NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Janjian Sama Temen

"Ngapain Nduk?" tanya Rana saat melihat Nayla sedang berada di halaman belakang rumahnya.

Di belakang rumah Herman sebuah taman terbentang luas dengan keasriannya yang menawan. Aneka jenis bunga berwarna cerah bermekaran, menambah indah taman itu dengan perpaduan warna alami yang memikat mata. Di antara bunga-bunga itu, terdapat pepohonan tinggi menjulang dengan dedaunan lebat, memberikan keteduhan dan suasana damai.

Tepat di tengah taman berdiri sebuah gazebo besar yang terbuat dari kayu dan beratap genteng merah. Tempat itu menjadi tempat nyaman untuk duduk bersantai menikmati alam.

Beberapa kursi dan meja dari kayu tertata rapi di bawah gazebo, mengundang siapa saja untuk duduk santai sambil menyeruput teh atau membaca.

Gemericik air dari kolam kecil di pojok taman menambah ketenangan suasana, sementara angin semilir membawa aroma bunga-bunga yang harum, menciptakan atmosfer sempurna untuk relaksasi.

Nayla sedang menenangkan diri, menatap bunga yang bermekaran saat ia menoleh ke arah suara neneknya.

"Cuma lihat-lihat bunga Nek. Mereka cantik dan wanginya enak," ujar Nayla.

"Iya kamu beruntung datang pas bunga-bunga lagi mekar," jawab Rana, menyentuh lembut kelopak mawar merah di depannya.

Nayla mengangguk, lalu kembali memperhatikan bunga-bunga lain, sebelum akhirnya pandangannya teralihkan saat Rana kembali berbicara.

"Ada apa Nek?" tanya Nayla.

"Ada sesuatu yang kamu pendam ya? Nenek bisa lihat dari wajahmu," kata Rana, menatap cucunya.

Nayla mengedipkan matanya, lalu menoleh ke depan lagi.

"Gak Nek. Aku baik-baik aja. Itu cuma perasaan Nenek aja," jawabnya, menyembunyikan kebenaran.

"Tapi dari tatapan matamu kelihatan banget kamu lagi sedih," ucap Rana lembut. "Kalau ada masalah jangan dipendam sendiri. Cerita aja ke Nenek."

Air mata Nayla langsung jatuh mendengar ucapan Rana. Ia buru-buru menyeka pipinya, tapi Rana sudah melihatnya lebih dulu.

"Ada masalah apa Nduk?" tanya Rana lagi, mengelus lembut lengan cucunya.

Nayla lalu memeluk Rana erat. Tangisnya pecah, mengalir tanpa bisa ditahan.

Rana mengusap punggung Nayla lembut, berusaha menenangkan. Setelah beberapa saat, ketika tangisnya mulai mereda, Rana mengajak Nayla duduk di gazebo.

"Ada masalah apa sayang? Apa ada hubungannya sama Rayyan?" tanya Rana hati-hati, menepuk lembut punggungnya.

"Kak Rayyan bohong sama aku Nek," jawab Nayla sambil tersengguk.

"Bohong gimana maksudnya?" Rana bingung.

"Kemarin waktu aku jalan sama Tania dan Alika, aku lihat Kak Rayyan jalan sama cewek lain Nek," kata Nayla.

Rana tersenyum tipis. "Mungkin itu cuma rekan kerja atau temannya. Kamu jangan langsung berpikiran buruk."

Nayla melepaskan pelukan dan menatap Rana. "Aku telepon dia waktu itu, nanya dia lagi dimana. Dia bilang di kantor ketemu klien. Tapi kenyataannya..." suara Nayla melemah.

Rana menunggu dengan sabar.

"Buktinya dia lagi makan bareng cewek itu di restoran mall Nek," lanjut Nayla.

Rana terdiam. Ia tidak menyangka Rayyan menyembunyikan hal seperti itu. Ia memeluk Nayla lagi.

"Sabar Nduk. Mungkin ada alasan dia bilang begitu. Jangan langsung berprasangka."

Air mata Nayla kembali menetes. "Tapi aku sakit hati Nek. Kak Rayyan melarang aku dekat cowok lain, tapi dia sendiri jalan sama cewek lain."

Rana tersenyum lembut. "Itu tandanya kamu mulai menyayangi Rayyan Nduk."

Nayla mengernyit. "Maksud Nenek?"

"Itu pertanda kalau hatimu mulai terbuka buat Rayyan," jelas Rana sambil menyentuh dada Nayla.

Nayla diam sesaat lalu menggeleng. "Gak Nek. Aku cuma kecewa aja sama dia."

Rana tetap tersenyum. "Dalam pernikahan, kadang kita harus menyembunyikan hal kecil untuk kebaikan bersama."

"Bisa jadi Rayyan punya alasan belum bisa cerita sama kamu. Kamu sebagai istri harus bisa paham posisi suamimu. Jangan mudah menuduh."

Nayla masih tampak ragu. "Tapi aku merasa dia punya hubungan khusus sama perempuan itu."

Rana menghela napas. "Jangan langsung simpulkan begitu. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengan Rayyan. Setelah dengar penjelasannya baru ambil keputusan."

Nayla diam, merenungi perkataan neneknya lalu mengangguk.

"Ini alasan kamu ke sini juga ya?" tanya Rana.

Nayla gugup. Ia ketahuan datang karena kesal. "Gak kok Nek. Aku kangen aja sama Nenek dan Kakek."

Rana menatap cucunya tajam. "Jangan bohong Nduk. Bohong dosa loh," ucapnya dengan senyum menggoda.

"Aduh Nek..." Nayla tertawa malu.

"Kalau kamu memang ke sini tanpa bilang Rayyan dia pasti cemas sekarang."

Nayla terdiam.

"Jangan bilang kamu pergi tanpa izin dia?" tebak Rana.

Nayla nyengir. "Iya Nek tapi biarin aja. Salah dia sendiri yang bohong duluan."

Rana menggeleng. "Sebaiknya kamu kabari dia. Jangan bikin dia khawatir."

"Nanti aja deh Nek. Aku mau keluar bentar. Janjian sama temen."

"Siapa?"

"Temen biasa Nek."

"Cowok atau cewek?"

"Cewek kok Nek. Aku pergi dulu ya. Assalamu’alaikum."

"Wa’alaikumussalam. Hati-hati ya pulangnya jangan malam."

"Iya Nek."

Nayla masuk ke rumah, ambil tas dan pergi ke tempat janjian.

Rana hanya memperhatikan. Ia lega Nayla mulai terbuka dengan Rayyan.

Rayyan memasuki perumahan, berharap bisa menemukan Nayla. Di jalan ia berpapasan dengan taksi, tanpa sadar Nayla ada di dalamnya.

Ia terus melaju ke rumah Herman. Sampai di depan rumah, Rayyan memarkir mobil lalu turun dan menekan bel.

Ceklek...

Pintu dibuka oleh Bi Ijah, wanita paruh baya yang sudah lama kerja di rumah itu.

"Assalamu’alaikum, Bi," sapa Rayyan ramah.

"Wa’alaikumussalam, Den Rayyan. Nyusul Non Nayla ya?" sahut Bi Ijah.

Rayyan tersenyum lega. "Iya Bi. Nayla nya ada?"

"Baru aja keluar Den."

"Kemana?" tanya Rayyan kaget.

"Katanya mau ketemu temennya. Tapi Bibi gak tahu ke mana," jawab Bi Ijah.

Rayyan terdiam. "Dia naik apa Bi?"

"Taksi Den."

Rayyan langsung berpikir, mungkin taksi tadi yang berpapasan dengannya.

"Saya susul dia dulu ya Bi. Assalamu’alaikum."

"Wa’alaikumussalam. Gak duduk dulu Den?"

"Nanti aja Bi."

"Siapa Bi?" tanya Rana saat Bi Ijah kembali.

"Den Rayyan tadi Nya. Tapi langsung pergi setelah tahu Non Nayla keluar."

Rana mengangguk.

"Kayaknya dia sayang banget sama Non Nayla Nya."

Rana tersenyum. "Saya juga berharap begitu Bi."

Rayyan terus mengemudi, mencari taksi yang ditumpangi Nayla tapi tak terlihat. Sampai di pertigaan, lampu merah menyala. Rayyan membuka kaca jendela, udara terasa panas. Ia melihat anak kecil mengamen. Senyum Rayyan mengembang meski miris.

Tiba-tiba, ia melihat tangan seseorang memberi uang pada anak itu. Saat melihat wajah orang itu, ia tersentak kaget.

"Nayla?" gumamnya.

Rayyan segera melepas sabuk pengaman hendak turun. Tapi lampu sudah hijau dan klakson bersahutan.

"Ah sial!" desis Rayyan.

Ia segera menyalakan mesin dan menyusul taksi itu. Ia tak ingin kehilangan jejak Nayla lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!