Setelah 3 tahun berpisah, takdir kembali mempertemukan Rexi dengan cinta pertamanya, Rania, yang kini tengah dilanda ujian dalam prahara rumah tangganya bersama sang suami, Raffael Senzio.
Dari pertemuan itu, Rexi mulai menyelidiki kehidupan Rania, wanita yang masih bertahta kuat di dalam hatinya. Melihat ada kesempatan, akhirnya Rexi memutuskan untuk merebut kembali cinta pertamanya.
Sementara di sisi lain, ada Raffael yang berusaha keras memperbaiki hubungannya bersama Rania dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka.
Akankah cinta pertama mendapatkan kesempatan kedua? atau Rania akan memberikan kesempatan itu pada suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Cinta Yang Tak Tergantikan.
"Tunggu, Rex." Rania menahan Rexi ketika mereka sudah dekat dengan ruangan kerja sang ayah. "Biar aku saja yang menemui Daddy. Kau tunggulah di sini." Ternyata Rania masih menyimpan kekhawatiran, jika sang ayah bisa saja masih menyimpan kemarahan terhadap mantan kekasihnya itu.
Rexi tersenyum kecil, ia menggenggam tangan Rania dan tetap berjalan masuk ke dalam ruang kerja Agam Raksa.
Ketika masuk, di sofa terlihat pria dingin dengan sorot mata sedalam samudra, menatap kedatangan mereka. Rakha melirik sekilas tangan yang saling bertaut itu, sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke layar ponselnya yang menyala. Lama-lama gerah juga melihat pasangan bucin.
Agam Raksa yang semulanya berada di kursinya, beranjak untuk berpindah ke sofa. Tatapannya terpaku pada Rania yang duduk bersebelahan dengan Rexi. Raut wajahnya yang sudah tak lagi muda itu menunjukkan rasa penyesalan dan kegagalan yang mendalam. Ia tampak seperti sedang menahan napas, berusaha untuk menenangkan diri sebelum memulai pembicaraan.
Di sebelah Rania, Rexi duduk dengan tenang, matanya tetap fokus pada Agam Raksa. Ia bisa merasakan ketegangan, tapi Rexi tidak menunjukkan tanda-tanda kegugupan.
"Bagaimana keadaanmu?"
Pertanyaan sederhana itu meluncur dari mulut ayahnya. Rania yang sedikit gugup tak langsung menjawab, ia menatap ayahnya beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja. Dirinya sehat walafiat, tidak kurang suatu apapun.
Agam tersenyum. "Kenapa baru mengatakannya sekarang?" tanya Agam lagi dengan suara yang berbeda, lirih dan penuh rasa bersalah. "Kenapa tidak memberi tahu Daddy kalau rumah tanggamu tidak bahagia, Sayang?"
Sejujurnya Agam Raksa terkejut saat mendengar perceraian yang sudah terdaftar atas nama anak dan menantunya. Selama ini yang ia lihat, putrinya baik-baik saja dalam menjalani rumah tangganya bersama Raffael. Namun, siapa yang menyangka kalau keadaan sebenarnya tidaklah seperti yang selama ini terlihat.
Dan hari ini semuanya selesai begitu saja dengan adanya akta cerai di depan mata. Terkesan tiba-tiba, tapi setelah Agam tahu semua cerita beserta bukti-buktinya, perasaan bersalah, sedih, dan hancur yang paling menguasai hatinya.
"Putri Daddy sudah tidak percaya Daddy lagi?"
Rania sontak saja menggeleng cepat, ia menatap ayahnya itu dengan bibir yang sudah bergetar. Melihat raut wajah bersalah dan kesedihan yang melingkupi ayahnya itulah yang membuat Rania tidak mampu untuk jujur. Sehingga memilih untuk menanggung semuanya sendiri, tanpa mau berbagi.
"Daddy membuatmu takut, Sayang? Maafkan Daddy," kata Agam yang membuat Rania tak bisa lagi menahan air matanya. "Daddy sudah gagal menjagamu dengan baik."
Rania beranjak dari duduknya, berpindah dan menghambur memeluk ayahnya yang menunduk.
"Daddy tidak bersalah," kata Rania dengan suara yang terguncang, air matanya mengalir deras. "Aku yang memilih, aku yang memutuskan, dan wajar jika aku yang harus menerima akibatnya." Ia makin erat memeluk ayahnya, rasa penyesalan dan kecewa juga memenuhi suara Rania.
"Aku tahu Daddy sudah memberikan restu untuk pernikahanku dengan Raffael, tapi semua ini adalah pilihanku sendiri, Dad. Aku yang ingin menikah dengannya, aku yang ingin mencoba untuk membuat rumah tangga yang bahagia."
Semuanya sudah Rania kehendaki. Ia memilih, memutuskan dan mencoba bertahan. Namun, memang tidak semua yang kita inginkan selalu bisa menjadi kenyataan. Rania tidak bisa memaksakan diri untuk mencintai, dan Raffael, ia tidak mencintai Rania seperti yang diharapkan.
"Maafkan aku," kata Rania lagi. Ia tak berhenti menangis. Perasaannya campur aduk. Tidak ada perpisahan yang tidak menyakitkan. "Maafkan aku karena aku harus memilih perpisahan, Dad."
Agam Raksa melerai pelukan putrinya, mengusap air mata Rania. "Jangan meminta maaf, Sayang. Kau tidak bersalah, kau berhak memilih keputusan apapun itu demi kebahagiaanmu. Berhenti memikirkan orang lain. Daddy dan Mommy hanya ingin melihat kau bahagia."
Rania semakin menangis. Ia memeluk ayahnya.
"Lain kali, katakan apa yang kau inginkan. Jangan menyimpannya sendiri."
Rania mengangguk dalam pelukan Agam, masih dengan menangis. Wanita itu seketika berubah menjadi bocah perempuan yang manja saat mendapatkan perhatian dari ayahnya yang penuh rasa kasih sayang.
Agam memeluk erat putri satu-satunya itu. Sesaat melupakan keberadaan orang lain yang juga ada di sana, tengah memperhatikan interaksi mereka. Ketika Agam melerai pelukan, ia menyentuh rambut panjang Rania dan merapikannya. Sudah mendengar penjelasan dari Rania, Agam beralih menatap Rexi yang kini duduk sendiri bersebrangan dengannya.
"Aku tahu kau sudah menjelaskan tentang apa yang terjadi di masa lalu, tapi aku masih memiliki keraguan," Agam berkata dengan suara yang tegas. "Bagaimana aku bisa yakin bahwa kau tidak akan lagi melukai putriku?"
Pertanyaan itu terlontar dari Agam Raksa kepada Rexi dengan begitu serius. Rania yang ada di samping ayahnya jelas saja merasa heran. Ia lantas menoleh pada Agam dan menatap Rexi secara bergantian penuh pertanyaan.
"Apa..." ucapan Rania tergantung saat Rexi ternyata bergerak lebih cepat untuk menjawab pertanyaan ayah wanitanya tersebut.
Apa yang sebenarnya sudah terjadi antara Rexi dan Agam Raksa sebelum ia dan Raffael tiba di antalia, batin Rania penasaran.
"Aku tidak bisa menjanjikan bahwa aku tidak akan pernah melukai Rania lagi, Om. Tapi aku bisa berjanji bahwa aku akan melakukan segalanya untuk membuat Rania bahagia, untuk melindungi dan mencintainya."
"Rex." Rania melotot tajam sekaligus terperangah dengan ucapan pria itu pada ayahnya. Menurut Rania, ini bukanlah waktu yang tepat bagi Rexi berkata seperti itu. Apalagi di hadapan ayahnya.
Agam Raksa tersenyum kecil mendengar ucapan pria kelewat berani di hadapannya ini. Sedari memaksa masuk ke dalam antalia dengan cara mengancam akan meledakkan huniannya dan memaksa bertemu dirinya, Agam sudah tahu bahwa Rexi bukanlah pria yang main-main.
"Jangan banyak bicara. Tindakanmu yang akan membuktikan keseriusanmu."
Rexi menoleh pada Rakha yang kini mengalihkan pandangannya dari layar ponsel ke wajah Rexi. Tatapan calon kakak iparnya itu begitu dingin, mengalahkan kutub utara.
Tapi Rexi membalasnya dengan tenang, bahkan senyuman tersungging dari bibirnya kala mengalihkan pandangannya kepada sang wanita pemilik hatinya, Rania.
"Aku akan membuat Rania merasa aman. Akan membuktikan bahwa aku bisa menjadi pasangan yang baik untuknya," ucap Rexi penuh keseriusan. Dari netranya terpancar cinta yang begitu luar biasa untuk Rania.
"Kalian mau tahu satu rahasia," kata Rexi begitu serius mengambil atensi Agam dan Rakha, tapi sorot matanya hanya berfokus pada wajah cantik Rania yang kini mengerutkan alis, merasa heran dengan tingkah Rexi sekaligus memberi ancaman agar Rexi tidak mengatakan hal-hal yang gila atau memalukan.
"Sebenarnya, banyak yang ingin menggantikan posisi Rania, tapi mereka semua kalah dengan Rania sayang yang begitu dicintai hebat oleh diriku." Rexi tersenyum cerah.
Sementara Agam dan Rakha. Kedua pria itu benar-benar dibuat terperangah dengan pengakuan cinta dari pria bucin di hadapan mereka ini.
Hehe🤣
Tapi, memang begitulah kenyataannya. Setelah berpisah dengan Rania, Rexi tidak pernah membiarkan dirinya terjerat dalam hubungan yang tak berarti. Banyak wanita yang mencoba mendekatinya, tapi Rexi tidak pernah membalas ketertarikan mereka. Baginya, tidak ada wanita lain yang bisa mengisi kekosongan di hatinya selain Rania.
Rexi menunggu dengan sabar, berharap suatu hari nanti bisa kembali bersama dengan wanita yang dicintainya. Waktu dan pengalaman tidak pernah membuat Rexi melupakan Rania, malah semakin memperkuat cintanya pada wanita itu.
Dan kini, Rexi merasa bahwa ia telah diberikan kesempatan kedua untuk membuktikan cintanya. Ia berharap bahwa kesempatan ini tidak akan sia-sia, dan keluarga Rania juga akan memberinya kesempatan agar bisa membuktikan bahwa cintanya pada putri keluarga Raksa tidak pernah berubah.
***
Koment yang banyak untuk bang Rex guys🤣