NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Sang Letnan

Menanti Cinta Sang Letnan

Status: tamat
Genre:Menikahi tentara / Konflik etika / Tamat
Popularitas:151.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.

Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.

Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.

Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?

Yuk kepoin.

Semoga banyak yang suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Memilih Untuk Melangkah

     Kafe sore itu penuh aroma kopi dan denting musik akustik yang mengalun pelan. Dari balik jendela kaca besar, lampu jalan berpendar samar diterpa hujan yang belum juga reda.

     Davira duduk kaku di kursinya. Tangannya menggenggam gelas cokelat panas yang baru saja dihidangkan, namun uap hangatnya sama sekali tidak mampu meredakan dingin yang menyelimuti hatinya. Matanya sempat membelalak ketika pintu kafe terbuka dan beberapa pria berseragam loreng memasuki ruangan dengan suara langkah tegas.

     Dadanya berdegup kencang. Nafasnya tercekat.

     "Apakah itu... Kak Kaffa?" bisiknya dalam hati.

     Ia menajamkan pandangan, mencari-cari sosok yang begitu dirindukan. Satu per satu wajah prajurit berbaju loreng itu ia amati. Ada yang tertawa lepas, ada yang memesan kopi sambil bercanda, ada pula yang langsung menuju meja kosong di sudut kafe.

     Namun, sosok yang dia cari tidak ada.

     Davira merasa lega sekaligus kecewa. Lega karena tidak perlu tergopoh-gopoh menjelaskan kebersamaannya dengan Arda di tempat itu. Tapi juga kecewa, karena bagian hatinya sebenarnya sangat ingin melihat suaminya lagi, meski hanya sekilas, meski hanya dalam kebersamaan yang rumit.

     "Vira?" Suara Arda menyadarkannya. Lelaki itu menatapnya penuh tanya. "Kamu kenapa bengong? Coklatmu keburu dingin."

     Davira buru-buru tersenyum tipis, meski kaku. "Ah, maaf ...." Davira meraih cangkir yang isinya coklat panas, dia berusaha menyembunyikan perasaan gelisahnya tadi.

     Arda mengangguk, meski sorot matanya menyiratkan ia tahu ada lebih banyak hal yang disembunyikan Davira. Tapi ia tidak menekan.

     "Minum saja dulu. Hujan begini, cokelat panas bisa bikin lebih tenang," ucap Arda lembut.

     Davira menyesap sedikit, berusaha menyamarkan gejolak di dadanya. Percakapan mereka berlanjut seadanya. Arda bertanya tentang hari-harinya di toko buku, Davira menjawab secukupnya. Kadang Arda menyelipkan humor ringan, yang dibalas Davira dengan senyum sekilas.

     Namun, di balik ketenangan itu, hati Davira terus bergejolak. "Andai tadi ada Kak Kaffa, apa yang akan ia pikirkan melihatku di sini bersama pria lain?"

     Hujan masih deras ketika mereka selesai makan. Arda menawarkan untuk mengantar Davira pulang.

     "Tidak usah repot, Mas. Saya biasa naik angkot," tolak Davira halus.

     "Tapi sudah malam, Vira. Hujan deras pula. Saya nggak tenang kalau membiarkanmu pulang sendirian." Arda bersikeras.

     "Saya tidak mau merepotkan.”

     "Kamu tidak merepotkan. Sama sekali tidak," potong Arda tegas, namun suaranya tetap lembut. "Aku akan antar. Titik."

     Davira menunduk. Hatinya tidak enak, tapi akhirnya ia mengangguk.

     Mereka kembali ke mobil. Jalanan masih basah, lampu kendaraan berpendar samar di tengah rintik hujan. Suasana di dalam mobil hening, hanya suara wiper yang sesekali menggesek kaca depan.

     "Vira," ujar Arda pelan setelah beberapa menit. “Aku tahu kamu selalu menolak ajakanku. Aku paham, mungkin kamu punya alasan yang tidak bisa kamu jelaskan. Tapi, izinkan aku peduli. Sekalipun hanya sebatas itu."

     Davira menoleh, menatap wajah Arda sekilas. Lelaki itu terlihat sungguh-sungguh. Tatapannya teduh, tidak mengandung paksaan.

     "Mas terlalu baik pada saya," ucap Davira lirih.

     Arda menatapnya sejenak, namun memilih tidak bertanya lebih jauh. "Biasa saja. Kamu tidak perlu merasa canggung dengan saya."

     Davira tidak membalas, dia tertunduk, merasakan perasaan canggung yang memang menyesaki dadanya.

     Tidak terasa mobil berhenti di depan kontrakan kecil di gang sempit, setelah Davira memberi kode dengan tangannya untuk berhenti.

     "Di sini?" Arda bertanya seakan tidak percaya.

     Davira mengangguk, dia menuruni mobil Arda, diikuti Arda.

     Arda memandang bangunan itu lama. Dindingnya lembab, catnya mengelupas, dan pintunya tampak rapuh. Ketika Davira membuka kunci, pintu terkuak perlahan. Lampu kecil menyala, terlihat isi dalamnya, kasur tipis di lantai, rak plastik sederhana, dan ember penampung air hujan dari atap yang bocor.

     Arda tercekat. Hatinya miris.

     "Vira… ini kontrakanmu?" Suaranya nyaris berbisik.

     Davira tersenyum kikuk. “Iya, Mas. Maaf kalau terlihat tidak layak. Tapi, saya sudah bersyukur masih ada tempat berteduh."

     Arda melangkah masuk, menatap sekeliling. Pandangannya tertumbuk pada jemuran baju di dalam ruangan karena tidak mungkin dijemur di luar saat hujan. Juga pada rak kecil berisi beberapa buku usang yang rapi tersusun.

     "Kenapa kamu tidak cerita?" Arda menatapnya dalam. “Kamu gadis baik, Vira. Kenapa harus hidup di tempat seperti ini?"

     Davira menunduk, menggenggam jemari. “Saya tidak punya pilihan lain. Toko buku memberi saya penghasilan, tapi hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan ini. Saya tidak bisa berharap lebih."

     Arda menghela napas panjang, lalu menatapnya dengan tekad. "Aku tidak bisa diam melihatmu seperti ini. Dengar, minggu depan ada lowongan resepsionis di kantorku. Gaji UMR. Dan ada mess untuk karyawan perempuan. Tempatnya jauh lebih layak dari ini. Aku bisa langsung rekomendasikan kamu."

     Davira membelalak. Jantungnya berdegup kencang. "Mas, saya ...."

     "Aku tidak menuntut apa-apa. Anggap saja ini kesempatan kerja. Kamu berhak hidup lebih baik, Vira. Tolong jangan tolak dulu, pikirkan saja,” ucap Arda serius.

     Air mata Davira menitik. Hatinya terenyuh, tapi juga bimbang. Ia merasa terbebani oleh statusnya sebagai istri Kaffa, meski kini mereka terpisah tanpa kabar.

     “Mas terlalu baik,” bisiknya. “Saya takut tidak bisa membalas apa pun.”

     “Kamu tidak perlu balas apa-apa,” balas Arda cepat. “Aku hanya ingin kamu tidak lagi kesepian dalam hujan, tidak lagi harus menampung air bocor di ember kecil ini. Itu saja.”

     Hening. Suara hujan di luar kembali menjadi latar.

     Davira menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Kenapa saya jadi merepotkan seperti ini ini?” Suaranya pecah.

     Arda hanya berdiri, memberi ruang, namun dalam hatinya berkata, "Kamu tidak merepotkan. Aku hanya tidak tega melihat keadaanmu seperti ini."

     Di tempat berbeda, pada malam yang sama, Kaffa masih sibuk menelusuri informasi lewat grup-grup leting dan adik leting. Ia menghubungi satu per satu, menanyakan apakah ada yang pernah melihat sosok perempuan berjilbab sederhana di sekitar tempat mereka beraktivitas. Namun jawaban selalu sama, nihil.

     Kaffa menatap layar ponselnya dengan putus asa. “Di mana kamu, Vira? Aku tahu kamu ada di luar sana. Kenapa takdir begitu kejam, jarak kita mungkin hanya belasan kilometer, tapi aku tak bisa menemukanmu?"

     Sementara itu, di kontrakan kecilnya, Davira masih duduk termenung setelah Arda pamit. Hatinya kacau. Ia tahu tawaran Arda bisa membuka jalan hidup baru, tapi bayangan Kaffa terus membayanginya.

     Ia memandang atap seng yang bocor, lalu menatap lantai lembab yang dingin. Perlahan ia berbisik, "Kak Kaffa, kalau saja Kakak di sini, mungkin aku tidak perlu menerima kebaikan orang lain." Air matanya kembali jatuh.

     Namun malam itu juga, benih keputusan mulai tumbuh. Tawaran Arda terasa seperti pintu yang terbuka. Dan Davira tahu, cepat atau lambat, ia harus memilih untuk melangkah.

1
dewi_nie
terima kasih ka'thor hiburan ceritanya...semangat berkarya💪💪💪
Nasir: Mksh byk Kakak cantik. Nanti hadir lagi di karya baru ya..... 🥰🥰🥰
total 1 replies
Rieya Yanie
selamat datang daviko..
melengkapi kebahagiian keluarga davira dan kafa
Nasir: Trmksh Kak.... ikuti trs Author ya. Untuk mengetahui karya baru.
total 1 replies
dewi_nie
selamat ya buat davira...
dewi_nie
oh marini memang penyesalan selalu di akhir..benar katamu Kaffa bukan jodohmu dari author🤭
Nasir: Hehehehheheh🤭🤭🤭
total 1 replies
Rieya Yanie
ceritanya menarik, alurnya pas dan kata katanya tepat
Nasir: Mksh byk Kak... 🙏🙏🙏🥰🥰
total 1 replies
Rieya Yanie
marini gagal moveon
dl aja diajak nikah g mau malah selingkuh giliran sekarang nyesel kan
Eva Tigan
Semoga rumah tangga kalian baik baik saja ya.meskipun gosip tak sedap melanda..Cinta kalian kuat tetap mempersatukan hubungan kalian
Nasir: Aamiin...
total 1 replies
Eva Tigan
Aihh..Marini niat banget ya sampek malam di pesta mantan,mending cepat pulang biar gak makin nyesak itu dadanya lihat pengantin mesra mesraan😄
Nasir: Saking penasaran...
total 1 replies
Jana
lanjuuuttt thor
Nasir: Siap...
total 1 replies
dewi_nie
marimar mengintai...panas hatinya..
dewi_nie
si marmar yg barbar mending cari mangsa Laen aja deh..ganjen Mulu jd cewek apa perlu dipindah ke Plosok aja yah
dewi_nie
kenek servisane davira tambah bucin Kaffa..ketagihan🤭
Sari Nilam
aduh ulet bulu marini gatel banget...dua yang selingkuh dia juga yang kepanasan pas tahu mantan mo nikah. ketawainn aja deh
Eva Tigan
dasar si Marinir mengganggu kebahagiaan orang saja..mending kamu mulai sekarang lupakan kaffa dan cari pria yg lain utk jadi suami kamu 😄
Eva Tigan
semoga cepat hamil ya Davira..karna udah semakin sering bercocok tanam dengan suamimu 😄
Nasir: Wkwkwkwkw...... 🤭🤭🤭
total 1 replies
Rieya Yanie
marini kebakaran rambut ini panas
Ella
bisa² gagal kulia ini davira🤣🤣🤣
Ella
hahahahaha niat bareng² giliran ketahuan main ilang aja tu bu reta🤣🤣🤣
Sur Yanti
buat davira gk takut ya thore sama marini 🙏🙏🙏
semangat 💪💪💪 lanjut up thor
Sari Nilam: Duh marini gayamu ...angkuh sekali belum tahu aja kalau davira calonnya kaffa , kejang2 ntar yang ada. Jadi cewek matre sih gak ,gak setia.
ayo davira lawan marini dengan main cantik
total 1 replies
Marufah Rufah
ngapain tuh si marini sibuk urus Kaffa kok gk urusin cwok slingkuhn mu itu marini
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!