi. Itu adalah warisan harapan.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!