NovelToon NovelToon
DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

DIUJUNG IKHLAS ADA BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Dikelilingi wanita cantik / Pelakor / Poligami / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

---

📖 Deskripsi: “Di Ujung Ikhlas Ada Bahagia”

Widuri, perempuan lembut yang hidupnya tampak sempurna bersama Raka dan putra kecil mereka, Arkana. Namun di balik senyumnya yang tenang, tersimpan luka yang perlahan mengikis keteguhan hatinya.
Semuanya berubah ketika hadir seorang wanita kaya bernama Rianty — manja, cantik, dan tak tahu malu. Ia terang-terangan mengejar cinta Raka, suami orang, tanpa peduli siapa yang akan terluka.

Raka terjebak di antara dua dunia: cinta tulus yang telah ia bangun bersama Widuri, dan godaan mewah yang datang dari Rianty.
Sementara itu, keluarga besar ikut memperkeruh suasana — ibu yang memaksa, ayah yang diam, dan sahabat yang mencoba menasihati di tengah dilema moral yang makin menyesakkan.

Di antara air mata, pengkhianatan, dan keikhlasan yang diuji, Widuri belajar bahwa bahagia tidak selalu datang dari memiliki… kadang, bahagia justru lahir dari melepaskan dengan ikhlas.

“Karena di ujung ikhlas… selalu ada bahagia.”


---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 PELAKOR TERANG TERANGAN

Langit pagi itu tampak biasa, biru pucat dengan awan tipis menggantung di atas gedung. Tapi bagi Raka, udara di sekitar terasa berbeda.

Ada sesuatu yang ganjil — semacam firasat yang menekan dadanya, entah dari tatapan orang-orang kantor yang seperti menyimpan bisik-bisik, atau dari langkah seseorang yang mendekat dengan irama sepatu hak tinggi yang beradu lembut di lantai marmer.

Tuk... tuk.. tuk…

Setiap langkah terdengar jelas, pelan namun penuh keyakinan.

Aroma parfum mewah perlahan mengisi udara. Bukan aroma biasa — wangi melati dan musk yang sama, yang kemarin sempat menempel di pikirannya.

Rianty.

Wanita itu muncul di hadapan meja pos keamanan seperti sinar matahari yang tahu ia sedang diperhatikan.

Rambutnya tergerai sempurna, gaun biru muda motif bunga kecil yang ia kenakan jatuh lembut mengikuti lekuk tubuhnya. Ia tersenyum — senyum yang tidak sekadar ramah, tapi juga menantang.

“Selamat pagi, Mas Raka,” ucapnya lembut, dengan nada yang mengalun pelan namun mengandung sesuatu yang sulit diabaikan.

Dika yang baru saja meneguk kopi langsung tersedak hebat.

“Buset… nongol lagi ni bidadari— eh, maksud saya… selamat pagi, Mbak Rianty!” katanya tergesa, nyaris menjatuhkan cangkir ke lantai.

Raka menarik napas dalam-dalam, mencoba mengatur nada suaranya agar tetap datar.

“Selamat pagi, Nona. Ada perlu apa hari ini?” tanyanya, berusaha tetap profesional meski detak jantungnya sedikit tidak stabil.

Rianty tersenyum miring, mencondongkan tubuh sedikit ke arah meja.

“Nggak perlu alasan buat datang, kan? Aku cuma…” ia berhenti sejenak, menatap lurus ke matanya, “…ingin lihat kamu.”

Tatapan itu menusuk, dalam dan berani.

Dika yang berdiri di samping langsung menahan napas.

“Gilak, ini mah terang-terangan banget, bro…” bisiknya hampir tanpa suara.

Raka mencoba menjaga jarak, menegakkan bahunya.

“Maaf, Nona, tapi tempat ini bukan—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimat, Rianty menaruh sebuah kotak makan di atas meja. Kotak itu dibungkus pita merah muda.

“Untuk sarapan,” katanya ringan, tersenyum dengan percaya diri. “Aku tahu kamu pasti belum sempat makan. Aku yang masak sendiri.”

Dika langsung menoleh cepat. “Bro, gue nyerah deh. Cewek seberani ini mah, yang ada gue nikahin duluan daripada nolak,” bisiknya dengan nada geli, meski jelas rasa kagum dan kaget bercampur di matanya.

Raka menghela napas perlahan, tapi di balik wajah datarnya, jantungnya berdetak lebih cepat.

Bukan karena godaan, tapi karena cemas — situasi ini bisa berbahaya, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk keluarganya.

Sementara itu, di rumah, Widuri sedang melipat pakaian suaminya.

Tangannya berhenti di atas kemeja putih kesayangan Raka — yang baru saja disetrika pagi tadi.

Ia menatapnya lama, seolah kain itu menyimpan kenangan. Tapi pikirannya jauh melayang.

Ucapan Ibu Ratna kembali menggema di kepalanya.

“Widuri, kamu harus belajar ikhlas. Kadang cinta itu memang harus dibagi…”

Kata-kata itu menancap dalam.

Matanya perlahan memanas, lalu setetes air mata jatuh di kemeja itu.

Widuri buru-buru mengusapnya dengan ujung jari, seolah tak ingin ada bekas luka di kain maupun di hatinya.

Ia mencoba menegakkan diri, menarik napas panjang. Tapi saat itu, ponselnya bergetar.

Pesan dari Siska muncul di layar.

“Mbak, aku barusan lihat sosmed" Cewek yang namanya Rianty itu datang ke kantor Mas Raka. Kayak… cari perhatian banget.”

Widuri terpaku. Matanya membesar.

Dunia seperti berhenti berputar.

Tangannya gemetar memegang ponsel.

“Jadi benar… wanita itu masih mendatangi suamiku?” bisiknya lirih, hampir tak terdengar.

Dada yang sejak tadi terasa sesak kini semakin berat.

Ia duduk perlahan di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai tipis.

Di kantor, suasana masih menegang.

Rianty berdiri di depan Raka, matanya berkilat tajam, namun tetap terbungkus kelembutan yang mematikan.

“Mas Raka…” suaranya tenang, tapi jelas menyimpan bara.

“Aku nggak peduli orang mau bilang apa. Aku cuma tahu satu hal — aku suka kamu. Dan aku akan terus datang sampai kamu sadar kalau aku serius.”

Dika terpaku. Wajahnya berubah antara kaget dan kagum.

“Buset… ini pelakor level dewa,” gumamnya, hampir tanpa sadar.

Raka bangkit berdiri, suaranya tegas tapi tenang.

“Cukup, Rianty. Jangan bicara seperti itu di sini. Saya sudah beristri, dan—”

“Dan aku tahu!” potong Rianty cepat.

Tatapannya tajam, nyaris seperti menantang.

“Justru karena aku tahu, aku datang dengan cara jujur. Aku nggak mau sembunyi. Aku ingin kamu tahu perasaanku, terang-terangan.”

Ruangan seketika hening.

Dika bahkan berhenti mengunyah roti yang baru digigitnya.

Raka memejamkan mata sejenak, menahan napas panjang.

“Rianty, tolong hentikan ini. Kamu cuma bikin keadaan makin rumit.”

Rianty tersenyum kecil. Ada air di ujung matanya, tapi suaranya tetap stabil.

“Cinta itu memang rumit, Mas. Tapi aku nggak takut rumit. Aku takut nyesel kalau nggak berjuang.”

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berjalan pergi.

Hak sepatunya kembali berdetak di lantai, meninggalkan aroma parfum dan jejak perasaan yang menggantung di udara.

Raka hanya bisa menatap punggungnya, napasnya berat.

Dika melirik pelan dan berkata dengan nada serius,

“Bro… lo harus hati-hati. Cewek itu nggak main-main.”

Raka tak menjawab.

Ia menatap pintu yang baru saja tertutup, dan dalam hatinya tahu —

badai itu bukan sedang datang,

badai itu sudah tiba.

#TBC

Hai hai sore readers!! Gimana perasaan kalaian pas baca bab ini komen dong

Jangan lupa like komen vote kirsan nya ya guysss

kalau ada typo bilang ya terima kasih

1
Intan Pandini
Ohh jadi sebelumnya pernah di suruh poligami ya sama keluarganya
Intan Pandini
Hmm jadi penasaran sama rianty ini, kira kira siapa ya
Intan Pandini
Shock banget tiba tiba di tanya boleh berbagi suami 😭 aku reflek bakalan ngamok kayak nya 🙏
Delwyn
Ngakak sampe geleng-geleng!
zanita nuraini: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Kovács Natália
Makin penasaran dengan twist ceritanya.
zanita nuraini: terimakasih sudah mampir cerita author
ditunggu kelanjutan nya ya☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!