Bercerita tentang seorang pekerja kantoran bernama Akagami Rio. Ia selalu pulang larut karena ingin menyelesaikan semua pekerjaannya hingga tuntas. Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal dunia karena kelelahan, dan direinkarnasi ke dunia lain sebagai Assassin terkuat dalam sejarah.
Mari baca novelku, meskipun aku hanya menulis dengan imajinasi yang masih sederhana ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KHAI SENPAI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan ke Turnamen pedang
Seluruh orang di kedai itu terdiam membeku.
Semua mata tertuju pada sosok bertopeng yang kini kembali duduk tenang, seolah tak terjadi apa pun. Suasana tegang menggantung di udara, bahkan suara langkah pun terasa berat.
Tapi ketenangan itu segera pecah saat salah satu dari mereka, Yuuto Asakura, perlahan maju dengan langkah besar.
“Hei, BOCAH! Kami ini PAHLAWAN!” serunya dengan suara lantang yang dipenuhi kesombongan. “Kami yang akan menyelamatkan dunia ini dari para iblis!”
Dengan dada dibusungkan, dia melanjutkan dengan nada angkuh, “Kau harus menjadi anak buah ka..."
BRAKK!
Sebuah tendangan cepat dari Rio menghantam perut Yuuto dan melemparkannya ke belakang hingga membentur salah satu tiang kedai.
“Cihh... dasar pahlawan sampah.” ucap Rio dingin, masih duduk dengan santai di kursinya.
Yuuto mengerang sambil terjatuh, wajahnya dipenuhi rasa tak percaya. Dengan susah payah, dia bangkit kembali, tapi kini matanya gemetar.
Tiba-tiba, pemilik kedai yang sedari tadi membatu mulai bersuara dengan gugup.
“Hei... bocah bertopeng...” panggilnya pelan.
Rio hanya menoleh, tak menjawab, tatapannya tajam dari balik topeng.
Pemilik itu melanjutkan, suaranya penuh kecemasan.
“Mereka itu... pahlawan dari dunia lain. Kalau kau buat masalah dengan mereka... kau bisa dihukum oleh pihak kerajaan, bahkan oleh Raja sendiri! Mereka sangat dihormati...”
Rio hanya diam sejenak, membiarkan atmosfer ketakutan menyelimuti ruangan.
Lalu dia berdiri perlahan.
“Menghormati orang bukan karena gelar mereka… tapi bagaimana cara mereka memperlakukan orang lain.”
Langkah Rio bergema di antara keheningan saat dia mulai berjalan keluar dari kedai itu.
Namun saat Rio hampir melangkah keluar dari kedai itu...
"Hei! JANGAN LARI, BANGSAT!!" teriak Yuuto Asakura dengan suara parau, wajahnya penuh amarah dan rasa malu.
Langkah Rio terhenti. Tapi dia tidak menoleh.
Dia hanya berdiri diam, membelakangi mereka semua.
Yuuto mengepalkan tinjunya, matanya menyala dengan kemarahan dan ego yang terluka.
"AKU INGIN MENGAJAKMU BERDUEL DI TURNAMEN PEDANG!!" teriaknya.
"Kalau kau MENOLAK... hehe..." Dia menyeringai licik.
"...Kau pasti tahu, ‘kan? Apa yang akan terjadi kalau kau menolak tawaranku. Di dunia ini... menolak tantangan dari seorang pahlawan dunia lain dianggap sebagai TINDAKAN PENGHINAAN terhadap kerajaan.”
Beberapa orang di kedai menoleh ke arah Yuuto, terkejut dengan kata-katanya. Bahkan para penjaga di luar mulai mendekat karena keributan yang makin panas.
Tiba-tiba...
"Cukup, Yuuto."
Suara kalem namun tegas terdengar dari arah samping.
Itu suara Hana Mizuki, sang pahlawan perempuan berhati lembut.
Dia maju ke depan, berdiri di antara Yuuto dan arah Rio yang masih membelakang.
"Kau sudah memalukan diri sendiri," katanya dengan nada lirih namun menusuk.
"Apa menurutmu tindakan seperti ini pantas dilakukan oleh seorang 'Pahlawan'?"
Namun Yuuto tak peduli dengan perkataan Hana.
"Diam kau, Healer lemah!" teriaknya marah.
Dengan amarah yang memuncak, Yuuto mengangkat tangannya, hendak memukul Hana.
"YUUTO, HENTI...!" teriak Kaito, tapi sudah terlambat.
Hana terkejut, tubuhnya membeku.
Matanya membesar, lalu perlahan-lahan ia pejamkan dengan ketakutan, tak sanggup menghadapi pukulan itu.
Dalam sekejap...
"ZUTT!!"
Kilatan cahaya muncul di antara mereka.
Sebuah tangan muncul entah dari mana... dan menangkap pergelangan tangan Yuuto sebelum sempat menyentuh Hana.
Yuuto terkejut.
"APA...!?"
Ketika dia menoleh...
Sosok bertopeng itu Rio, telah berdiri di hadapannya.
Dalam sekejap, Rio menggunakan skill teleport miliknya hanya untuk satu hal: menghentikan kekerasan terhadap orang yang tak bersalah.
"Kau telah melewati batas..." ucap Rio, suaranya rendah dan dalam, menggetarkan udara di sekitar mereka.
Aura gelap yang dingin perlahan menyelimuti kedai itu.
Seluruh pengunjung membeku. Bahkan teman-teman Yuuto pun mundur beberapa langkah karena tekanan yang luar biasa.
"Jika kau menyentuh gadis ini lagi..."
Rio menatap lurus ke mata Yuuto di balik topengnya.
"Kau takkan punya cukup waktu untuk menyesal."
Tangan Yuuto bergetar. Dia mencoba melepaskan diri, tapi cengkeraman Rio begitu kuat, lebih dari manusia biasa.
Hana membuka matanya perlahan... dan melihat Rio berdiri di depannya.
Matanya berkaca-kaca.
"...Terima kasih," bisiknya dengan lemah.
Rio melepas tangan Yuuto, lalu menoleh sedikit ke arah Hana.
"Kau tak perlu berterima kasih... Aku hanya benci melihat orang kuat menindas yang lemah."
Setelah itu, Rio melangkah pergi dari kedai itu, meninggalkan keheningan yang mencekam.
Langkah kaki Rio sempat terhenti.
Dia menoleh sedikit dari balik topengnya, namun tidak sepenuhnya menatap mereka.
"Turnamen pedang, ya..." ucapnya lirih, namun tajam dan menusuk.
Lalu, senyum tipis yang dingin muncul di balik topengnya...bukan senyum bahagia, tapi senyum penuh tantangan dan ancaman.
"Aku akan ikut... dalam turnamen itu." ucap Rio, dengan nada yang tegas dan dingin.
Seketika, ruangan menjadi hening kembali. Aura Rio terasa berbeda dari sebelumnya....lebih tenang, tapi jelas penuh bahaya yang tersembunyi.
Rio melangkah beberapa langkah lagi... lalu berhenti, seolah mengingat sesuatu.
Ia menoleh sedikit ke arah para pahlawan yang masih diam, lalu bertanya dengan suara rendah namun jelas:
"Oh ya... satu hal lagi."
"Di mana tepatnya... turnamen itu diadakan?" tanyanya, seakan ingin memastikan tempat dia akan menunjukkan kekuatannya.
Kaito Renji, yang sejak tadi memperhatikan dengan ekspresi serius, melangkah maju dan menjawab dengan nada tenang tapi kaku.
"Di pusat ibukota Elvaria... Arena Kuno yang ada di sebelah barat istana kerajaan."
"Turnamennya diadakan tiga hari lagi... Dan pendaftaran dibuka sampai besok pagi." tambahnya.
Rio mengangguk sekali, pelan.
"Bagus..."
"Jangan....sampai kalian menyesal mengajakku ke tempat seperti itu."
Dengan itu, Rio kembali melangkah keluar dari kedai, meninggalkan suasana tegang dan penuh tanda tanya di antara para pengunjung... dan para "pahlawan".
Maaf kalau ada komentar yang kurang sreg.
Misal kalau dia adalah orang yang dulunya OP dan ingin membangkitkan kembali kekuatannya untuk balas dendam. itu bisa dimengerti dibanding dia yang dulunya hanya kerja kantoran aja udah repot dan banyak mengeluh.
Dia pasti motivasinya bisa hidup lebih santai menikmati dibanding sebelumnya yang terlalu sibuk bekerja.