(Update setiap hari selama ongoing!)
Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.
"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.
Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.
"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.
Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?
*
Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH| 20
"Sialan!" Clara berlari menuju kantornya saat ia turun dari taksi.
Pagi ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai asisten pribadi Julian. Namun, alih-alih pergi bersama, Julian tampak cuek dan acuh tak acuh sampai ia pergi sendiri ke kantor. Ia memaki-maki Julian sepanjang jalan karena meninggalkannya dan memarahi para pelayannya yang terlambat membuatnya pergi bekerja.
Sepertinya, Julian masih kesal dengan kejadian kemarin saat ia makan berdua dengan Cakra. Mengapa pula dirinya harus memikirkan hal yang tak penting seperti itu hingga membalas Clara dengan meninggalnya seperti ini? Clara sungguh sangat heran.
Karena terburu-buru, Clara tak sengaja menabrak seseorang dihadapannya dan membuat mereka berdua terjatuh.
"Aw!" Clara mengeluh.
"Sialan! Siapa yang menabrakku?" Suara itu mengomel padanya namun entah mengapa terdengar familiar.
Clara mengangkat wajahnya dan memandang satu wajah yang ia kutuk dalam doanya setiap malam.
"Kris?!" Clara memandang Kris tidak percaya saat menyadari siapa yang barusan ia tabrak.
"Kenapa menabrakku?!" Kris mengamuk.
"Kamu menghalangi jalanku, bodoh!" Reflek saja Clara berkata kasar padanya.
"Bodoh?!" Kris memandang Clara tak percaya. Mantan pacarnya ini memang sudah keras kepala dari dulunya. "Kamu buta, ya? Kamu yang nabrak aku dari belakang!"
Clara memandang Kris jijik dan kemudian berjalan pergi meninggalkannya sambil menarik-narik kakinya yang keselo.
"Hei! Mau kemana kamu! Aku belum selesai bicara!" Kris memanggil kesal.
Ah, masa bodo dengan laki-laki sialan itu! Clara kesakitan dan ia kesal sekali sudah membuang waktunya bicara dengan laki-laki itu. Tiba-tiba saja Clara terpikirkan. Bukankah, Leah dan Kris baru saja diterima kerja? Mungkinkah dua orang itu akan satu kantor dengannya?
Clara merasa kesal membayangkan ia harus satu kantor dengan dua makhluk itu. Mengapa ia harus ditimpa sial seperti ini?
Clara menekan tombol lift menunggu pintu terbuka dan ketika pintu lift terbuka. Clara mundur karena kaget bertemu Julian dan Mr. Jhon serta beberapa karyawan lain. Ia kemudian masuk ke dalam lift sementara Julian pergi keluar.
Julian bertindak seperti tak mengenal Clara sehingga Clara melakukan hal yang serupa. Entah mengapa, Clara merasa sangat kesal dengan sikap Julian namun ia juga tak mau peduli. Soal tak peduli itu urusan gampang bagi Clara.
Melihat gadis itu menarik-narik kakinya, Julian menatapnya dengan tanda tanya namun diabaikan oleh Clara. Melihat sikap Clara yang menyebalkan, Julian juga bersikap cuek.
Semoga hari pertama ini berjalan lancar bagi Clara.
*
"Kamu tahu? Aku bertemu Clara pagi ini." Kris memandang Leah, kekasihnya itu saat mereka bertemu di tangga darurat.
"Apa?! Lalu?" Leah tampak penasaran.
"Dia menabrakku dan menyalahkan aku. Sudah begitu, dia main lewat saja. Kau tau, dia benar-benar tidak tahu diri!" kesal Kris pada kekasihnya.
"Tunggu! Maksudku, dia bekerja disini juga?" Leah memandang Kris heran.
Kris tersadar. Ia bertemu dengan Leah di kantornya dan gadis itu juga mengenakan name tag di lehernya.
"Ah, rasanya sangat tidak mungkin." Kris menggeleng tidak percaya.
"Tapi, kamu melihatnya, kan!?"
Kris mengangguk. "Mungkin dia bekerja di perusahaan lain. Tapi, kenapa tiba-tiba dia bekerja?"
"Tidak ada perusahaan lain di gedung ini! Ini semua milik Hydro Group!" Leah berdecak kesal. Ia benar-benar tidak suka menyadari Clara memiliki apa yang ia miliki.
Sejak sekolah dasar, ia selalu menjadi bayangan Clara dalam hal apapun. Semua orang memandangnya seperti memandang Clara dan itu menimbulkan pahit dalam hatinya. Ia selalu menjadi nomor dua dan Clara selalu menjadi si nomor satu.
"Kau kan pacarnya, dulu! Apa dia tidak bilang sedang memasukkan lamaran untuk pekerjaan?" Leah memandang kris heran. Tiba-tiba, ia merasa ragu akan kejujuran Kris padanya.
"Hei! Mana aku tahu! Aku kan selama ini bersama kamu. Kita kan melamar disini bersama! Perempuan banyak hutang seperti dia mana sanggup bekerja disini?" kata Kris heran sambil meremehkan Clara.
"Kenapa dia harus ada disetiap jalanku? Menyebalkan." Leah terdengar kesal.
Kris mendekatinya dan memeluknya. "Tenanglah sayang. Dia tak sehebat dirimu. Kamu tak perlu khawatir." Ia berusaha menenangkan Leah.
Leah kemudian memeluk Kris. "Aku tak suka ada ditempat yang sama dengannya. Aku mulai nyaman tak bertemu dengannya." keluhnya.
"Aku tahu. Tenang saja, kita pasti bisa melewati ini."
Keduanya saling berpelukan namun tanpa bicara, masing-masing telah memikirkan ide-ide gila untuk menghancurkan Clara jika memang dia bekerja disini.
*
"Kenapa kakimu?" Julian akhirnya bertanya setelah menahan diri cukup lama dalam aksi ngambek yang ditunjukkan oleh Clara
Gadis itu pura-pura tidak mendengarkan Julian dan fokus pada pekerjaannya di mejanya. Ia kini satu ruangan dengan Julian dan Mr. Jhon dalam bekerja. Sejauh hari ini, Clara hanya ingin bicara dengan Mr. Jhon. Ia menolak segala bentuk interaksi dengan Julian.
Melihat Clara hanya diam saja, Julian menghela nafasnya kesal dan frustasi. Ia memandang Clara yang mengerucutkan bibir dengan ekspresi kesal yang menggemaskan. Julian menahan dirinya untuk tidak tersenyum melihat Clara yang tampak sangat lucu seperti itu.
"Apakah kamu serius ingin seperti ini?"
Clara hanya melempar tatapan tajam kearah Julian yang trus berusaha mengajaknya bicara. Ia benar-benar tak sudi diajak bicara oleh Julian.
Melihat Clara yang tak mau menanggapinya, Julian kemudian berdiri menuju lemari disampingnya dan mengambil sesuatu. Ia kemudian berjalan mendekati Clara membuat gadis itu menatap langkah Julian yang kian mendekat. Tak lama, Julian menunduk menghadap Clara dan mendekatkan wajahnya.
Wajah Julian yang mendekatinya tersebut entah mengapa membuat jantung Clara berdebar-debar. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Julian? Makin lama wajahnya semakin dekat dan kini hanya beberapa inci saja dari wajah Clara. Clara yang terkejut secara reflek menutup mata, membiarkan hatinya berteriak.