NovelToon NovelToon
Kunikahi Gadis Yang Mirip Mendiang Istriku

Kunikahi Gadis Yang Mirip Mendiang Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Duda
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: LebahMaduManis

Aksa bertemu dengan seorang gadis pemilik toko kue yang perlahan memikat perhatiannya. Namun ketertarikan itu bukanlah karena sosok gadis tersebut sepenuhnya, melainkan karena wajahnya yang sangat mirip dengan mendiang sang istri.

Terjebak dalam bayang-bayang masa lalu, Aksa mulai mendekatinya dengan berbagai cara — bahkan tak segan mengambil jalan licik — demi menjadikan gadis itu miliknya. Obsesi yang awalnya lahir dari kerinduan perlahan berubah menjadi hasrat posesif yang menguasai akal sehatnya.

Tanpa disadari, sang gadis pun terseret semakin dalam ke dalam cengkeraman pria dominan itu, masuk ke sebuah lembah gelap yang dipenuhi keinginan, manipulasi, dan ilusi cinta.

akankah Aksa bisa mencintai gadis itu sepenuhnya? apakah gadis itu mampu membuat Aksa jatuh cinta pada dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LebahMaduManis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Iya, gak apa-apa Mas” sahut Erina dari balik pintu kamar mandi.

Selesai membersihkan diri dan berganti pakaian, Erina kembali duduk di sofa ruang keluarga, ia mengamati Aksa yang sedang berkutat di dapur dengar alat masak “Mas, ngapain?“ Tanya lembut Erina, sambil menyisir rambutnya dengan jari.

Spontan Aksa menoleh ke sumber suara “lagi masak” ia melemparkan senyum tipis pada Erina

Erina berjalan ke arah dapur mendekati Aksa “Mas bisa masak?“

“Bisa, tapi hanya masak spageti dengan bumbu instan” sahutnya dengan diselingi tertawa kecil.

Erina ikut tertawa mendengarnya, ia menyandarkan tangannya diatas meja dapur.

“Saya bisa saja pesan berbagai makanan, tapi untuk kali ini saya ingin membuatnya sendiri, meski cuma spageti instan, karena itu yang bisa saya buat sendiri” ucap Aksa sambil menata pastanya ke atas piring.

“Sepertinya kedatangan saya kesini merepotkan ya?“

“Tentu tidak, bagaimana bisa saya merasa direpotkan oleh calon istri saya” Aksa menatap Erina lalu cepat mengalihkan pandangan. Sambil membawa dua piring spageti di tangannya Aksa berjalan menuju meja makan “Ayo kita makan, saya tahu—habis berendam pasti lapar.“

Dua piring spageti sudah tandas, Erina sigap mengambil piring keduanya untuk ia cuci, Aksa terdiam ia hanya mengamati Erina yang sedang mencuci piring “perasaan apa ini? Kenapa saya merasakan perasan yang teramat senang melihat Erina?“ Aksa memejamkan mata dengan kepala yang menggeleng lalu sedikit menepuk pipinya “ingat Aksa, kamu menikahinya hanya karena kau seakan melihat Ayesha dalam diri gadis itu” ucapnya dalam batin.

Erina kembali duduk di meja makan berhadapan dengan Aksa “Mas belum jawab pertanyaanku”

“Pertanyaan apa, Nona?“

“Kenapa orang suruhan Mas datang tepat saat aku butuh pertolongan?“

Aksa menatap Erina “sebenarnya …” ucapannya terhenti ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal “saya khawatir saat mata ini tidak bisa menjangkau keberadaanmu, saya hanya ingin memastikan bahwa kamu selalu aman dan baik-baik saja, jadi saya mengirim orang untuk itu”

“Maksudnya Mas mata-matain aku?“ mata Erina menatap tajam lawan bicaranya.

“Bukan maksud begitu, saya hanya ingin memastikan kamu aman, terbuktikan? Saat kamu berada dalam bahaya—orang suruhan saya menyadari itu dan langsung membawamu kesini”

“Saya akui, saya sangat berterima kasih untuk itu, tapi—andai saya tahu Mas memata-mataiku sebelum kejadian itu, aku udah pasti marah”

Mata Aksa seketika membulat mendengar penjelasan Erina “kenapa begitu?“

“Itu berlebihan, aku juga butuh privasi untuk apa yang aku lakukan” tegur Erina dengan intonasi yang lembut

“Saya hanya ingin memastikan kamu Aman, tidak lebih dari itu Nona” Aksa berusaha untuk meyakinkan Erina, bahwa tindakannya tidak bisa di artikan berlebihan.

Erina menautkan senyum di bibir mungilnya “Ya sudah, Mas, itu semua sudah terjadi dan orang suruhanmu menyelamatkan saya, saya berterima kasih sekali”

“Nona…” panggil Aksa, suaranya dalam dan pelan.

“Iya Mas?” Erina menatap Aksa dengan lekat, alisnya sedikit terangkat.

“Mari berbagi kehidupan bersama saya,” ucap Aksa, pandangannya tidak lepas dari mata Erina. 

“Maksudnya Mas?” Erina bertanya balik, nada suaranya ragu. 

“Jadilah istri saya,” ucap Aksa tegas, dengan mata yang menatap Erina tajam, bukan karena emosi kemarahan, melainkan karena maksud keseriusan atas ucapannya. 

“Mas,” kata Erina sambil menghela napas perlahan, “menikah itu menyatukan dua keluarga, dan itu tidak mudah, apalagi antara aku dan Mas sudah jelas dari kalangan yang berbeda.”

“Saya tidak pedulikan itu,” balas Aksa, sedikit memajukan tubuhnya, “yang saya tahu hanyalah; saya harus memiliki perempuan yang sudah berani mengambil hati dan perhatian saya.”

“Mas, bagaimana kalau orang tua Mas tidak merestuinya?” tanya Erina, suaranya kini terdengar cemas, “Orang-orang dari kalangan seperti Mas ini biasanya menikah untuk memperkuat bisnisnya.”

Ya, mungkin itu yang dilakukan beberapa kalangan, tapi tidak untuk saya,” tukas Aksa cepat, nada suaranya menunjukkan ketidaksabaran, “Ini hidup saya, saya sudah dewasa bahkan menginjak tua di usia saya yang hampir kepala empat ini.”

“Aku hanya takut membuat celah masalah dalam keluarga Mas sendiri jika menikahiku,” bisik Erina, menundukkan kepalanya sedikit. 

“Nona Erina, dengarkan,” Aksa meraih tangan Erina dan menggenggamnya erat “saya serius, saya ingin menikahimu dengan segala risiko yang akan saya hadapi. Apa pun itu, tidak akan menggoyahkan keyakinan saya untuk menikahimu” Aksa mengamati perbedaan signifikan tangannya dan tangan Erina, size yang jauh berbeda, kepalan tangan Erina dapat terbungkus dengan sebelah kepalan tangan Aksa

“Mas sangat mencintai saya?“ Tanya Erina dengan lembut

“Sangat, saya sangat mencintaimu, Nona”

“Tapi tidak dengan saya Mas” Erina mencoba melepaskan tangannnya dari genggaman Aksa.

Aksa pun membiarkan tangan si gadis lolos dari genggamannya, ucapan yang Erina berikan seakan telah mengiris perasaannya, Aksa menarik nafas seakan untuk menenangkan hatinya. Ia tak biasa menerima penolakan. Bahkan biasanya justru dirinya lah yang menolak para perempuan-perempuan yang selama ini berusaha mendekatinya.

Tidak, sebenarnya—Pria bongsor ini tidak merasakan kecewa atas penolakan dari perasaan Erina, semua kata cinta yang diucapkannya hanyalah alibi agar Erina meyakininya, bahkan kenyataannya ia tidak peduli jika Erina tidak mencintainya. Jauh di dasar hatinya, Ayesha masih mendiami tahta tertinggi perasaannya. Sungguh sangat menyebalkan, ke egoisan Aksa benar-benar tak bisa di tolerir, ia menyeret perempuan lain hanya untuk memenuhi kerinduannya pada Mendiang istrinya, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Erina jika dia mengetahui apa maksud dan tujuannya menikahi dirinya.

“Biar saya saja yang mencintaimu, tidak apa jika sekarang kamu belum bisa mencintai saya, tapi saya yakin, dengan seiring berjalannya waktu, kamu akan mencintai saya”

“Seyakin itu?“

“Tentu, tapi jadilah istri saya terlebih dahulu, saya tidak mau melihatmu di dekati laki-laki lain, lalu kamu jatuh cinta lebih dulu pada laki-laki itu dan kamu memilih menikah dengannya” ucap Aksa dengan diselingi gestur mengejek untuk menghalau rasa hawatirnya.

“Tapi, kenapa Mas gak pernah kenalkan aku sama keluarga Mas, bahkan aku belum pernah bertemu dengan mereka”

“tanpa harus saya kenalkan papi, sudah tahu tentang kamu. Tapi, saya sudah menganggap bahwa saya hidup sebatang kara, meski saya masih memiliki Papi, kau tahu perempuan yang kamu temui dikantorku saat acara ulang tahun Rio?”

“Iya Mas, aku ingat, perempuan yang aku kira dia istrimu”

“Dia adalah ibu sambungku” jawab aksa singkat dan tegas, menekankan pernyataan tersebut

Mata Erina membulat seketika dengan mulut yang menganga “hah? Masih muda banget buat jadi ibu sambung yang memiliki anak hampir kepala empat ini”

Aksa terkikih “mangkanya, orang-orang yang tak mengetahuinya akan menyangka dia adalah istri saya, padahal dia istri papi saya, seperti prasangkamu juga, Nona”

“Mas, boleh aku nanya?” tanya Erina, suaranya terdengar hati-hati, memecah keheningan yang sempat tercipta.

“Tanyakan apa saja tentangku, Nona. Tidak apa-apa,” Aksa menatap Erina dengan mata yang menyiratkan izin penuh.

“Ke mana ibu kandung Mas?” sorot mata Erina menunjukkan rasa penasaran yang bercampur kekhawatiran.

“Sejak saya remaja, Mami sudah berpulang,” jawab Aksa, suaranya mendadak berubah menjadi lebih lembut dan sedikit berat.

“Maaf atas pertanyaanku, Mas,” ucap Erina cepat, merasa tidak enak karena telah menyentuh topik sensitif.

“Tidak perlu meminta maaf,” balas Aksa, mengukir senyum tipis dan menundukkan kepalanya, seolah mengenang masa lalu. “Itu hal lumrah yang harus ditanyakan perempuan pada calon suaminya.“

Malam semakin larut atmosfer dingin menyeruak ke tubuh mereka, obrolan yang seakan tiada habis dibahas keduanya, hingga lupa pada waktu yang terus berputar.

Erina menggapai handphone yang berada di atas meja makan guna melihat jam, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. “Eh Mas, ternyata sudah malam”

Aksa pun turut menatap jam yang melingkar di tangangannya “kamu sudah mengantuk, Nona?“

“Belum, justru saya takut— Mas harus melanjutkan pekerjaan kantor tapi lebih memilih menemani saya ngobrol, atau mungkin Mas mau tidur lebih cepat”

“Tidak perlu hawatir, semua waktu saya milikmu, Nona”

Erina melipat bibirnya guna menahan senyum atas kalimat yang aksa ucapkan. Jika terus seperti ini tidak menutup kemungkinan Erina pun akan cepat jatuh hati pada Pria bongsor itu.

“Mas, saya ke kamar lebih dulu” ucap Erina, lalu ia berdiri dari kursinya, namun belum sempat melangkah kan kaki, Aksa menangkap tangan Erina.

Erina terhenti dan menatap pada tangan yang di cengkram lembut Aksa “kenapa Mas?“

“saya berharap besok pagi saya sudah mendapat jawaban atas Ajakan saya, Nona” nadanya lembut, baritonnya bergema di ruang makan Apartemen tersebut.

“Okey, biar aku pikirkan dulu malam ini Mas” jawab Erina sambil menatap Aksa yang tatapannya seakan menunjukan permohonan yang sangat iba.

“Oh iya, besok biar saya buatkan jadwal untuk bertemu papi dan istrinya, sekalian saya kenalkan calon istri saya ini pada mereka”

Ah sial, lagi-lagi Aksa menyebutkan Erina sebagai calon istri, hati mungil si gadis yang kesepian, terluka dan kini di tambah trauma menimbulkan sedikit percikan api cintanya.

...***...

1
aliyanila
berebgsek bgt ternyata om ny
Roro
awal hya menyebalkam lama lama juga menyenangkan
LebahMadu: senang sekali, terima kasih sudah mampir, lanjutkan hingga ke cerita selanjutnya. oke 🙏
total 1 replies
Roro
yee dah kepp aja
Roro
bagus banget ceritanya
Roro
sangat menarik... lanjut baca aku
LebahMadu: terima kasih sudah mampir, lanjutkan membacanya yaa 😍
total 1 replies
Roro
bos kok di bantah 🤣
Roro
keren thor, semoga nanti membludak pembacanya
LebahMadu: aamiin. terima kasih sudah mampir
total 1 replies
LebahMadu
terima kasih sudah menjadi pembaca setiaku😍
aliyanila
akhirnyaaa.. sampai ditahap aksa ngajak erina nikahh🤭
aliyanila
ayo lantkan ceritanya, aku penasaran
LebahMadu: siapp.. di tunggu
total 1 replies
LebahMadu
semoga secepatnya bisa banyak pembaca ya , dan terus dukung karya2ku👍
LebahMadu
Terima kasih dan tunggu plotwis2 berikutnya
LebahMadu
Terima kasih sudah mampir 😍
aliyanila
cerita sebagus ini, penulisannya bagus. bisa2nya sepi
aliyanila
tiap babnya bikin penasaran
aliyanila
ceritanya menarik
aliyanila
karyanya sudah cukup bagus, semangat terus nulisnya yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!