NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Teen School/College / Putri asli/palsu / Murid Genius / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:349.7k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putri yang Mana?

Resepsionis FP Group tampak sedikit terkejut.

Presiden Direktur akan menemuinya?

Bahkan ia sendiri belum pernah bertatap muka langsung dengan sang Presiden Direktur. Jarang sekali ada yang tahu siapa sebenarnya Direktur FP Group itu.

Setelah menutup telepon, resepsionis itu mempersilakan Haryo Bagaskara duduk di area tunggu.

“Direktur akan menemui Anda, Pak, tapi beliau sedang sibuk sekarang.”

Mendengar bahwa Direktur Direktur FP Group akan menemuinya, jantung Haryo ikut berdebar.

Direktur FP Group terkenal sulit ditemui. Bahkan para direktur besar pun jarang bisa mendapat audiensi. Ia tidak pernah berharap bisa diterima hari ini—tapi ternyata permintaannya disetujui.

Haryo mengambil segelas air mineral dari meja, duduk di sofa area tunggu. Telapak tangannya sudah basah oleh keringat dingin.

Di ruangan lain, Dimas Arga, asisten pribadi Fajar Pramudya, baru saja menutup telepon dari resepsionis. Ia lalu menghubungi ponsel atasannya.

“Direktur, Pak Haryo Bagaskara sudah datang.”

Fajar melirik jam tangannya, lalu tersenyum tipis.

“Lima jam lagi. Katakan padanya, saya ada urusan mendadak.”

Dan begitulah, Haryo menunggu di area tunggu selama lima jam penuh.

Tiga jam pertama, ia masih sabar. Tapi setelah itu, mulai gelisah. Ia menoleh ke arah resepsionis.

“Permisi, apakah Direktur sudah selesai dengan urusannya?”

Resepsionis menekan nomor internal dan menjawab dengan raut menyesal,

“Maaf, Pak. Direktur masih sibuk.”

“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Saya bisa menunggu,” jawab Haryo, mencoba tersenyum dan tetap sopan.

Namun satu jam berlalu lagi, Direktur FP Group belum juga muncul.

Dua jam kemudian, jawaban resepsionis masih sama.

Lima jam berlalu.

Ketidaksabaran Haryo sudah di ambang batas. Ia ingin pergi, tapi ini kesempatan langka untuk bertemu Direktur legendaris FP Group. Ia tak mau menyerah begitu saja.

Kalau bisa menjalin hubungan dengan Direktur FP Group, peluang dan keuntungan yang akan datang tidak terhitung. Melalui sosok sekuat itu, Haryo bisa memperluas koneksi—hal yang selama ini hanya bisa ia impikan.

Ia meneguk segelas air lagi. Sudah delapan gelas ia habiskan.

Melihatnya, resepsionis bangkit mendekat.

Haryo segera berdiri, merapikan jasnya, memastikan penampilannya rapi. Ia mengira saat itu waktunya sudah tiba.

Namun, resepsionis hanya menunduk sopan sambil berkata,

“Maaf, Pak Haryo. Direktur mendadak ada urusan penting dan tidak bisa menemui Anda hari ini. Bagaimana kalau Bapak datang lagi besok?”

Wajah Haryo menegang.

Lima jam menunggu, hanya untuk mendengar alasan ‘ada urusan mendadak’?

Tapi ia tidak berpikir bahwa Direktur sengaja mempermainkannya. Ia menahan diri, memaksa senyum kecil.

“Baiklah, kalau memang beliau sibuk, saya akan datang besok.”

Resepsionis tersenyum tipis, mengantarnya pergi dengan sopan—namun dalam hatinya, ia sudah tahu: Direktur memang tidak berniat menemuinya. Ini lebih seperti ujian kesabaran daripada pertemuan bisnis.

Keesokan harinya, ketika Haryo datang lagi, sambutan resepsionis tidak lagi sehangat kemarin.

“Maaf, Direktur sedang ada urusan luar kantor hari ini. Silakan datang lagi besok.”

Nada bicaranya terdengar kaku dan lelah. Haryo sempat terpaku, tapi masih berusaha sopan.

“Kalau begitu, boleh saya minta nomor beliau? Nanti kalau sudah ada waktu luang, saya akan menghubungi.”

Resepsionis hanya tersenyum kaku.

“Saya juga tidak punya nomor Direktur, Pak.”

Akhirnya, Haryo hanya bisa pergi. Hari berikutnya pun sama—tidak ada hasil.

Tiga hari berlalu.

Ia mulai merasa dilecehkan, tapi masih belum berani menuduh. Dalam pikirannya, mungkin Direktur memang terlalu sibuk. Tapi batinnya sudah mulai memberontak.

Kalau terus begini, Bagaskara Group akan kehilangan peluang besar.

Akhirnya, hari ketiga, seseorang turun menemuinya—Dimas Arga sendiri.

Asisten pribadi Fajar.

Kehadirannya saja sudah cukup membuat banyak orang gentar, karena di FP Group, siapa pun yang bicara dengan Dimas berarti bicara dengan Direktur langsung.

Begitu melihatnya, Haryo segera berdiri dan menyambut dengan antusias.

“Halo, Pak Dimas. Senang sekali akhirnya bisa bertemu.”

Namun Dimas hanya menyesuaikan posisi kacamatanya tanpa menjabat tangan Haryo, membuat tangan itu menggantung canggung di udara sebelum perlahan ditarik kembali.

“Apakah Bapak akan membawa saya bertemu dengan Direktur?” Tanya Haryo dengan nada yang tetap sopan, walau ada sedikit gugup.

“Direktur sedang sangat sibuk,” jawab Dimas datar.

“Beliau menyuruh saya menemui anda. Silakan sampaikan maksud Bapak.”

Haryo melirik sekeliling, merasa tidak nyaman bicara di ruang terbuka.

“Bagaimana kalau kita pindah tempat yang lebih tenang?”

“Tidak perlu, saya harus segera melapor kembali. Waktu saya terbatas.”

Haryo menarik napas, mencoba tetap tenang.

“Baiklah. Jadi begini, tanah di utara kota itu—Bagaskara Group sangat membutuhkannya. Kalau bisa, kami mohon agar kepemilikannya bisa dialihkan. Soal harga, kami siap negosiasi.”

Dimas mendengarkan tanpa ekspresi, lalu menjawab pelan namun tegas.

“Tanah itu memang sengaja ditarik oleh Direktur kami. Alasannya… karena putri Anda telah menyinggung beliau.”

Haryo membeku.

Putrinya? Menyinggung Presiden Direktur FP Group?!

Otaknya langsung berputar cepat, dan nama pertama yang terlintas adalah Shinta Bagaskara.

Tentu saja, pikirnya. Sejak kembali ke rumah, gadis itu sudah membawa banyak masalah.

Kalau ini gara-gara Shinta, ia bisa saja menyerahkannya, asal Direktur FP Group tidak marah.

“Kalau memang karena Shinta, saya bisa bawa dia ke sini, biar Direktur menyalurkan kemarahannya langsung,” ucap Haryo dengan nada gugup, nyaris seperti memohon.

Dimas mengernyit, tampak heran. “Tunggu dulu. Apa tadi saya bilang Shinta?”

Haryo mengerutkan dahi. “Jadi maksud anda… Dira?”

Dimas mengangguk tanpa menjelaskan lebih lanjut, lalu berbalik dan pergi begitu saja.

Begitu keluar dari gedung FP Group, langkah Haryo gontai.

Pikirannya kacau.

Bagaimana mungkin Dira—anak yang selama ini lembut, penurut, dan selalu ia banggakan—bisa menyinggung Direktur FP Group?

Ia tidak percaya. Dira selalu bersikap manis pada semua orang.

Bahkan para tetangga pun menyukainya. Sebaliknya, Shinta yang selama ini membuatnya geleng kepala.

Namun kali ini… justru Dira?

Malam itu, Shinta dan Dira sama-sama tiba di rumah hampir bersamaan.

Saat duduk di meja makan, Haryo menceritakan semuanya dengan nada kesal.

“Tanah di utara kota itu diambil alih FP Group. Katanya, karena salah satu dari kalian menyinggung Presiden Direktur mereka.”

Dira menatap sekilas ke arah Shinta, bibirnya melengkung sedikit.

“Kak Shinta… katanya akhir-akhir ini sering nongkrong bareng anak-anak paling nakal di sekolah. Jangan-jangan Kakak tanpa sengaja menyinggung seseorang?”

Shinta yang sedari tadi diam hanya menatap piringnya tanpa ekspresi.

Sudah biasa baginya menjadi orang yang tak dipercaya di rumah ini. Ia hanya menarik napas pelan dan tidak menjawab sepatah kata pun.

1
Winda Widiastuti
terimakasih up-nya Thor
Wega Luna
🤣🤣🤣🤣Dira masuk shinba yg ada jadi samsak tinju orang orang shinba🤣🤣🤣🤣🤣
Wega Luna
apakah saat malam pengantin ketuker kali mempelai pria nya atau jangan jangan sengaja dituker🤣🤣🤣🤣🤣, sungguh mati aku jadi penasaran🤣🤣🤣
Kusii Yaati
dari yang terbuang sekarang banyak yang sayang, Shinta Bagaskara sekarang hidupmu bahagia dan di kelilingi keluarga yang benar benar tulus menyayangimu.
Aretha Shanum
lanjut, udah ku faf thor
tutiana
lanjuuuttttt❤️❤️❤️
Lala Kusumah
pokoknya Shinta kereeeeeennn n hebaaaaaatt, ba bowuuuuuu 😍😍😍
Lala Kusumah
rasain Lo Shinta dilawan, salah cari lawan Lo.....
sahabat pena
waduh.. apa mak nya shinta pernah selingkuh sama pak surya?
Narti Narti
ah mantapp aku suka gayamu sinta🤭🤭🤭🤭
Wega Luna
🤣🤣🤣🤣🤣
ratih
mantap 👍
Siti Hawa
nah... kan kna batu nya di Theo... sok bangat tebar fitnah sana-sana sini... Sinta di lawaaaaan... 🤣🤣🤣 mawar untuk mu thoor.. di tunggu updatenya lagi yg banyak ya thoor... sehat selalu💪💪🙏🙏🌹🥰
Narti Narti
pastinya masa depan kalian akan cerah😍😍😍
INeeTha
Yang Minta Crazy Up sabar ya, yuk mampir dulu ke ceritanya Salsa, kalau rame yang mampir nanti malam aku up 5 bab lagi Shinta-nya 🙏🙏🙏
SAE wife~🥰🥰
mantabbbb serangannya
Suhana Sulaiman
pak handoko kan pernah minta sinta masuk ke asosiasi seni lukis sebelomnya... shinta menang di hastinapura.. kok seperti gak kenal ajah... dn masa tu kakek winarta pon udah bilang shinta dpt tunjuk ajar olehnya.... musing2 terus ceritanya.. kayak sinetron
INeeTha: Shinta pakai alias SB ka, waktu menang di Hastinapura 🙏🙏🙏
total 1 replies
Suhana Sulaiman
larasati yg duduk di hastinapura pon tau shinta diangkat sbgai salah satu pewaris sadewa.... ini penduduk ibukota x tau... apa tak sampai..
Suhana Sulaiman
katanya keluarga sadewa udah ngumumin sunta itu antara pewaris sadewa.. lagi pula di majlis yg sangat gah itu ada kluarga bagaskara dan winarta yg backupnya sinta kok pada x tahu semua org ya... katanya wartawan semua hadir... kok dlm universiasi x ada yg tau.. apa beritanya x boleh masuk universitas... halunya gak nyampai... ceritanya diputar2 saja.
INeeTha: Diumumkan secara pribadi di pesta keluarga Sadewa waktu itu, tapi tidak secara masif jadi khalayak ramai tak tahu.🙏🙏🙏
total 1 replies
nur
makasih thor up bnyk 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!