Apa jadinya jika seorang Ustadzah harus menikah dengan seorang mafia yang terkenal kejam dan juga selalu bermain perempuan.
Apakah keduanya akan menerima pernikahan tersebut atau malah menolaknya ?
Antara Cinta dan ego
Antara dunia dan akhirat
Antara Hati dan Akal
dan
Antara Fara dan Althezza
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ustadzah 16
Acara yang Fara hadiri merupakan acara besar yang di adakan di sebuah masjid besar yang menjadi kebagaan warga kota B.
Masjid Al -Jabbar adalah salah satu tempat yang selalu di tunggu-tunggu oleh Fara.Mesjid iconic itu mampu menarik perhatian Fara yang ingin selalu ingin mengunjunginya.
Kali ini pun bukanlah kali pertama ia mengunjunginya.Hampir setiap tahun ia pasti mendapatkan undangan untuk hadir di masjid tersebut.
Masjid Al-Jabbar ,masjid yang dijuluki dengan nama "Masjid Terapung Gedebage". Julukan tersebut tak terlepas dari adanya danau besar di ketiga sisi bangunan masjid yang berfungsi sebagai retensi banjir dan penyimpan air.
Nama masjid Al-Jabbar ini memiliki tiga filosofis yaitu nama yang mirip dengan singkatan Jawa Barat (Jabar), ilmu matematika "Aljabar", dan salah satu Asmaul Husna yang berarti "Maha Perkasa" atau "Maha Berkehendak".
Fara selalu menatap kagum bangunan besar dan megah di depannya setiap kali dirinya datang.Ada rasa senang,haru,bangga bisa kembali menginjakan kaki di masjid ini.
Fara juga selalu di sambut baik oleh orang-orang di kota B.Terbukti masjid yang mampu menampung lebih dari tiga puluh ribu jamaah itu selalu penuh membuat Fara terharu.
Fara duduk di ruangan khusus di temani Fatim,sedangkan Fadlan menunggu di dalam masjid untuk mempersiapkan kamera.Memang sudah biasa,setiap acara kajian Fara juga selalu menyiarkan acaranya secara langsung di channel milik dirinya.
Bukan apa,para jamaah yang lainnya yang berada di kota lain selalu saja meminta setiap kali ada acara kajian Fara untuk menyiarkannya secara langsung.Dengan senang hati Fara pun memenuhi permintaan para jamaahnya selama itu hal positif.
Acara di mulai,rangkaian acara sudah mulai berlangsung.Hingga tiba pada inti acara.
Fara sudah berdiri di atas panggung,ia menatap para jamaan yang dikhususkan untuk para wanita saja sehingga membuat Fadlan langsung pindah kebelakang panggung.
Fara dengan suara lembut dan tegasnya mulai berbicara.Decak kagum dan raut bahagia terlihat pada wajah-wajah jamaah yang hadir dan itu menjadi salah satu sumber kebahagiaan untuk Fara.
"Terimakasih karena sudah membuat perasaanku sedikit lebih baik."
Fara di sela-sela pembicaraannya selalu menatap dan tersenyum pada orang-orang di depannya.
"Mas,apa kamu disana juga memikirkan ku? Sama seperti aku yang juga memikirkan mas"
Fara kembali memfokuskan diri,ia tidak ingin terlalu terlena dengan perasaannya.Taku jika kembali merasakan sakit seperti dulu yang cukup membuatnya trauma.
Sedangkan di dalam mobil,seorang pria bertato sedang fokus menatap macbook nya.
Sebuah live streaming menjadi pusat perhatiannya.Ya,saat ini Altheza sedang menonton live streaming sang istri.Kali pertamanya seorang Altheza menonton sebuah kajian agama yang bahkan membuat supir dan asistennya nampak keheranan.
Altheza mengusap pelan layar di depannya seolah wajah itu ada nyata di depannya.Altheza bingung dengan dirinya yang merasa nyaman saat memandangi wajah sang istri walaupun tertutup cadar.
Suara lembut Fara kembali membuat dadanya berdesir.Setiap kata-katanya seolah menjadi racun yang menggerogoti fikirannya.
"Kenapa setiap mendengar suara lembutmu membuat dadaku berdesir hebat?"
Perjalanan hampir sampai tapi Altheza masih saja betah mendengarkan suara lembut sang istri,membuat sang asisten semakin heran namun ia tak berani bertanya apalagi menegurnya.
Hingga tak lama,mobil memasuki gerbang rumah besar berwarna putih.Altheza turun dari mobilnya,ia berjalan gagah menuju pintu rumah.
Saat pintu terbuka,hawa dingin langsung menerpa tubuhnya.Suasana seperti biasa selalu sepi,biasanya sore begini mamanya berada di dapur.
"Ma.." Panggilnya saat melihat sang mama sedang memotong bahan masakan.
"Loh kamu sudah pulang?"
Altheza mengangguk kemudian menarik kursi meja makan.
"Kamu gak nyusul istrimu ke kota B?".
"Tidak! Aku lelah jadi ingin istirahat saja"
"Oh gitu,gak apa-apa lah.Lagian Fara perginya sama asisten dan juga sepupunya jadi pasti aman."
Althez hanya mengangguk saja,mama nya tau itu artinya sang istri pamit dengan mamanya tapi kenapa Fara tidak pamit pada dirinya yang jelas-jelas suaminya sendiri.
Bahkan tanpa sadar Althez menjadi kesal mengetahui fakta tersebut.Ia langsung pamit pada sang mama untuk istirahat di kamar sambil menunggu sang istri pulang.
Althez naik ke lantai atas,saat sudah dekat dengan pintu kamarnya tiba-tiba ia bertemu dengan Zenit sang adik.
"Kaka baru pulang? Gak nyusul istrinya ke Kota B?"
Lagi-lagi pertanyaan yang sama membuat Althez menghela nafasnya lelah.Tanpa menjawab Althez bersiap membuka pintu kamarnya.Namun Zenit kembali bersuara.
"Aku sudah tau orang yang bantu aku waktu itu"
Deg
Althez diam mematung,perasaannya mulai tak enak.Adiknya memang selalu saja bertindak seenaknya.
"Kaka sudah janji sama aku kalau aku sudah mengetahui siapa yang menolongku,maka kaka akan mencintai wanita itu".
"Jangan Gila Zenita,kamu kan tau kaka sudah punya istri.Lagian permintaanmu selalu saja aneh".
"Ah pokoknya Zenit tak peduli.Yang jelas Zenit mau,nanti kaka harus bisa mencintai pahalawan aku itu"
Althez mengacak rambutnya frustasi,bagaimana nanti dengan istrinya jika ia menuruti permintaan sang adik tercinta.Althez benar-benar di buat pusing oleh sang adik.
...🌸🌸🌸...