NovelToon NovelToon
Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Ini Cinta 365 Hari Atau Cinta 669 Masehi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Naniksay Nay

Kerajaan Galuh, sebuah nama yang terukir dalam sejarah tanah Sunda. Namun, pernahkah kita menyangka bahwa di balik catatan sejarah yang rapi, ada sebuah kisah cinta yang terputus? Sebuah takdir yang menyatukan seorang pangeran dengan gadis desa, sebuah janji yang terikat oleh waktu dan takdir.

Kisah tragis itu membayangi kehidupan masa kini Nayla, seorang wanita yang baru saja mengalami pengkhianatan pahit. Di tengah luka hati, ia menemukan sebuah kalung zamrud kuno peninggalan neneknya, yang membawanya masuk ke dalam mimpi aneh, menjadi Puspa, sang gadis desa yang dicintai oleh Pangeran Wirabuana Jantaka. Seiring kepingan ingatan masa lalu yang terungkap, Nayla mulai mencari jawaban.

Akankah di masa depan cinta itu menemukan jalannya kembali? Atau akankah kisah tragis yang terukir di tahun 669 Masehi itu terulang, memisahkan mereka sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naniksay Nay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 – Kilas Balik 3

Suara dentingan senjata beradu menggema di alun-alun dalam benteng. Suraghana, putra sulung Kerajaan Galuh, sedang berlatih bersama para prajurit. Gerakannya mantap, tiap ayunan pedangnya menjadi teladan. Keringat bercucuran, tapi sorot matanya tetap tajam.

Seorang prajurit tiba-tiba melangkah masuk, menunduk dalam-dalam sebelum menyerahkan selembar lontar.

“Pangeran… ada pesan dari pangeran ketiga yang baru saja tiba.”

Suraghana mengangguk, membuka gulungan lontar itu, lalu matanya sedikit melebar. Senyum tipis terbit di wajahnya. Ia menoleh, melihat Sempakwaja yang sedang menguji tanding dengan prajurit muda.

“Sempakwaja!” panggilnya lantang.

Sang adik segera menghentikan langkah, mengembuskan napas sambil menyarungkan kerisnya. Ia berjalan menghampiri, wajahnya penasaran.

“Ada apa, Kakang?”

Suraghana menyerahkan lontar itu. “Rupanya Wirabuana Jantaka berhasil juga meyakinkan gadis pujaan hatinya untuk datang kemari.”

Sempakwaja membaca cepat, lalu tertawa lepas. “Wah… apakah ini artinya kita akan dilangkahi oleh adik bungsu kita?”

Suraghana ikut tergelak, suaranya rendah tapi penuh arti. “Hahaha… jika begitu, mungkin ia akan langsung naik tahta. Tapi kau sendiri tahu, bukan? Dia masih sering merengek padaku agar aku yang duduk di atas singgasana.”

Sempakwaja mengangguk mantap. “Ya memang sudah seharusnya, Kakang. Bukankah sejak awal, kami berdua sudah sepakat untuk mendukungmu?”

Namun Suraghana menepuk bahu adiknya sambil menggeleng ringan. “Ayolah, Waja… jangan terlalu serius. Aku masih belum tertarik mengurus pemerintahan. Bagiku, masih banyak hal yang menarik daripada kursi singgasana.”

Sempakwaja menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum penuh hormat. “Tapi Galuh tetap butuh seorang pemimpin, Kakang. Dan siapa lagi kalau bukan engkau?”

Suraghana menyeka keringat. Pandangannya menajam, suara beratnya terdengar penuh keyakinan.

“Ayahanda masih sanggup memimpin puluhan tahun lagi, Waja. Kita tak perlu terburu-buru bicara soal tahta.”

Sempakwaja mengangkat bahu. “Tapi, Kang…”

Suraghana menoleh cepat, alisnya terangkat. “Apa kau saja yang naik tahta?”

Sempakwaja langsung mengibaskan tangan, wajahnya setengah jengah.

“Haaa… kenapa jadi aku? Sejak kecil aku ditempa untuk strategi, perang, dan keprajuritan. Aku dididik menjadi calon senopati, bukan duduk di singgasana."

Suraghana menghela napas panjang, kemudian menatap lurus pada adiknya.

“Tapi ada hal lain yang lebih membuatku khawatir. Jika benar gadis Wira itu dibawa kemari…”

“Puspa, Kakang,” sela Sempakwaja cepat, bibirnya menyunggingkan senyum tipis.

Suraghana mengangguk pelan. “Ya, Puspa… aku khawatir sesuatu akan menimpa dirinya. Kau tahu sendiri, urusan dengan kerajaan tetangga belakangan ini penuh kejanggalan. Beberapa kali, lukisan putri yang dikirim untuk pertunangan justru menghilang tanpa jejak. Bukankah itu aneh?”

Sempakwaja menatapnya lekat, nada suaranya merendah.

“Sepertinya… memang ada tangan-tangan yang sengaja melarang kita menikah dengan orang luar. Entah siapa yang sedang memainkan benang-benang ini.”

Suraghana menyilangkan tangan, sorot matanya tajam.

“Aku yakin… semua ini ada hubungannya dengan pesan Ayahanda padaku. Untuk mengawasi Paman Jagatpati.”

Sempakwaja mengangkat wajah, lalu tersenyum polos.

“Ah… Paman Jagatpati itu guru ahli strategi luar biasa, Kang. Kalau aku jadi musuhnya, mungkin sudah dipermainkan habis-habisan oleh taktiknya.”

Suraghana hanya menatap tanpa berkedip. Baru setelah beberapa detik, Sempakwaja mengerjap, menyadari sesuatu.

“Eh… tunggu, maksud Kakang, Paman Jagatpati mencurigakan?”

“Waja,” suara Suraghana merendah, “apa tidak ada yang janggal selama kau berlatih atau belajar bersama beliau?”

Sempakwaja menggeleng cepat. “Tidak ada. Paling… Paman hanya bertanya hasil ujian kita bertiga di Kadewaguruan. Siapa yang paling layak diusulkan jadi penerus tahta.”

“Dan kau jawab apa?” Suraghana mencondongkan tubuh, nadanya penuh selidik.

“Apa lagi, Kang? Paman juga pasti sudah tahu. Kalau soal pemerintahan, Wira paling unggul di antara kita.”

Mata Suraghana menyipit. “Bagaimana tanggapan Paman waktu mendengar itu?”

Sempakwaja berpikir sebentar, lalu mengangkat bahu.

“Tidak ada yang aneh. Paling… beliau hanya menyarankan aku sering-sering membawa kencana ke kedaton.”

“Waja…” Suraghana menepuk jidat, menahan diri untuk tidak mengomel. “Kau ini…dari segi badan memang senopati yang gagah, tapi ah... soal ahli strategi ...kau masih sedikit bodoh.”

Sempakwaja ikut menepuk kepalanya sendiri, seperti baru sadar.

“Kenapa aku tidak memikirkan itu ya? Apakah… Paman masih mengincar tahta?”

Mata Suraghana meredup, nadanya serius.

“Beliau mungkin sungkan pada Ayahanda, tapi tidak pada kita, Waja. Jika satu-satunya anaknya menikah dengan penerus tahta… maka cucu Paman Jagatpati akan…”

Terhenti sejenak, Suraghana menatap jauh, seolah melihat bayangan masa depan yang tak ia sukai. “…akan punya jalan menuju singgasana.”

Sempakwaja terdiam. Perlahan ia mengangguk.

“Benar juga… Kakang, apa kau tahu kenapa Paman begitu menginginkan tahta?”

Suraghana menarik napas panjang, suaranya berat.

“Ayahanda dan Paman Jagatpati berjuang bersama membangun Galuh, Waja. Tapi rakyat lebih menganggap Ayahanda yang layak menjadi raja. Kau tahu sebabnya, karena Paman terlalu tegas, hingga rakyat menilainya kejam.”

“Tapi… Paman sudah mendapatkan wilayah yang layak, Kadipaten. Bukankah itu cukup?” Sempakwaja mengernyit.

“Entahlah.” Suraghana menggeleng pelan, sorot matanya dingin. “Yang jelas, kau harus berhati-hati dan terus mengawasinya. Aku sendiri akan mencari orang kepercayaan untuk menyelidiki hilangnya utusan-utusan calon tunangan kita.”

Sempakwaja tertegun, lalu suaranya merendah.

“Kalau begitu… Wira dan Puspa juga harus berhati-hati, Kakang.”

Suraghana menatap adiknya dalam-dalam, seolah membenarkan firasat yang sama.

“Ya… justru merekalah yang paling dalam bahaya.”

Sempakwaja menggeleng cepat, wajahnya tampak ragu.

“Tapi… tidak mungkin kan, Kang? Di dalam keraton ini… masak Paman berani terang-terangan menghilangkan Puspa?”

Suraghana menarik napas panjang, menatap langit-langit pendapa seakan mencari jawaban.

“Paman adalah ahli strategi, Waja. Justru karena itu ia tidak akan pernah bertindak terbuka. Kau sendiri yang bilang begitu.”

Sempakwaja terdiam sejenak, lalu menepuk dahinya sendiri.

“Ah, kenapa kalau berbincang denganmu aku jadi terasa bodoh begini ya, Kang?”

Suraghana tersenyum tipis, menepuk bahu adiknya.

“Itu tandanya kita memang harus saling melengkapi.”

Suraghana bersandar pada tiang pendapa, suaranya dibuat seolah santai.

“Atau… bagaimana kalau kita minta Ayahanda menjodohkan Kencana denganmu saja?”

Sempakwaja sontak menoleh, matanya melebar.

“Apa? Tidak, Kakang! Kencana sudah seperti adikku sendiri. Aku sungkan kalau harus berbesan dengan Paman. Lagi pula… kalau benar Paman menginginkan tahta untuk keluarganya, mana mungkin ia mau menerimaku?”

Suraghana tertawa kecil melihat wajah adiknya yang serius.

Sempakwaja balik menatap kakaknya, kali ini ada senyum menggoda di bibirnya. “Kalau begitu bagaimana kalau Kakang saja dengan Kencana?”

Suraghana tersenyum samar, lalu menunduk sejenak.

“Aku jarang menceritakan ini, Waja. Tapi… dulu, saat aku ikut Ayahanda ke kerajaan Sunda, aku pernah menaruh hati pada salah satu putri di sana, namanya Dewi Parwati. Aku yakin Ayahanda tahu itu.”

Sempakwaja terdiam, pandangannya berubah jadi penasaran.

“Serius Kakang? Kenapa baru sekarang cerita?”

Suraghana hanya tersenyum tipis, matanya menerawang jauh, seolah ingatan itu membawa kembali aroma kisah cinta di kerajaan kecil yang pernah ia datangi.

Sempakwaja menghela napas panjang, menatap kosong ke arah halaman.

“Kakang sudah ada tambatan hati… Wira juga sudah. Lalu aku… dengan siapa?”

Suraghana terkekeh, alisnya terangkat nakal.

“Bukankah sudah kubilang? Dengan Kencana.”

“Tidak, Kakang, tidak!” Sempakwaja langsung mengibas tangannya dengan wajah geli. “Jangan membuatku merinding.”

Suraghana tertawa makin keras, lalu menepuk pundak adiknya.

“Tenanglah, Waja. Ayahanda pasti sudah memikirkan calon yang pantas untukmu. Gadis yang menawan, sesuai dengan mu, dan tentu… mampu menguatkan Galuh.”

Sempakwaja terdiam, meski bibirnya masih mengerucut protes. Dalam hatinya, ia tahu candaan kakaknya bisa saja berbalik jadi kenyataan, sebab dalam urusan tahta, pilihan hati seringkali bukan lagi milik mereka sendiri.

Hening sejenak menyelimuti keduanya. Suraghana menatap jauh ke arah langit senja, lalu bergumam pelan,

“Bagaimanapun juga, aku lebih khawatir pada Wira. Jika benar dugaan kita, pasti akan ada yang menginginkan Puspa lenyap dari jalannya, adik kita itu akan menghadapi badai yang tidak ia sangka.”

Sempakwaja ikut terdiam, menelan rasa getir yang mendadak muncul.

“Mudah-mudahan… cinta Wira tidak menjadi jalan bagi musuh-musuh Galuh untuk masuk.”

Angin sore berhembus, membawa kegelisahan yang tak berani mereka ucapkan lebih jauh.

1
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm ini adegan yang lalu kan? ini dari sudut wisnu yang jadi wira 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
laaah kesurupan dia eh mimpi juga dia 🤣
SENJA🍒⃞⃟🦅
kok bisa main pergi gitu aja , kasian kan rendi 😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waddduh ...apa dia turunan jagatpati? weeeh 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
jadi ketagihan mimpi🤭
Irmha febyollah
lanjut kk
SENJA🍒⃞⃟🦅
ya balon gas yang tetiba gas nya dibuang yah .... pupus harapmu
SENJA🍒⃞⃟🦅
wah yah bagus itu jalurnya nay ikutin rendi aja kamu kan tinggal molor doang 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
berdebar karena rendi atau wira? 😂😂😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
modusmu diskusi padahal kencan 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
ihhh jagatpati, itu isterimu lhooo astaga jahatnya. kamu kencana durhaka banget ke ibu sendiri😤
SENJA🍒⃞⃟🦅
waaah penghinaan ini ngatain rajanya bodoh! wah hukum mati aja udah 😂
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih belangmu terlihat 😂 lagian wira ga mau sama anakmu lho 🤭
SENJA🍒⃞⃟🦅
bukannya dewi parwati dari kalingga yak? nanti mandiminyak sama parwati jadi penguasa kalingga utara atau bumi Mataram 🤭
Naniksay Nay: thx kak...

betul kak...
Pangeran Mandiminyak atau Prabu Suraghana atau Suradharmaputra emang berkuasa didua negara, yaitu Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan Kerajaan Galuh (di Tatar Sunda).

hanya saja disini biar bisa menggambarkan aja bahwa Sempakwaja dan Mandiminyak itu saling terkait...

sama kaya Pangeran Jantaka, saya tambahkan nama Wirabuana krn dibuat cinta2an biar ga diprotes ahli sejarah, masa resi love2an ....
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
udah banyak buktinya itu jagatpati, serang aja daerahnya kan sempakwaja penguasa Galunggung , ehh belom kejadian yah 😂
Naniksay Nay: 😭nggak bs kak.... bs2 dia di killkill jg sm pamannya
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
naaah ini jejak yang di hilangkan 😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
hilih jahatnya kamu 😤 wira mana mau sama kau
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm bener kan jahat dia ini si kencana 😳
Naniksay Nay: jangan ditemenin dia kak... bapaknya jahat🤭
total 1 replies
SENJA🍒⃞⃟🦅
hmmm kencana ini nampaknya jahat ini 🥺😳
SENJA🍒⃞⃟🦅
wakakaa lama2 nayla menikmati jadi puspa 😂
Naniksay Nay: 🤭karena wiranya ganteng kak.. ga sebrengs3k mantannya eheheheeeee
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!