NovelToon NovelToon
Pria Manis Yang Ku Benci

Pria Manis Yang Ku Benci

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Alia merupakan wanita yang cantik dan lugu dulunya dirinya, hanya wanita polos yang mungkin bisa di bilang hanya wanita biasa dengan paras yang biasa dan tidak tertarik sama sekalia, karena alia hanya tertuju kepada keinginanya yaitu belajar, sampai dirinya bertemu dengan arnold pria yang kakak kelas tingkat 3 di banding dirinya, kakak itu sma 3 dan alia smp 3, alia menganggumi arnold layaknya pasangan sayangnya cinta alia tidak di balas melainkan hanya di permalukan di depan umum, sampai akhirnya 4 tahun sudah mereka bertemu kembali, di tempat perjodohan arnold awalnya tidak tahu siapa wanita cantik itu, sampai akhirnya dia tahu dan kaget.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

“Ya, tapi sepi kalau menurut gua. Kalau papa lu udah bener sih, udah. Papa lu nggak sama hal itu, karena pasti papa lu tahu lah harusnya baik-baik.”

“Bener sih, tapi kan lu tahu Mama aku gimana orangnya. Kalau udah bilang A ya udah A aja, nggak akan bilang B.”

“Ya, bicara Mama lu salah. Cuman gimana ya, aku juga bingung sih. Nanti kalau mama mudanya tuh bilangnya gue kayak ngadilin elu lagi daripada ngadilin dia.”

“Yah, namanya juga emak-emak, begitulah. Mau gimana lagi. Tapi gue sayang sih sama dia, cuman maksud gua, gua nggak mau aja deh diatur-atur soal masa depan, apalagi soal perasaan dan jodoh. Itu kan nggak baik gitu loh buat gua.”

Tobi tidak habis pikir dengan bagaimana mindset kedua orang tua Alia. Ternyata, pola pikir mereka hampir sama dengan orang tua Tobi dulu.

Tobi merasa seperti melihat rekaman ulang tentang dirinya dan keluarganya. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan keluarganya, karena mungkin pada saat itu mereka juga tidak punya pilihan. Akhirnya keluarga mereka kehilangan arah dan terpecah belah seperti sekarang.

Alia merasa heran. Kenapa tiba-tiba Tobi diam dan tidak berbicara apa-apa? Apakah ada perkataannya yang membuat perasaan Tobi tersinggung atau sakit hati?

“Tobi, lu sakit hati ya sama perkataan gua? Kalau ada perkataan gue yang bikin lu sakit hati, gue minta maaf ya, Tobi. Bukan maksud gue begitu.”

“Enggak kok. Emangnya kata siapa? Gue cuma lagi diem dan mikir aja, bukan karena perkataan lu bikin sakit hati gue.”

“Habis lu mendadak diem gitu. Kan gue jadi bingung harus gimana. Harusnya lu kasih tahu gua kalau gua ada salah. Jangan diam aja, gua jadi nggak tahu salah gua apa.”

“Berasa mulu jadi cewek, jadi bingung sama lu. Coba biasain gitu, jangan terlalu berasa terus. Takutnya banyak yang baper sama lu. Ntar lu kagak bisa ini lagi… apa namanya… tanggung jawab mau lu?”

Alia mendadak diam saat ditanya soal tanggung jawab. Padahal dirinya merasa tidak berbuat apa-apa, kenapa harus tanggung jawab?

Tobi hanya bisa tersenyum melihat reaksi kaget dan diamnya Alia. Entah kenapa, melihat reaksi Alia membuat Tobi bersemangat untuk menggodanya lagi.

“Kenapa jadi gua harus tanggung jawab? Perasaan gua nggak ngapa-ngapain. Emang buat apa juga gua tanggung jawab?”

“Kan gue bilang misalnya, perumpamaan. Bukan gue suruh tanggung jawab beneran. Kok lu beneran nanggepin semua pembicaraan gua ini dengan serius sih?”

“Ya habis bilangnya tanggung jawab. Kan gue jadi bingung. Kalau bicara sama gua tuh jangan serius-serius. Gue jadi nggak tahu itu beneran apa bercanda.”

“Lagian gue juga selalu bercanda sama lu kali, Al. Mana pernah gua serius sama lu? Kalau seandainya gue serius sama elu pun, pasti ada bedanya lah.”

Tobi tetap merasa lucu saat berbicara dengan Alia. Walau begitu, mereka tetap berteman dengan baik, tidak seperti teman pada umumnya yang selalu harus berpacaran dengan temannya sendiri.

“Tapi, Al, gue mau nanya. Lu pernah nggak sih kepikiran berpacaran sama temen dekat lu sendiri?”

“Siapa, gua?”

“Ya iyalah lu. Siapa lagi masa gua?”

“Nggak pernah sih. Karena gua nggak mau aja merusak pertemanan gua sama temen. Emang kenapa kok nanyanya gitu?”

Tobi mencoba mengorek Alia lebih dalam lagi, tapi sepertinya Alia tidak sampai ke arah sana pikirannya. Akhirnya pembicaraan itu berhenti di situ saja.

“Dih, gua nanya nggak dijawab. Kenapa sih lu?”

“Males aja gua jawabnya. Bingung juga, orang gua nggak pernah suka sama sesama teman. Kalau gua suka sama temen, baru bisa gua jawab.”

“Terus kalau misalkan lu nggak pernah, kenapa lu nanya? Kan aneh juga.”

“Udah, kita pulang yuk. Gua ada urusan sama nyokap gua.”

Alia merasa Tobi seperti menghindari dirinya. Tapi tidak sampai di situ, Alia tetap menurut kepada Tobi.

“Ya udah deh, yuk. Kasihan juga nyokap lu udah nungguin.”

“Iya, soalnya gue sama dia mau pergi gitu. Tapi nggak tahu sih ke mana.”

“Ya udah nggak papa, pulang aja.”

Sesampainya di rumah, Alia berpapasan dengan papanya. Tobi bingung harus bagaimana di hadapan papa Alia.

“Halo, Om. Saya Tobi.”

“Iya, Om tahu kok. Kan papa kamu temennya Om. Jadi Om udah tahu lah sama papa kamu.”

“Om kenal sama papa saya? Kenalnya di mana, Om?”

“Dulu papa kamu sahabat Om. Tapi kayaknya kamu nggak tahu sih, soalnya dulu kamu masih kecil. Kamu masih sekecil Alia gitu.”

Tobi kaget saat tahu papa Alia ternyata dulunya adalah sahabat papanya. Ia juga tidak menyangka bisa bertemu dengan sahabat papanya yang masih hidup.

“Ya udah deh, Om. Kalau gitu saya pulang dulu ya, soalnya saya ada janji sama mama.”

“Oke, hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut. Anak muda kan suka ngebut-ngebut. Tapi jangan, demi keselamatan diri sendiri.”

“Baik, Om. Makasih ya, Om.”

Papa Alia hanya tersenyum sambil berjalan bersama Alia masuk ke dalam rumah.

“Kamu ngomong apa aja sama Tobi? Kayaknya kamu seneng banget pulang sama dia.”

“Ya daripada pulang sama si—”

Pembicaraan papa dan Alia terhenti karena Arnold kembali ke rumah. Alia tidak habis pikir dengan kegigihan Arnold. Entah kenapa, ia merasa susah sekali untuk menolak pria itu.

“Pa, aku males ada dia. Papa usir gih. Aku mau naik aja ke atas.”

“Emangnya kenapa sih? Ngomong aja bentar nggak ada salahnya kali. Ngomong doang. Lagian kalau kamu menghindar terus, nggak ada habis-habisnya. Pasti dia tiap hari bakal ke sini terus.”

Alia merasa bosan dengan sikap Arnold. Menurutnya, masa lalu biarlah jadi masa lalu. Kenapa masa lalu tidak bisa menjadi debu yang beterbangan saja?

Alia menghampiri Arnold dan berbicara di teras sambil meminum susu cokelat panas. Arnold terus memandang Alia, tetapi Alia tidak sedikit pun menatapnya.

“Kamu beneran sebenci itu ya sama aku, sampai benar-benar nggak mau ngelihat aku?”

“Menurut kamu gimana? Kan aku udah bilang urusan kita udah selesai. Tapi kamu tetap berusaha untuk mendekati aku kembali. Aku bingung sama kamu. Dulu aku minta nikah, kamu malah milih kuliah di luar negeri. Terus sekarang aku udah ngerelain kamu, tapi kamu malah mau nikah sama aku. Maksud kamu gimana sih? Kamu tuh punya otak nggak sih kalau bicara sama orang lain, nggak cuma sama aku doang?”

“Maafin aku ya. Dulu aku emang terlalu gegabah soal pilihan. Soalnya aku juga bingung harus gimana. Aku juga takut nggak bisa ngapain kamu kalau kita tunangan.”

“Kita itu tunangan, bukan saling menyusahkan. Lagian kalau misalkan kamu nggak bisa memberi aku materi, ya aku juga masih bisa cari. Papaku juga punya kok. Lagian kamu ngapain mikirin hal yang belum terjadi? Kebiasaan banget sih.”

Alia merasa kecewa dengan sikap Arnold. Walau bagaimanapun, dirinya sekarang lebih memilih Tobi dibanding Arnold. Tapi kalau dilihat dari Tobi, sepertinya Tobi hanya melihat Alia sebagai sahabat saja, tidak lebih dari itu.

“Lagian kamu juga percuma sekarang suka sama aku. Udah terlambat. Aku juga udah menyukai orang lain, dan kamu juga tahu siapa pria itu.”

“Aku nggak peduli dengan pria itu. Tapi aku tetap mau berusaha mendapatkan hati kamu kembali. Aku juga akan bermain bersih kok sama pria itu. Jadi kamu jangan terlalu terbebani sama kita yang benar-benar laki.”

“Kamu memang nggak terbebani, tapi aku yang terbebani. Karena aku nggak suka dengan kalian yang mendekati aku dengan cara bertengkar, seperti di arena permainan. Aku tidak mau. Aku bukanlah samsak tinju yang bisa diperebutkan. Paham?”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!