NovelToon NovelToon
The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

The Absurd Girl And The Cold Flat Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos
Popularitas:455
Nilai: 5
Nama Author: Irma pratama

Gimana jadinya gadis bebas masuk ke pesantren?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jebakan Santri Senior

...BAB 15...

...JEBAKAN SANTRI SENIOR...

Di sebuah sudut asrama pesantren, tiga santri senior, Herni, Ani dan Hana berkumpul dengan wajah penuh konspirasi. Mereka sudah lama merasa risih dengan keberadaan Arabella, si santri absurd dan bar-bar yang menurut mereka terlalu mencolok dan sok pintar. Padahal, Arabella hanya menjadi dirinya sendiri, seorang gadis yang ceria, spontan dan tidak takut mengungkapkan pendapatnya.

“Kita harus kasih pelajaran buat dia!” bisik Herni dengan nada kesal.

“Betul! Biar dia tau rasa dan nggak sok merasa paling hebat di sini,” timpal Hana.

Ani menyeringai. “Aku punya ide. Gimana kalau kita pura-pura mengundang dia ke aula pesantren untuk pertemuan penting, tapi sebenarnya kita jebak dia di gudang belakang? Kita kunci dia di sana semalaman!”

Ketiganya tertawa pelan, merasa rencana mereka sangat jenius. Sayangnya, mereka tidak menyadari bahwa di balik lemari buku di pojok ruangan, Arabella sedang mencari bukunya yang hilang. Dan tanpa sengaja, dia mendengar setiap kata yang mereka ucapkan.

ilustrasi

Arabella tersenyum miring. “Ooh, jadi kalian mau ngejebak gue, ya? Ok, kita liat siapa yang bakalan kena jebakan sebenernya.”

Keesokan harinya...

Herni, Ani dan Hana menjalankan rencana mereka. Mereka berpura-pura datang ke kamar Arabella dengan wajah penuh kepalsuan.

“Bella, Ustadzah Rina manggil kamu ke aula sekarang. Katanya ada hal penting yang perlu dinahas,” kata Herni dengan suara dibuat ramah.

Arabella yang sudah tau rencana mereka hanya berpura-pura terkejut. “Oh... gitu? Ok, kalo gitu gue bakalan kesana.”

Begitu Arabella melangkah keluar, ketiga santri senior itu saling tersenyum penuh kemenangan dan bergegas menuju gudang belakang untuk memastikan segalanya berjalan sesuai rencana.

Mereka membuka pintu gudang dan masuk untuk memeriksa apakah semuanya sudah siap. Tiba-tiba, pintu gudang tertutup dengan keras!

Klek!

Pintu terkunci dari luar.

“Apa-apaan ini?!” pekik Hana panik.

Di luar... terdengar suara tawa kecil yang sangat familiar.

“Ck... kalian beneran mikir kalo gue bakalan ketipu gitu aja? Duh.. Sumpah ya... Gue kecewa sama kecerdasan kalian. Harusnya kalian bisa lebih kreatif lagi kalo mau ngejebak orang?!”

“Bella! Ini nggak lucu ya! Buka pintunya sekarang!” teriak Herni sambil mengguncang-guncang pintu.

“Oh... Sorry... Sayangnya kuncinya udah gue titipin ke Ustadzah Rina. Yaaahh.. Dengan adanya kalian disitu mungkin kalian bisa renungin kelakuan kalian, sampe ada yang dateng nyelametin kalian. Dan Oh... jangan khawatir, gue udah bilang ke beberapa santri kalo gue tadi ngeliat tikus gede di gudang. Yah.. Moga-moga aja itu Cuma desas desus ya...”

Terdengar suara teriakan kecil dari dalam gudang, membuat Arabella tertawa puas sebelum melenggang pergi dengan santai. Kali ini, giliran mereka yang merasakan bagaimana rasanya terjebak dalam permainan mereka sendiri,

“Ada apa, Nak?” tanya seseorang menepuk pundak Arabella yang ternyata adalah Uma Salma.

“Hah? Nggak apa-apa Uma, aku Cuma lagi nyari sesuatu...”

DOR... DOR... DOR...

“Suara apa itu?” Uma Salma memicingkan matanya menatap Arabella.

“Mmmhh... bukan apa-apa Uma, mungkin kucing yang lagi kawin, Uma mau kemana? Ayok.. Aku temenin...” Ajak Arabella menarik tangan Uma Salma.

Arabella dan Uma Salma pun pergi meninggalkan area gudang dan membiarkan ketiga santriwati senior di dalamnya. Di dalam gudang, suasana semakin kacau. Herni duduk di sudut dengan wajah kesal, sementara Hana panik menggedor-gedor pintu.

“Astaga, ini semua salah kamu, Ani! Ide bodoh macam apa ini?” Herni mendesis.

“Salahku? Hei, kalian juga setuju kan? Harusnya kita nggak masuk ke gudang dulu tadi!” balas Ani dengan kesal.

“Udah-udah! Lebih baik kita cari cara buat keluar dari sini sebelum ada yang tau kita yang kena jebakan sendiri!” Ani mencoba menenangkan.

Tiba-tiba, terdengar suara cicitan kecil dari sudut gudang.

“Shuuutt.. kalian denger itu?” Herni bertanya dengan wajah pucat.

“Jangan bercanda! Itu pasti suara kayu lapuk atau sesuatu!” Ani mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, tak lama kemudian, seekor tikus besar berlari melewati kaki Hana.

“AAAAAHHHHHHHHH!!! TIKUUUUSS!”

Ketiga santri senior itu menjerit panik, saling berpelukan di tengah gudang yang gelap. Mereka kini benar-benar merasakan akibat dari perbuatan mereka sendiri. Sementara itu, di luar gudang, beberapa santri lain yang mendengar keributan mulai mendekat, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

“Dengar nggak? Kayak ada yang teriak dari dalam gudang,” ujar salah satu santri.

“Iya, coba kita lihat!” kata yang lain.

Melihat ada beberapa santri yang akan membuka pintu Arabella pun kembali ke gudang, karena ingin melihat Ani, Hana dan Herni.

Beberapa santri mendekati pintu gudang dan mencoba membukanya. Tak lama kemudian, seorang santri melapor kepada Ustadzah. Dengan bantuan kunci cadangan, dan pintu akhirnya berhasil di buka.

Begitu pintu terbuka, Herni, Hana dan Ani langsung berhamburan keluar dengan wajah pucat dan kerudung berantakan.

“Ustadzah! Ini semua gara-gara Arabella! Dia yang menjebak kami!” Herni langsung mengadu.

“Iya Ustadzah! Kami dikunci di dalam gudang! Kami hampir mati ketakutan!” sambung Ani dramatis.

Hana menambahkan, “Dia sengaja melakukan ini untuk mempermalukan kami!”

Ustadzah mengangkat alisnya, lalu menoleh ke Arabella yang berdiri tak jauh dari sana dengan ekspresi tenang.

“Benarkan begitu Arabella?” tanya Ustadzah dengan suara lembut namun tegas.

Arabella hanya tersenyum dan mengangkat bahu. “Ustadzah, kalau boleh tau, apa yang sebenarnya mereka lakukan di gudang? Saya rasa tempat itu bukan tempat yang nyaman untuk bersantai, apalagi malam-malam.”

Beberapa santri yang menyaksikan kejadian itu mulai berbisik-bisik, sementara Ustadzah menatap ketiga santri senior dengan tatapan penuh arti.

“Sepertinya kita perlu bicara lebih lanjut di ruang pengasuhan,” ujar Ustadzah tegas.

Ketiga santri senior itu langsung saling berpandangan dengan wajah panik. Kali ini, rencana mereka benar-benar berbalik arah dan mereka harus menghadapi konsekuensinya.

Ketiga santriwati senior, Ustadzah Rina dan Arabella di belakang mereka berjalan menuju ruang pengasuhan, para santri yang penasaran juga mengikuti dari belakang.

“Bell ada apa?” tanya Elis menyamakan langkahnya dengan Arabella.

“Biasa... mereka berbuat ulah.” Jawab Arabella.

Para sahabat Arabella mengikutinya dari belakang karena ikut penasaran, dengan hukuman apa yang akan di terima oleh ketiga santri senior di depan mereka.

Di ruang pengasuhan, Herni, Ani dan Hana berdiri dengan kepala tertunduk. Di dalam ruangan itu, sudah ada beberapa Ustad yang duduk di kursi mereka, yakni Ustad Azzam, Ustad Izzan, Ustad Jiyad dan Ustad Hamzah. Mereka semua memandang ketiga santri senior dengan heran.

Ustad Izzan melirik kearah Ustadzah Rina. “Apa yang terjadi? Kenapa penampilan mereka berantakan begini?”

Ustad Jiyad menyilangkan tangan di dada. “Sepertinya ada sesuatu yang cukup serius. Bisa jelaskan, Ustadzah Rina?”

Ustadzah Rina menarik napas dalam. “Saya rasa lebih baik kita dengarkan langsung dari mereka. Herni, Ani, Hana... Silahkan jelaskan kenapa kalian bisa terkunci di dalam gudang?”

Ketiga santri senior itu semakin gelisah. Mereka saling lirik dengan ekspresi cemas.

“Kami... Kami sebenarnya hanya ingin memberi pelajaran kepada Arabella, Ustad,” jawab Herni.

“Memberi pelajaran? Dengan menjebaknya di gudang?” Ustad Azzam menatap mereka tajam.

“Tapi malah kami sendiri yang terjebak...” gumam Ani pelan.

Ustad Jiyad kemudian menoleh ke Arabella. “Arabella, bagaimana ceritanya sampai mereka yang justru terkunci?”

Arabella tersenyum tenang. “Saya kebetulan aja denger rencana mereka sebelumnya, jadi ya... saya Cuma ngebiarin mereka ngerasain sendiri akibat dari rencana mereka.”

Para Ustad dan Ustadzah Rina saling pandang sejenak sebelum Ustad Hamzah angkat bicara. “Herni, Ani, Hana... Perbuatan kalian tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebagai santri senior, kalian seharusnya menjadi contoh yang baik, bukan malah menindas santri lain.”

“Sebagai hukuman, kalian akan menjalani tugas kebersihan selama dua minggu penuh dan diwajibkan meminta maaf secara langsung pada Arabella di hadapan seluruh santri.”

Ketiga santri senior itu mengangguk dengan wajah menyesal. Sementara itu, para santri lain yang mendengar pengumuman tersebut mulai berbisik-bisik. Ada yang tertawa kecil, ada yang mengangguk setuju, dan ada yang merasa puas melihat keadilan akhirnya ditegakkan.

“Akhirnya! Mereka kena batunya juga!” bisik salah satu santri.

“Iya, padahal mereka selalu sok berkuasa,” timpal yang lain.

Arabella hanya tersenyum kecil, sementara ketiga santri senior itu semakin menundukkan kepala, merasa malu dengan perbuatan mereka yang kini diketahui seluruh pesantren.

“Sukurin! Makanya jangan suka berkuasa, kena batunya kan...”

“Iya dia kan suka nyuruh kita juga...”

“Bener banget apalagi suka semaunya sendiri... sekarang mereka kena batunya.”

Di ruang pengasuhan, para Ustad dan Ustadzah mendengar celetukan-celetukan para santri putri mereka yang berada di luar ruangan, setelah mendengar semuanya, Ustadzah Rina dan Ustadzah Indri terlihat terkejut.

“Jadi, selama ini kalian bertiga merasa berhak memerintah seenaknya dan bersikap sok berkuasa terhadap santri lain?” Ustadzah Rina menatap ketiga santri senior itu dengan ekspresi kecewa.

“Saya benar-benar tidak menyangka. Seharusnya sebagai santri senior, kalian memberi contoh baik, bukan malah membuat peraturan sendiri dan menindas yang lain,” tambah Ustadzah Indri.

Karena itu, selain hukuman membersihkan lingkungan pesantren selama dua minggu dan meminta maaf kepada Arabella di depan santri lain, Ustadzah Rina menambahkan hukuman kedisiplinan tambahan.

Mereka diwajibkan mengikuti program bimbingan moral setiap pagi dan diberikan tugas membantu Ustadzah di berbagai kegiatan pesantren agar mereka belajar nilai kepemimpinan yang benar.

Sementara itu, santriwati lain yang mengetahui hukuman ini merasa senang dan lega. Mereka yang selama ini merasa tertekan karena ulah ketiga senior itu akhirnya bisa bernapas lega.

“Syukurlah mereka kena karma!” bisik salah satu santriwati dengan gembira.

“Iya, ini semua berkat Arabella!” tambah yang lain.

Beberapa santri bahkan berterima kasih langsung kepada Arabella. “Makasih ya, Bella. Kalau bukan karena kamu, mereka pasti terus semena-mena.”

Arabella hanya tersenyum. “Udahlah, yang penting sekarang mereka belajar dari kesalahan. Mudah-mudahan mereka berubah jadi lebih baik.”

Herni, Ani dan Hana hanya bisa menundukkan kepala. Mereka sadar bahwa perbuatan mereka sudah diketahui seluruh pesantren, dan mereka tidak bisa lagi bertindak seenaknya.

Hukuman ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka untuk tidak meremehkan orang lain dan bersikap lebih baik di masa depan.

*****

“Sayang... Apa kamu siap melakukan kemo lagi?” tanya Ardana menatap istrinya.

“Insyaallah siap, tapi aku mau telpon Bella dulu ya Mas..” lirih Nilam.

“Tapi apa dia tidak akan curiga, kalau melihat kamu kayak gini...” jawab Ardana dijawab gelengan kepala.

“Insyaallah nggak Mas, aku tuh udah kangen sama Bella...”

Dengan penuh pertimbangan akhirnya Ardana mencoba menelpon Uma Salma untuk menelpon Arabella, dan kebetulan saat Uma menerima telpon, Arabella sedang berjalan keluar dari ruangan pengasuhan.

“Bella...” panggil Uma Salma membuat semua melirik ke arahnya bukan Cuma Arabella.

“Iya Uma...”

“Mommy kamu telpon, Nak...” ucap Uma Salma.

Semua santri kembali di buat heran kenapa orang tua Arabella menelpon Uma Salma, bukan ke Ustad atau Ustadzah sebagai pengasuh santri. Arabella berjalan dengan ceria ke arah Uma Salma, karena memang Arabella sudah merindukan Mommynya.

“Assalamualaikum Mommyku yang cantik...” cempreng Arabellla.

“Waalaikumsalam sayangnya Mommy...” balas Nilam dengan senyumnya.

“Mom... kok Aku ngerasa liat Mommy makin kurus deh, apa Daddy nggak ngasih Mommy makan yang enak?” canda Arabella.

“Masa sih, perasaan Mommy nggak kurus kok, Mommy Cuma lagi nyoba makan sehat aja kok sayang, apalagi udah tua udah harus hidup sehat kan...” jawab Nilam di angguki Arabella.

Arabella mengobrol asik dengan Mommynya walaupun dalam hati Arabella merasa curiga dengan perubahan sang Mommy, dari balik pintu n’dalem Uma Salma mengintip melihat reaksi Arabella.

“Hah... Nilam... Kalau Bella tau penyakit kamu, apa dia akan seceria sekarang...” batin Uma Salma meneteskan matanya.

“Uma...” sebuah tepukan menyadarkan Uma Salma yang sedang menatap Arabella.

“Eh... Iya Abi...”

“Kenapa?”

“Uma Cuma berpikir bagaimana reaksi Bella kalau tau Mommynya sedang berjuang melawan penyakitnya, apa dia akan seceria sekarang..” lirih Uma Salma kembali melihat Arabella.

“Kita doakan saja Uma... semoga Nilam cepat sembuh dan kembali ke tanah air dengan keadaan sehat walafiat.”

“Ammin...”

“Uma...” panggilan Arabella menghentikan percakapan mereka.

“Iya, Nak..” jawab Uma langsung tersenyum.

“Ini handphonenya, makasih ya Uma, aku seneng deh bisa video call'n lagi sama Mommy, tapi kok aku ngerasa aneh ya, sama perubahan Mommy, mudah-mudahan Mommy sama Daddy sehat selalu disana dan cepet pulang...” senyum merekah Arabella membayangkan Mommy dan Daddynya segera kembali.

Sedangkan Kiyai Hasyim san Uma Salma saling pandang, ternyata Arabella sudah curiga dengan perubahan Nilam.

1
Tara
jodohmu kaga jauh ...smoga cepat bucin ya...🤭🫣🥰😱🤗👏👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!