Rahasia Gym 24

Dani kaget saat melihat wanita yang menemui dirinya di hotel. Wanita itu yang pernah memanggil dirinya dengan nama Arsya.

"Akhirnya aku menemukanmu!" kata wanita itu.

"Kau siapa? Kau mengenalku?" tanggap Dani yang kebingungan.

"Ini aku Riani! Arin! Kau lupa denganku?" ujar Arin.

Dani jadi semakin bingung. Dia benar-benar merasa tidak mengenali Arin.

"Bagaimana kalau kita bicara di tempat lain? Kau bisa kan?" ajak Arin.

Dani mengangguk. Dia dan Arin segera beranjak dari gym. Keduanya memilih cafe terdekat untuk saling bicara.

"Apa kau yang membawaku ke rumah sakit kemarin?" tanya Dani.

"Iya. Pas aku kembali, kau sudah pergi. Kau benar-benar tidak ingat denganku?" Arin memastikan.

"Aku bahkan tidak ingat dengan namaku. Jika aku mencoba mengingat, kepalaku akan terasa pusing dan aku akan membutuhkan obat," ungkap Dani.

"Namamu itu Arsya. Aku dan kau sudah berteman sejak kecil di panti asuhan keluarga Alamsyah!" jelas Arin.

"Panti asuhan?" Dani mengerutkan dahinya.

"Iya! Aku, kau dan Deva. Kita sudah seperti saudara. Namun kita terpisah karena Eddy Alamsyah," terang Arin.

Seketika ingatan Dani tentang keluarga Alamsyah muncul. Dia reflek memegangi kepala dan kali ini mencoba bertahan sampai semua ingatannya kembali. Dani juga merasa curiga dengan obat yang selama ini dirinya minum.

"Aku curiga dengan bosmu di gym. Dia pasti ada kaitannya dengan hilangnya ingatan yang terjadi padamu," tukas Arin. "Sya! Kau itu adalah lelaki yang kuat dan jenius. Ini bukanlah dirimu. Apa kau mau aku bantu kabur dari orang-orang gym itu?"

"Aku akan memikirkannya. Karena yang jadi korban di sana bukan aku saja," sahut Dani.

"Apa selama bekerja di gym kau sudah meniduri banyak wanita?" tanya Arin penasaran.

"Menurutmu? Aku tidak bisa melakukan apapun untuk menolak," balas Dani.

"Tapi kau punya keahlian hipnotis! Kau gunakan itu untuk mengelabui semua pelangganmu," ungkap Arin.

"Hipnotis?" Dani mencoba mengingat keahlian hipnotisnya. Perlahan ingatan tersebut kembali.

Usai bicara banyak dengan Arin, Dani kembali ke gym. Ia dan Arin akan bertemu kembali lusa. Saat di gym, Dani menatap orang-orang yang ada di sana. Karena penasaran, Dani menanyakan pada semua orang mengenai obat yang diberikan Wandi.

Setelah dicari tahu, ternyata memang semua personal trainer diberi obat oleh Wandi. Membuat Dani seketika merasa semakin yakin kalau obat itulah yang sudah membuatnya hilang ingatan.

Mulai saat itu, Dani berhenti minum obat pemberian Wandi. Ia juga tidak lupa mengajak trainer lain melakukannya.

Usai tidak diminum selama beberapa hari, ingatan Dani kembali secara bertahap. Hal serupa juga terjadi pada trainer lain.

"Kau benar tentang obat itu. Sekarang aku sudah ingat tentang diriku. Tapi diriku yang sebenarnya tidak sespesial itu untuk dipertahankan," ucap Thalia. Ia bicara dengan nada berbisik pada Dani dan yang lain.

"Aku juga. Mungkin itulah alasan kenapa kita dijual ke tempat ini," sahut Rifan.

"Tapi apa kalian mau terus jadi trainer p|us-p|us? Wandi juga berperilaku semena-mena pada kita. Aku rasa kita harus lakukan sesuatu," kata Dani.

"Jangan bilang kau mau melakukan perlawanan pada Wandi. Kau tahu sendiri kan anak buahnya kekar-kekar semua. Kita tidak bisa melawan mereka," sahut Stevan.

"Bisa dilakukan kok. Dengan strategi yang matang. Aku akan memikirkannya. Yang penting kalian setuju untuk bekerjasama," ujar Dani.