Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Mobil yang dikendarai Yusuf memasuki cluster rumah Fatur. Saat sudah mendekati rumah, seseorang berpakaian satpam, mengarahkan mobil mereka untuk menepi.
"Parkir disini saja Pak, di dalam di pakai untuk acara," ujar Satpam tersebut.
Yusuf mengangguk, memposisikan mobilnya benar-benar ditepi, lalu mematikan mesin.
Sani mengambil cermin kecil di dalam tasnya, merapikan kembali hijabnya sebelum turun. "Udah cantik belum?" menoleh ke arah Yusuf.
"Udah."
"Makasih," Sani tersenyum, mengedipkan sebelah matanya. "Akhirnya ya, kamu mengakui kalau aku cantik."
"Gak jelas!" Yusuf membuka pintu, keluar lebih dulu. Sembari menunggu Sani, ia merapikan kemeja dan membenarkan posisi jam tangannya, tapi yang ditunggu, tak kunjung keluar. "Dia ngapain aja sih?" gerutunya. Kaca mobilnya gelap, jadi tak bisa melihat sedang apa Sani saat ini. Berjalan ke arah pintu sebelah kiri, lalu membukanya.
"Makasih, udah dibukakan pintu," Sani seketika tersenyum. Sebenarnya sejak tadi dia gak ngapa-ngapain di dalam, sengaja tak keluar, biar Yusuf membukakan pintu.
"Kamu ngerjain aku?" Yusuf mendengus kesal.
"Enggak, cuma nunggu di treat like a queen," Sani terkekeh.
Sekali lagi, Yusuf mendengus kesal.
Kedatangan Yusuf dan Sani langsung mencuri perhatian semua tamu. Selain terlihat serasi, keduanya juga tampak mesra. Sani hanya melepas tangannya dari lengan Yusuf saat bersalaman, selebihnya, ia terus menggandeng suaminya tersebut.
"MasyaAllah Isani, makin cantik aja setelah nikah," puji Tante Dinar, adik Fatur.
"Makasih, Tante," Sani tersenyum palsu. Sungguh, ia muak pada orang-orang yang dulu tak pernah menganggapnya, sekarang mendadak peduli, hanya karena dia menikah dengan orang kaya. Ternyata benar, uang bisa mengubah segalanya, termasuk pandangan orang lain. Dulu, ia yang selalu dicap anak haram dan tak pernah dianggap, mendadak sekarang mendapatkan pujian.
"Sayang, udah dateng ya. Masuk-masuk," Fatur mengajak keduanya masuk ke dalam. Hari ini, beberapa temannya datang, dan menggandeng Yusuf sebagai mantu, jelas membuat ia bangga.
Di dalam, selain lantai yang sudah digelari karpet, ada juga dekorasi 4 bulanan. Ia melihat Yumi dan Dafa duduk lesehan di depan backdrop 4 bulanan.
Yusuf dan Sani menyalami Yumi dan Dafa, mengucapkan selamat. Keempat orang itu tersenyum, namun semuanya senyum palsu, hanya demi terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Keduanya, lalu mencari tempat kosong untuk duduk.
"Kamu gimana San, udah isi belum?" tanya Farah.
"Udah, Tan," Sani tersenyum kecut. "Isi nasi," sengaja membuat candaan, benci sekali dengan pertanyaan itu. Mustahil dia hamil, kalau disentuh saja tak pernah. Tapi ada bagusnya juga sih.
Beberapa orang yang ada disana tertawa mendengar kelakar Sani.
"Masih pengantin baru juga, dinikmati saja dulu," ujar Fatur.
"Iya, Pah," Yusuf menggengam tangan Sani. "Kami masih mau menikmati masa-masa pengantin baru, jadi ditunda dulu punya anaknya."
"Beneran ditunda, atau jangan-jangan gak bisa hamil," celetuk Yumi, tersenyum miring.
Farah yang duduk di sebelah Yumi, langsung menepuk paha putrinya tersebut.
"Mending gak usah ditunda," ujar Nina, ibunda Dafa. "Takutnya niat ditunda, malah keterusan, akhirnya gak punya anak," tersenyum mengejek.
"Dan suaminya nikah lagi," timpal Yumi. "Buruan punya anak, San, gak usah ditunda, takutnya suami kamu nikah lagi nanti."
"Gak perlu nunggu nanti, sekarang aja udah," batin Isani, tersenyum getir.
"Anak itu hanya bonus," ujar Yusuf.
"Ya tapi semua orang itu pengen punya keturunan," ujar Tanto, adik Farah. "Bener gak?"
Yusuf tersenyum. "Tidak perlu terlalu menghiraukan rumah tangga kami. Kami sudah bahagia. Iya kan, Sayang," menoleh pada Sani.
Sani meremat gamisnya, muak sekaligus heran dengan orang sekarang. Yang jelas-jelas hamil di luar nikah, dianggap biasa, namun yang tak kunjung hamil malah dianggap aib.
Melihat situasi yang mulai tak kondusif, Fatur memberi kode pada Farah untuk mengubah topik pembicaraan. Suasana kembali hangat saat beberapa orang mulai bercerita tentang pengalaman mereka saat hamil.
"Permisi, saya mau ke toilet sebentar," Sani bangkit dari duduknya.
"Aku anterin, Yang," Yusuf ikutan berdiri.
"Astaga, pengantin baru ini," Fatur geleng-geleng. "Kemana-mana maunya berduaan."
Sani mengumpat dalam hati, kesal pada Yusuf yang terus mengekori kemanapun ia pergi. Kalau seperti ini, bagaimana ia bisa kabur. "Aku bisa sendiri kali. Aku tinggal di rumah ini 20 tahun lebih, gak bakal ilang," gerutunya sambil berjalan menuju toilet di dekat dapur.
"Biar terlihat romantis."
"Dasar King of drama."
Sani masuk ke dalam toilet, mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya bisa kabur. Resikonya memang besar kalau kabur, Yusuf bisa menyebarkan video mandinya, namun tetap bertahan, mau sampai kapan? Sampai kapan ia akan terus di kurung seperti tahanan dan diperlakukan mirip pembantu. Pembantu masih mending, digaji, lha dia, gratisan.
Mereka kembali ke depan setelah Sani keluar dari toilet. Sani memutar otak, memikirkan bagaimana caranya kabur. Yusuf terus ada di sampingnya, bagaimana caranya ia kabur. Senyumnya seketika mengembang saat kajian akan dimulai. Antara laki-laki dan perempuan, duduknya dipisah. Gak ada kesempatan yang lebih baik dari ini, dia tak boleh menyia-nyiakannya.
papa yg egois kmu fatur,kalau sampai memanfaatkn kekayaan mantumu...
anda saja yg gk sadar.
manis bibirnya Isani apa bibirnya Irene Suf?😆😆😆