NovelToon NovelToon
One Night Recipe

One Night Recipe

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Chicklit
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Giant Rosemary

Kehidupan Amori tidak akan pernah sama lagi setelah bertemu dengan Lucas, si pemain basket yang datang ke Indonesia hanya untuk memulihkan namanya. Kejadian satu malam membuat keduanya terikat, dan salah satunya enggan melepas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Giant Rosemary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Romansa Soto Ayam

“Amor, bangun.” bujukan itu kembali dibiskkan tepat di telinga Amori. Tapi untuk yang kesekian kalinya, gadis itu seolah tak terganggu dengan napas hangat yang terlus berhembus di dekat telinga dan wajahnya. Kalau saja lututnya tidak sedang cedera, Lucas pasti sudah menggendong gadis itu kekamarnya sejak tadi.

“Amor.” tubuh itu diguncang pelan, tapi jangankan bangun, menggeliat pun tidak. Dengan gemas, Lucas mengecup pelipis Amori berulangkali, sampai akhirnya gadis itu menggeliat pelan. “Jadi memang harus dicium dulu, ya, baru mau bangun?” suaranya penuh godaan. Lucas terkekeh melihat tatapan Amori yang setengah bingung, setengah malu.

“Kamu—kapan sampai?” Amori bangun, menegakkan tubuhnya walau masih bersandar ke punggung sofa. Ia mengusap wajahnya lalu menguncir rambutnya jadi satu. Gerakan sederhana itu saja sudah cukup untuk membuat senyum Lucas melebar. Pria itu terpesona. Walaupun sejak awal Lucas memang sudah terpikat dengan wajah cantik Amori, tapi belakangan ini aura Amori terasa lebih terang dan membuat Lucas kewalahan.

“Udah lumayan lama, 15 menit mungkin. Dan selama itu saya bangunin kamu. Udah saya bisikin, saya usap-usap, badan kamu juga udah aya guncang. Tapi ternyata kamu cuma mau bangun kalau dicium.” Amori mendengus, menggulirkan matanya seolah kesal. Namun pipinya berkhianat, dan dengan mudahnya bersemu, membocorkan bagaimana perasaannya. Padahal ia sudah susah payah menahan senyumnya.

“Jam berapa sekarang?” tanya Amori buru-buru merubah topik. Tapi tubuh Lucas ikut bergerak untuk menghalangi pandangan Amori yang ingin melihat ke arah jam dinding terdekat.

“Masih siang. Lagian kamu nggak usah buat makan malam. Kita bisa pesan.” ujarnya ringan.

Tapi Amori tidak setuju dan menggeleng cepat. Ia berhasil melongok ke arah jam, lega karena sebenarnya ia masih memiliki banyak waktu sebelum jam kerjanya dimulai. “Kalau begitu, artinya kamu udah nggak butuh jasa saya lagi.” katanya sok serius.

“Kalau kamu oke untuk makan makanan pesan antar, artinya saya bisa—-.” Lucas menyipitkan mata, lalu tanpa peringatan melemparkan tubuh besarnya untuk memeluk Amori. Hela napasnya terdengar berat ketika ia menghirup aroma lembut yang berasal dari rambut dan ceruk Amori.

“Bisa tinggal disini tanpa kerja. Bisa jadi lebih daripada chef pribadi saya.” Amori tergelak, menepuk punggung Lucas beberapa kali. “Itu kan, yang mau kamu bilang?” Lucas mendongak, masih belum rela melepas pelukannya.

“Bukan. Dasar sok tahu.” Amori tersenyum geli. Tatapan matanya bertemu dengan Lucas, dan di sana ia menemukan sesuatu yang menakutkan sekaligus menghangatkan hatinya. Sebuah rasa yang tidak pernah ia berani bayangkan sebelumnya, untuk bisa ia dapatkan dari sosok seperti Lucas.

Tak tahan berlama-lama dengan perasaan menggelitik dan hangat yang berkumpul di perutnya, Amori melepaskan diri dari pelukan Lucas. Pria yang senyumnya masih berseri-seri itu mengikuti Amori yang kabur ke arah dapur lewat matanya. “Menu makan nanti, ada yang mau kamu ganti ngga?” Amori menyembunyikan semunya dengan berlagak sibuk melihat bahan makanan di dalam kulkas. Lucas yang menyadari bagaimana kikunya Amori bergerak tidak bisa menahan tawanya.

“Kamu selalu lucu kalau salah tingkah.” Amori tak menanggapi karena terlalu malu. “Saya lagi mau makan soto. Kamu bisa buatnya, kan?” Amori berbaik dengan kening yang mengerut dan alis yang naik tinggi.

“Soto?” Lucas mengangguk. Ia membenarkan posisi duduknya, lalu menyangga kaki kanannya dengan bantal. Senyumnya semakin lebar melihat reaksi Amori yang berubah-ubah.

“Iya. Dulu ibu saya sering masak soto, tapi saya nggak tau soto apa. Yang pasti dia pakai ayam, sayur, dan kuahnya agak kuning kental.”

“Oke, soto ayam Betawi. Bahannya ada, kok. Terus, apalagi?” kali ini Lucas menggeleng.

“Sisanya terserah kamu. Pilihin aja makanan yang cocok.”

“Sip. Saya buatin yang paling enak dan paling lengkap buat kamu.” Amori mengangguk dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Ia mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas, mencairkan stok kaldu yang sudah dibuat dari beberapa hari yang lalu, lalu menyiapkan bumbu-bumbu di meja dapur.

Lucas, di sisi lain, masih duduk bersandar di sofa, dengan kedua lengan yang terbuka di punggung sofa. Matanya tidak pernah lepad dari sosok Amori yang bergerak lincah di dapurnya.

“Kalau kamu jadi sayur, kamu maunya jadi apa?” tanyanya iseng. Ia hanya ingin terus bicara dengan Amori dan mendengar suara merdu gadis itu.

Amori mengerling tanpa menoleh. “Hmm, wortel?”

“Kenapa?”

“Karena, warnanya cantik.” Lucas tergelak.

“Kamu nggak harus jadi wortel untuk jadi cantik, Amor.” katanya tulus. “Kalau saya, cocoknya jadi apa?”

Amori menahan tawa sambil memasukkan bawang dan bumbu-bumbu lainnya ke dalam chopper. “Kentang.”

“Kenapa? Karena enak kalau diapain aja, kan?” kini Amori yang tergelak. Tapi dalam hatinya, Amori menyetujui. Lucas memang selalu tampan dalam keadaan apapun. Amori sudah pernah melihat pria itu dalam keadaan tidur, kelelahan saat latihan, kesakitan waktu cedera dan ketika marah. Dan tak ada dari momen itu, Lucas terlihat buruk untuknya.

Tak puas hanya memperhatikan ekspresi Amori dari jauh, Lucas akhirnya bangkit walau masih sulit dan terbatas. Langkahnya yang pincang semakin mendekat dan menarik perhatian Amori. “Mau ngapain?” tanya Amori horor.

“Mau bantu kamu.”

“Kamu? Duduk aja, jangan bikin repot, Lucas. Lutut kamu aja masih di bebat begitu.”

“Terlambat. Saya udah di sini, dan untuk jalan lagi ke sofa malah akan bikin lutut saya makin sakit. Jadi, saya akan jadi sisten chef kamu hari ini. Saya bisa bantu ape, Chef?” tanyanya sambil menaik turunkan alis.

Amori menahan senyum melihat betapa seriusnya Lucas. “Kalau gitu, pakai dulu apronnya.” dengan perbedaan tinggi tubuh mereka yang cukup jauh, Amori membantu Lucas memakai apron. “Sekarang, bantu saya kupas kentang, bisa?” Lucas terlihat tidak yakin saat Amori mengulurkan peeler untuknya. Tapi ia tetap mengangguk.

“Bisa.” dengan tatapan yang kelewat serius, Lucas mulai menguliti kentang yang sudah Amori sediakan. Tapi beberapa detik kemudian, Lucas mengeram karena kesulitan dan kehilangan kesabaran.

“Amor, kentangnya nggak rata. Susah dikupas. Langsung rebus aja, nggak apa-apa kan, kalau kita rebus sama kulitnya? Saya bisa kalau tinggal potong-potong. Atau ini, saya bisa bantu kamu cuci ini.” Amori tergelak. Tawanya tak bisa ditahan karena untuk pertama kali ia mendengar Lucas melemparkan protes yang cukup panjang.

“Amor, kamu kenapa ketawa? Kamu ngeledek saya karena nggak bisa ngupas kentang? Tell me. What i can do? Saya beneran bisa bantu kamu.”

“Duduk Lucas.” kata Amori setelah tawanya reda. “Kamu mungkin jago banget dalam hal lain, tapi urusan dapur biar saya yang handle. Sini, duduk yang tenang.” Amori menarik kursi kayu dan menyuruh Lucas untuk duduk. Pria itu menurut. Tapi ketika Amori akan berlalu dan melanjutkan pekerjaannya, Lucas mengurung Amori di sela pahanya yang melebar sengaja.

“So, you want to handle my kitchen? I can make it happen. I can let you handle my kitchen for the rest of our life, Amor.” Amori menunduk cepat, mengindari tatapan Lucas yang lembut namun merasuk terlalu dalam dan mempengaruhinya. “Hei, lihat saya.” Amori enggan mengindahkan, walaupun satu telapak tangan Lucas sudah menangkup sisi wajahnya dan menariknya naik.

“I want you, Amor. Dan saya serius.” Amori terlalu lemas untuk melawan. Ia kalah, dan akhirnya membicarkan Lucas menuntun tatapan mereka agar kembali bertaut.

Mereka saling bertukar tatapan lembut dan hangat untuk beberapa saat. Keduanya sama-sama terbawa suasana. Lucas, tak bisa menahan keinginannya. Dengan perlahan, ia mendekatkan wajahnya, sambil melihat, apakah ada sebersit saja penolakan pada netra Amori. Namun ketika tak menemukan reaksi enggan itu, Lucas semakin berani.

Wajah mereka semakin dekat. Napas mereka pun dengan natural saling bertukar. Amori membuka belah bibirnya dengan gerakan lembut, dan senyum Lucas terbit karenanya. “Amor—”

“Lucas, gawat—-oopps.” Dani datang di saat yang tidak tepat. Tapi melihat bagaimana raut wajah pria itu, Lucas tahu ada masalah yang terjadi.

***

Bersambung....

1
Lory_kk
Semangat thor, jangan males update ya.
Hazel Nolasco
Ngangenin deh ceritanya.
Luna_UwU
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!