NovelToon NovelToon
Operasi Gelap

Operasi Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Mata-mata/Agen / Gangster / Dark Romance
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Radieen

Amara adalah seorang polisi wanita yang bergabung di Satuan Reserse Narkoba. Hidupnya seketika berubah, sejak ia melakukan operasi hitam penggrebekan sindikat Narkoba yang selama ini dianggap mustahil disentuh hukum. Dia menjadi hewan buruan oleh para sindikat Mafia yang menginginkan nyawanya.
Ditengah - tengah pelariannya dia bertemu dengan seorang pria yang menyelamatkan berulang kali seperti sebuah takdir yang sudah ditentukan. Perlahan Amara menumbuhkan kepercayaan pada pria itu.
Dan saat Amara berusaha bebas dari cengkraman para Mafia, kebenaran baru justru terungkap. Pria yang selama ini menyelamatkan nyawanya dan yang sudah ia percayai, muncul dalam berkas operasi hitam sebagai Target Prioritas. Dia adalah salah satu Kepala geng Mafia paling kejam yang selama ini tidak terdeteksi.
Amara mulai ragu pada kenyataan, apakah pria ini memang dewa penyelamatnya atau semua ini hanyalah perangkap untuknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jeratan Leher di Dalam Sel

Jeruji besi penjara itu dingin, dingin seperti jalan hidup yang menuntunnya ke titik ini. Riko duduk di pojok ranjang sempit, matanya tak henti menatap sebuah benda kecil di tangannya. Sebuah flashdisk hitam, seukuran ibu jari.

Ia menatapnya seakan itu bukan sekadar plastik dan chip, melainkan bom waktu yang siap meledakkan siapa pun yang mencoba menyentuhnya.

Riko menggertakkan giginya. Ia tahu kenapa ia masih hidup sampai hari ini, karena mereka tidak yakin sejauh mana ia berani bicara. Tapi ia juga tahu waktunya tak akan lama.

Ia menyelipkan flashdisk itu ke dalam sol sepatu sebelah kanan, bagian yang sudah ia congkel rapi sejak seminggu lalu. “Kalau aku mati… benda ini akan bicara untukku,” batinnya.

Matanya menerawang, bayangan masa lalu menghantam kepalanya.

Langkah sepatu terdengar mendekat. Dua bayangan muncul di balik jeruji. Terlihat seorang sipir yang biasanya tak pernah datang malam-malam. Dan di belakangnya… sosok asing bertubuh kecil, dengan tattoo harimau di lengan kanannya, wajahnya samar di balik bayangan koridor.

Ia menggenggam rosario kecil di lehernya, menunduk, berbisik lirih, “Ampuni aku… semoga mereka menemukan kebenaran ini.”

Ketika pintu sel berderit terbuka, Riko tersenyum pahit. Suaranya menggema dalam sel, tapi hanya sesaat. Terdengar rintihan suara samar dan deritan sepatu yang melawan.

Dia mencengkram tali di lehernya. Wajahnya mulai memerah kemudian membiru, urat pada pelipisnya menonjol keluar. Tubuh Riko berkedut - kedut hebat, lalu perlahan melemas.

Malam itu, jeritan Riko tidak lagi terdengar. Yang tertinggal hanyalah tubuh dingin di dalam sel sempit.

Sipir bertubuh kekar itu berdiri setelah eksekusi selesai. mengambil tali yang lebih panjang, lalu melingkarkannya pada leher Riko. Tali itu di ikat cukup agar tidak dapat keluar dari kepala dengan mudah. Dia kemudian membuat simpul jerat lari, mengangkat tubuh Riko yang lebih kecil seperti mengangkat boneka Dakimakura.

Tubuh itu lalu digantungkan dengan tali di tiang dalam sel. Sebuah kursi kayu berwarna cokelat terang dicampakkan di dekat Riko. Selanjutnya, pria dengan tattoo harimau di lengan kanan, Bara, membersihkan sidik jari yang tersisa dengan saputangan yang disemprot cuka pada setiap sudut yang mungkin tersentuh.

Mereka tersenyum sinis, meninggalkan mayat yang terkulai dalam jeratan tali.

Pintu sel berderit tertutup. Bunyinya seperti gergaji yang menggores tulang, memisahkan Bara dari mayat yang baru saja mereka gantung. Ia melangkah menjauh, mengikuti sipir yang berjalan cepat di depannya. Namun, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

"Apa ada yang salah?" tanya sipir itu, melirik Bara yang tiba-tiba berhenti.

Bara menggeleng. "Tidak. Aku hanya merasa... kita melewatkan sesuatu."

Sipir itu mengernyitkan dahi. "Apa yang bisa terlewat? Mayatnya tergantung, kursinya terjatuh. Sempurna."

Bara tidak menjawab. Ia berbalik, langkahnya membawanya kembali ke pintu sel Riko. Sebagai seorang eksekutor yang berpengalaman, Bara memiliki intuisi yang kuat. Dia tidak akan meninggalkan jejak, dia harus memastikan segala hal tidak dapat menjeratnya.

Sipir itu menghela napas, mengikuti Bara dengan malas.

"Aku yakin semua sudah beres," gerutunya.

Bara tidak peduli. Ia memakai sarung tangan hitamnya dan menyalakan senter kecil di sakunya, lalu mengarahkannya ke dalam sel. Cahaya senter menembus kegelapan, menyorot tubuh Riko yang tergantung. Segalanya terlihat sama seperti saat mereka meninggalkannya. Namun, Bara tidak melihat ke arah mayat. Ia menyorotkan senternya ke seluruh bagian sel, mencari kejanggalan. Ia melihat ke sudut ranjang, di bawah bantal, bahkan di dalam lubang toilet. Tidak ada apa pun.

Keringat dingin membasahi pelipisnya. Keraguan itu semakin kuat. Ia menunduk, matanya menatap sepatu Riko yang tergeletak di lantai. Sepatu butut yang sudah usang, salah satu solnya sedikit terbuka.

Bara kemudian jongkok. Jantungnya berdebar kencang. Ia menghela napas, lalu memasukkan dua jarinya ke dalam celah sol sepatu itu. Ada sesuatu di dalamnya, benda kecil yang keras dan datar. Ketika ia menariknya keluar, ia melihat sebuah flashdisk hitam.

"Sialan!" umpat Bara pelan.

Ia menatap flashdisk itu, lalu beralih menatap wajah Riko yang membiru. Senyum pahit Riko yang terakhir kali dia lihat kini memiliki makna yang berbeda.

Sipir itu terperangah, ”Pantas kau selalu menjadi legenda."

Bara tidak menjawab, dia berdiri dan memasukkan flashdisk itu di saku celananya.

"Apa yang akan kau lakukan dengan benda itu? Apa kita perlu melapor pada bos?" Sipir itu bertanya penuh penasaran.

"Tugasmu sudah selesai, yang lain biar aku yang urus. Kau jangan terlalu ikut campur."

Sipir itu terdiam, menelan ludah. Ia tahu, ketika Bara berkata demikian, sebaiknya ia tidak bertanya lebih jauh. Ada hal-hal yang lebih baik tidak diketahui. Bara bukan sekadar eksekutor, ia adalah bayangan yang bergerak di antara celah-celah kekuasaan, dan rahasia yang ia bawa bisa menjadi bencana bagi siapa pun yang berani mengusik.

Mereka berjalan dalam diam menyusuri koridor penjara yang sunyi. Langkah mereka bergema, memecah kesunyian malam yang mencekam. Pikiran sipir itu berkecamuk, membayangkan apa isi flashdisk itu. Informasi apa yang membuat seorang tahanan biasa harus mati? Dan kenapa Bara tidak langsung menghancurkannya, atau setidaknya melaporkannya kepada atasan mereka?

Tiba di gerbang keluar, sipir itu berbalik, berniat pamit, tapi Bara sudah lebih dulu meninggalkannya tanpa sepatah kata pun. Sosoknya menghilang di balik gerbang yang tertutup, seolah ia tidak pernah ada di sana.

Bara berjalan cepat ke mobilnya, menembus dinginnya udara malam. Di dalam mobil, ia menyalakan mesin. Cahaya dari lampu dashboard menerangi wajahnya yang tegang. Ia menatap flashdisk di tangannya. Senyum pahit Riko kembali terlintas di benaknya. Dia tahu betul, flashdisk ini suatu saat bisa berguna untuknya. Ini adalah alat tawar-menawar, atau mungkin bisa menjadi perangkap yang akan mengubah segalanya.

Dia tidak akan begitu saja menyerahkan flashdisk ini, apalagi menghancurkannya. Dia tidak ingin hanya menjadi pion di permainan catur.

Suara Telepon berdering, Layar menampilkan nama yang tak perlu ia lihat dua kali. Bara menarik napas dalam, mengembuskannya perlahan, lalu mengangkatnya.

"Sudah selesai," katanya, suaranya rendah dan serak.

"Bagus," jawab suara dari seberang telepon. Suara itu tenang, namun ada nada dingin yang menusuk. "Pastikan semuanya tampak seperti kecelakaan."

"Sudah," jawab Bara. "Flashdisknya sudah diamankan."

Ada jeda singkat di seberang telepon. "Flashdisk? Bukankah seharusnya benda itu tidak ada?"

"Ada. Tersimpan rapi di sol sepatunya. Aku sudah menghancurkannya. Tidak ada yang tahu."

"Kerja bagus, Bara. Kau memang tidak pernah mengecewakan."

1
Piet Mayong
so sweet deh fai dan Amara...
Piet Mayong
semanggad Thor...
Piet Mayong
musuh yg sesungguhnya adalah komandannya sendiri, Alfian.
sungguh polisi masa gthu sih....
Piet Mayong
seru ceritanya..
semangat.....
Radieen: 🙏🙏 Makasih dukungan, sering sering komen ya.. biar aku semangat 🩷
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!