Apa yang akan Luna lakukan jika dia memiliki kesempatan untuk kembali ke tiga tahun sebelumnya?.
Luna: "Aku akan menjauh dan menghindari pria brengsek seperti Julian."
...
Di pemakaman yang sudah sunyi, seorang wanita menatap kosong tiga nisan milik keluarganya, Ayah, ibu dan kakaknya. Semua telah pergi, meninggalkannya sendiri.
Ini semua karena Julian. Obsesinya pada pria itu menghancurkan segalanya. Ia menyakiti Kirana, tunangan Julian, hingga pria itu membalas dengan menghancurkan hidupnya.
"Ini balasan karena menyakiti Kirana," ucap Julian sebelum pergi.
Luna terisak. Julian benar. Dialah yang salah. Dia mencoba membunuh Kirana demi mendapatkan Julian, tapi sekarang, dia kehilangan segalanya, dan itu semua karena dirinya yang membuat Julian murka hingga pria itu membunuh keluarganya.
Bodoh. Aku bodoh, ratapnya dalam hati.
....
Hai jangan lupa beri like dan dukungan kalian untuk cerita ini ya. 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waya520, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyebalkan
Luna terpaksa menghentikan langkahnya saat sebuah motor besar berhenti di depannya. Pengendara motor itu segera melepas helm full face miliknya.
"Justin." ucap wanita itu saat melihat wajah pengendara itu yang ternyata teman sekelasnya.
Pria itu merapikan rambutnya yang berantakan lalu menatap heran Luna. "Kau tidak dijemput?" tanyanya penasaran. Biasanya dia melihat wanita itu selalu pulang pergi dengan mobil.
Agak aneh melihat wanita itu jalan kaki. Sendirian pula.
"Ya." jawab Luna singkat. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sudah hampir sore. Kemana semua taksi yang biasanya lewat.
"Naik." ujar Justin yang kembali memakai helmnya. Sedangkan Luna menatap pria itu heran.
"Maksudnya?" tanyanya memastikan. Apa pria itu menawarinya sebuah tumpangan.
Justin menghela nafas lelahnya. "Cepat naik, aku akan mengantarmu, disini banyak preman, kau mau di tangkap lalu di rampok oleh mereka?" ucapnya menakut-nakuti.
Mendengar ucapan pria itu membuat dirinya ketakutan, tanpa pikir panjang, Luna segera naik ke atas motor pria itu.
"Pegangan jika tidak mau jatuh." setelah mengucapkan itu, Justin langsung menarik gas motornya cepat, membuat Luna hampir saja terpental jika tidak mencengkram erat jaket pria itu.
Dasar pria sinting.
Karena kecepatan motor itu diatas rata-rata. Dengan amat terpaksa, Luna melingkarkan tangannya di pinggang Justin. Pria itu tersenyum miring lalu semakin cepat melajukan motornya.
"Tuhan lindungi aku dari pria setan ini, aku tidak mau mati untuk yang kedua kalinya." ucap Luna didalam hati. Dia berjanji pada dirinya sendiri, ini pertama dan terakhir kalinya dia mau di bonceng oleh Justin. Astaga, Apa pria ini tidak sayang dengan nyawanya.
Sepanjang perjalanan, Luna hanya bisa berdoa sambil menutup matanya. Hingga akhirnya motor itu berhenti.
"Sudah sampai." ujar Justin cepat. Luna segera membuka matanya.
Perasaannya menjadi lebih tenang saat dia sudah sampai di rumahnya.
Dengan cepat dia segera turun dari motor Pria itu. "Em terimakasih sudah mau mengantarku." ucapnya kemudian.
Justin mengangguk lalu segera pergi dari rumah Luna.
Wanita itu terdiam karena merasa ada sesuatu yang salah.
Matanya membola saat menyadari bahwa pria itu tidak bertanya tentang alamat rumahnya. Dari mana Justin tahu rumahnya disini?.
Tubuhnya seketika merinding. Apa pria itu stalker?. Semoga bukan.
....
Julian menggenggam erat setir mobilnya. Matanya menatap tajam pada Luna yang sedang di bonceng oleh seorang pria yang dia tidak tahu siapa. Saat ini dia sedang berada di bawah lampu merah.
Kirana mengajaknya mengobrol tapi perhatiannya sedang tertuju pada Luna yang merangkul pinggang pria itu. Siapa dia?. Apa hubungannya dengan Luna?.
"Sial." umpatnya lirih. Kirana yang duduk disampingnya langsung menoleh.
"Kenapa kak?" tanya wanita itu dengan nada lembut. Julian menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa."
Lampu rambu lalulintas berubah menjadi hijau, semua kendaraan di sana kembali berjalan. Ingin sekali dia membuntuti Luna, tapi dia harus mengantar Kirana pulang dulu.
"Kak besok temani aku belanja ya, ayah sedang sibuk dan aku belum tahu dimana tempat belanjanya." ucap Kirana yang percaya diri jika Julian mau menemaninya kemanapun.
"Hm."
...
"Kau jadi pulang dengan Julian?" tanya Deon yang baru pulang dari kampus, dia menatap penasaran adiknya yang saat ini tengah menikmati waktu luangnya dengan menonton drama romantis di televisi.
"Tidak." jawab Luna singkat, matanya fokus pada adegan romantis di layar televisi. Tidak lupa dengan tangannya yang sudah memegang camilannya.
"Lalu kau pulang dengan siapa?" Deon segera meletakan tasnya diatas meja lalu ikut duduk disamping adiknya.
"Justin."
Mendengar nama asing itu membuat kening Deon mengerut. "Siapa itu Justin?, pacarmu?"
Luna memejamkan matanya, astaga dia lelah sekali dan kakaknya malah datang mengganggu dengan pertanyaan yang menurutnya tidak penting.
"Teman sekelasku, berhentilah bertanya, kau mengganggu waktu santai ku." Luna langsung mendorong tubuh kakaknya menjauh.
Deon yang kesal langsung merampas satu bungkus makanan ringan milik adiknya dan segera berlari pergi dari sana sebelum Luna melemparnya dengan bantal.
"YAKKK ITU SNACKKU."
....
Wijaya menatap heran putranya yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerjanya di rumah.
"Kenapa?" tanyanya pada Julian yang menunduk didepannya.
"Yah tentang pertunanganku dengan Luna, kapan?"
Wijaya menghela nafas panjang. Dia segera melepaskan kacamata yang bertengger di telinganya. "Luna menolak pertunangan itu."
Julian mengangkat wajahnya dan menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya. "Ayah serius?" tanyanya memastikan. Tidak mungkin Luna menolak pertunangan ini, bukankah wanita itu menyukainya selama ini. Seharusnya Luna bersyukur dia mau menerima wanita itu sebagai pasangannya.
"Apa karena dia punya kekasih?" ucapnya kemudian.
"Kekasih apanya?, Luna mau fokus pada pendidikannya, lagipula kalian masih muda, jika kalian berjodoh nanti juga bisa bersama." ujar Wijaya yang mengikuti kata ayah pria itu. Kalimat itu sama seperti yang David katakan saat dia bertanya alasannya apa kok Luna menolak bertunangan dengan Julian.
Julian terlihat melamun.
Dia merasa tidak nyaman saat wanita itu menjauh. pertama, tiba-tiba Luna pindah jurusan tanpa memberitahunya. Lalu wanita itu selalu menghindarinya. Dan terakhir Luna menolak pertunangan ini.
Jadi maksud wanita itu mengekorinya selama ini apa?. Apa Luna sedang melakukan tarik ulur padanya?. Jika iya, wanita itu berhasil.
"Yah, aku hanya ingin menikah dengan Luna, bantu aku mendapatkannya." putusnya kemudian segera berdiri dan pergi dari ruangan kerja ayahnya itu.
Meninggalkan Wijaya yang pusing dengan permintaan anaknya itu. Dia sangat bingung. Bagaimana caranya agar Luna mau menikah dengan Julian sedangkan yang dia tahu, Luna dengan sengaja menjauh dari anaknya karena selalu mendapatkan penolakan dari Julian.
Anaknya itu sangat menyusahkan.
....
"Kak Luna." panggil seseorang yang membuat Luna menghentikan langkahnya. Saat ini Luna sedang berada di sebuah toko sejenis minimarket yang berada dekat dengan rumahnya. Malam ini entah kenapa dia ingin sekali makan mie, berhubung stok mie di rumahnya habis. Dengan amat sangat terpaksa dia keluar sendirian.
Luna menoleh ke belakang dan dia mendatarkan wajahnya saat tahu jika orang itu adalah Kirana.
Kenapa sih dia selalu bertemu dengan wanita menyebalkan itu.
"Kak, lagi belanja ya?" tanya Kirana yang sudah berdiri disamping wanita itu.
"Iya." jawab Luna ketus. Dia mengabaikan keberadaan Kirana dan kembali menyibukkan diri memilih mie di rak-rak khusus mie.
karena merasa di abaikan. Kirana dengan sengaja menabrakkan dirinya sendiri pada Luna dan pura-pura jatuh.
"Akhh, maaf kak jika aku selalu berada disisi kak Julian."
Luna melongo melihat akting buruk wanita itu. Tidak lama kemudian Julian datang dan segera menarik tangan Kirana, membawa wanita itu berdiri.
"Maaf kak jika keberadaan ku disamping kakak membuat kak Luna tidak suka."
semangat terus 😍😍😍😍
dan terimakasih sudah UP kakak 😍
makin seru 😍
lanjut up lagi thor