NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19 Sebagai suami

Sebagai suami, Naru punya control penuh di balik dinding diam istrinya. Ia manis, lembut, perhatian… tapi juga keras kepala karena suka memaksa kalau sedang ingin tahu sesuatu. 'Tukang maksa' itulah sisi Naru yang sering membuat Nuha sebal.

Nuha pandai menyembunyikan sesuatu. Cukup bilang, "Nggak ada. Nggak ada apa-apa kok. Tenang saja." Itu tandanya tak ada curhat dan tak ada yang berhak menyentuh privasinya.

Bukan Naru namanya kalo dia enggak maksa. Ketegangan menjalar di kamar Nuha. Meski wanita itu pandai menyembunyikan sesuatu, ia tak pandai berbohong. Naru berhasil membuka kejujuran istrinya, "Jadi dari 'Kak' Wisnu, ya..."

Sebelum Nuha sempat mundur, Naru menunduk, menyesap lembut lehernya tanpa mengajak ribut. “Akh!” Nuha langsung terlonjak. “Apa-apaan sih, kamu!”

“Hadiah karna kamu udah jujur.” Kali ini hisapannya lebih kuat, "Tapi aku nggak suka nama itu kamu sebut lagi di hadapanku. Aku akan hisap kamu jauh lebih kuat lagi." Mengakibatkan pecahnya pembuluh darah kecil di bawah permukaan kulit. 

“Aww!" Nuha meringis menahan perih. "Manusia nyebelin! Kamu bikin aku berdarah!”

Naru menghapus noda kecil di bibirnya, seperti vampir yang bergairah, “Karena aku kangen sama kamu, sayang.”

“Makan tuh kangen!"

Naru malah menangkis kedua dorongan tangan Nuha dengan mudah. “Aku ke sini bukan cuma buat ganggu kamu. Aku mau ngajak kamu kencan.”

“Ha?! Nggak mau! Aku ada kuliah hari ini.”

“Kencan…” Naru mencondongkan badan, suaranya turun jadi berat. “…atau kutidurin kamu?”

“Dasar sialan!” wajah Nuha sudah memerah habis. "Kencan aja sama Sifa sonoh."

"Kamu bilang apa?"

“Mulut ember!” serang Nuha tanpa takut. “Pria cerewet sepertimu pasti nggak tahan buat nggak curhat sana-sini. Masalah apa yang kamu punya sampe curhat sama dia, hah?! Kamu--”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Naru langsung menahan wajahnya dan melahap bibirnya begitu saja. Gerakannya cepat dan tegas, membuat Nuha tak sempat mengelak. Tangannya yang sempat terangkat untuk mendorong kini terperangkap di dada Naru.

Kecupan itu panjang, menyebarkan panas dan rasa kesal yang beradu jadi satu. Begitu mereka melepaskan diri, Nuha terengah, sementara Naru tersenyum puas dengan napas berat.

“Kamu ini,” gumam Naru sambil menyentuh dagunya, “kalau marah sama aku, frontal banget omongannya.”

Lalu menatap lekat-lekat “Denger ya. Nggak ada curhat, dan nggak ada juga Naru yang caper sama orang. Kamu sendiri tahu, Sifa itu gosiper paling handal sejagat raya. Jadi kenapa kamu secemburu ini, heh?”

"Bodo!"

"Dasar cewek yang mudah kegoreng gosip murahan. Emang harus ditidurin dulu ini istri biar lega sampai ke ujung kaki!" Gemas Naru.

"MIYAOONGG!!" Nuha menjerit ketika tubuhnya dilahap habis oleh suami mesumnya.

Sampai di depan rumah keluarga Naru.

“Lho, katanya kita mau kencan sambil piknik tipis-tipis?” Nuha yang menggendong Hana yang tertidur pulas di pelukannya, melongo. Bahkan outfit-nya sudah cucok meong lengkap dengan topi rotan ala piknik keluarga.

Naru dengan santai mengangkat keranjang piknik berisi bekal yang disiapin istrinya tapi masakannya dari Ibu. “Iya, kencan di rumah aja tapi,” ia melangkah masuk ke dalam rumah.

“NAUUUR!!” seru Nuha spontan. Suaranya cukup keras sampai Hana menggeliat kecil dan merengek pelan. “Uss, cup cup, sayang…” Nuha buru-buru menenangkan ponakannya, sementara Naru cuma nyengir tak berdosa.

Nuha bersungut-sungut di belakang, "Padahal aku udah bikin bekal se aestetik mungkin, huh! Malah diajak pindah rumah doank." Wajahnya jelas menahan kesal tapi juga tak bisa menolak pesona cengiran suaminya.

Kedatangan mereka langsung disambut Bunda dengan gaya khasnya. Tetap genit dan lembut tapi menyimpan lelah hati yang sangat. “Ara-ara~ Nuha-chan… sini peluk Bunda dulu, sayang.”

Nuha tersenyum, mendekat, lalu membalas pelukan hangat dan cipika-cipiki yang selalu membuatnya agak canggung tapi juga terharu.

“Bunda apa kabar?” tanyanya sopan.

“Baik, sayang. Sangat baik… apalagi kalau kamu sudah hadir di pelukan Bunda,” jawab sang mertua dengan nada menggoda.

Nuha tak kuasa menahan tawa kecil. Hatinya menghangat. Sejenak ia menoleh ke arah Naru, yang sedang menatapnya dengan senyum lembut penuh kasih.

“Ya sudah,” batin Nuha pelan, “nggak papa deh kencannya gagal. Ketemu Bunda pun aku juga senang banget.”

Naru mengulurkan tangan. “Sini, Hana biar aku yang bobokin di kamar. Kamu ngobrol dulu sama Bunda, ya. Cup.” Kecupnya mendarat manis di pipi Nuha sebelum ia mengambil Hana dari pelukannya.

“Ish! Sumpah deh, dicium mulu…” gerutu Nuha, mengusap sebal bekas kecupan itu.

“Duduk sini, Nuha,” panggil Bunda lembut.

“Baik, Bunda.” Nuha mendekat sopan.

“Bunda dengar kamu kuliah di jurusan Tata Busana, ya?” tanya Bunda sambil membuka map berisi beberapa lembar dokumen. “TK dari yayasan Bunda mau adain acara Akhirussanah. Apa kamu bisa bantu buatkan desain kostum untuk penampilan anak-anak nanti?”

“Eh? Tapi… Nuha baru semester awal, Bunda. Masih amatiran banget,” ucapnya kikuk.

Bunda tersenyum, menepuk lembut punggung tangan menantunya. “Bunda yakin kamu bisa, sayang. Kadang, keyakinan orang lain itu justru bisa memunculkan keberanian yang belum kamu sadari.”

Ia menyodorkan dokumen agenda pertunjukan itu. “Coba kamu pelajari, ya.”

Percakapan mereka berlangsung lama. Hangat, lembut, tapi juga meninggalkan sesuatu yang menggantung di benak Nuha.

Begitu kembali ke kamar, ia mendapati dua kesayangannya sudah terlelap di atas kasur. Naru memeluk Hana, seperti sepasang sayap yang memeluk malaikat kecil sedang beristirahat.

Nuha tersenyum kecil. Tapi pikirannya tiba-tiba terasa berat. Ia menaruh dokumen acara itu di meja, lalu melangkah ke balkon. Angin tengah hari menyapa wajahnya saat ia membuka pintu kaca.

“Bunda…” ia menatap langit. “…ingin aku hamil.” Suara itu pelan, tapi sarat arti.

Antara haru, takut, dan ragu. Kariernya baru saja dimulai, mimpinya baru terbuka, ia bahagia dipercaya membuat kostum. Tapi kini… beban yang bernama ‘harapan keluarga’ mulai mengetuk hatinya pelan-pelan.

“Bunda bilang, dia sangat kesepian. Ingin aku selalu menemaninya, bahkan berharap aku segera memberinya cucu supaya ada teman main. Tapi… kenapa, ya? Kenapa Bunda merasa kesepian?”

Langkahnya mendekat ke sisi ranjang. Ada sesuatu yang lembut menyentuh hati Nuha, rasa iba bercampur rindu yang sulit dijelaskan. Jemarinya terulur, mengelus poni di dahi suaminya.

“Aku emang terlalu gengsi buat peduli sama kamu… lagian kamu tuh genit banget sih,” gerutunya.

“Nuha…" Suara Naru mengalun pelan, "Pikniknya besok aja, ya. Aku capek banget…”

“Eh?” Nuha terperanjat.

Tiba-tiba, pergelangan tangannya diraih hangat oleh Naru. Matanya kini terbuka, sayu tapi jernih. “Bisakah kamu… melepas gelang itu?” pintanya rendah.

“Eh? Em…” Nuha sempat lega karena Naru tadi tidak marah dan mempermasalahkan gelang itu. Tapi, ketika tahu gelang itu seperti bisa menenangkannya, hatinya kembali berdebar takut ketika Naru meminta untuk melepasnya.

“Nuha?” panggil Naru lembut.

Nuha menunduk. “Jangan panggil aku Nuha, Naru.” Suaranya bergetar, seperti menahan sesuatu yang berat di dadanya.

“Kenapa?” tanyanya dengan nada khawatir. “Semua orang tetap memanggilmu Nuha. Nama itu khas buat kamu. Tapi kenapa aku nggak boleh?”

“Rasanya…" Nuha menelan ludah, "Sakit, kalau kamu yang panggil aku begitu.”

Naru terdiam lama.

Pandangannya menurun ke jemari Nuha yang polos tanpa cincin. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya pelan, seolah takut menyakiti. “Kalau gitu… bisakah kamu pakai lagi cincin nikah kita?”

Hening.

Nuha menatap jemarinya sendiri, lalu perlahan menariknya pelan. Gerakan kecil yang membuat udara di sekitarnya seolah berhenti sesaat.

“Eeuungeee~”

Tangisan kecil itu segera memecah suasana. Hana merengek bangun. Tangannya terjulur ke udara, mencari pelukan ibunya.

“Eiihh... Sebentar, sayang. Sebentar, onti siapin empong kamu dulu ya,” Nuha langsung beralih dengan nada lembut namun sedikit panik. Ia menoleh pada Naru. “Naru, tolong tenangin Hana dulu.”

Naru menghela napas panjang, penolakan halus Nuha masih terasa di dadanya. Tapi melihat bayi mungil itu menangis, wajahnya luluh juga. “Sini, Hana, uncle papa gendong ya,” katanya lembut, lalu meraih tubuh kecil itu ke pelukannya.

“Engeee… mam mamm… neennn…” rengek Hana makin keras di dada Naru, bibir mungilnya masih mencari. "Huuuu~"

“Sebentar ya, Hana. Onti siapin dulu,” sahut Nuha sambil menyiapkan ASI perah dari termos es, mencelupkannya ke air hangat dari botol termos kecil yang ia bawa. Gerakannya cekatan, wajahnya serius tapi tetap penuh kasih. Lalu menuangnya pada empong kesukaan Hana.

Melihat itu, Naru malah berseloroh, “Kayaknya lebih praktis kalau kamu kasih dari sumbernya langsung, deh. Tuh...”

Nuha menoleh dan telunjuk Naru mengarah ke dadanya. Wajah Nuha langsung memerah. Ia buru-buru menutupi dadanya dengan tangan. “Sembarangan! Kalo ngomong difilter dulu ya, Tuan Suami yang pikiran mesumnya nggak pernah libur.”

Naru cemberut. “Aku udah filter baik-baik, kali…”

“Eengeeekkk~”

Hana kembali merengek lebih keras, seolah memarahi keduanya karena terlalu asyik bertengkar manja. Nuha mencondongkan empong susu pada Hana. Untuk sesaat, suasana jadi hening. Hanya terdengar suara napas Hana yang mulai tenang.

“Lihat?” bisik Naru lembut, senyum hangat menghiasi wajahnya. “Kamu cocok banget jadi ibu, Nara.”

Pipi Nuha merona.

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Fing Fong
Gaun beludru merah marun itu jatuh lembut di bahunya, seakan ingin menutupi dosa yang berkilau di balik mutiara di lehernya. 👍
Fing Fong
Andai Naru ada di sini…
Fing Fong
ini kalimat indah banget, jangan ubah!
Fing Fong
Hah, serius dia mau selingkuh? 😨
Fing Fong: “Terpaksa aku harus cari wanita lain buat nemenin aku tidur malam ini.” katanya dengan nada sarkas. WKWKWK 🤣🤣
total 1 replies
Fing Fong
frustrasi tapi masih gemas itu chef’s kiss! 😆
Fing Fong: relatable and gold line! 👍
total 1 replies
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Rudi, soora, naomi. licik. dilan?
kanaya tau kebusukan suami & sahabatnya, gak ya?
Miu Nuha.: Kanaya disini masih single kak 😝
total 1 replies
Destira Chan
Naomi, girl... take a seat !!! 😤kamu nggak lebih dari side character yang lagi overconfident.
Destira Chan
Nak Nuha, sabar ya, emak di belakangmu! Jangan kalah sama drama keluarga mertua, kau masih ratu di cerita ini!! 😍😍
Destira Chan
😱 Itu beneran atau cuma akal bulus aja, hah?? Kalo bener, emak sumpah bakal lempar sandal ke Naru !!!
Destira Chan
Naomi sama Mamiya 😤 Nih cocok jadi duo sinetron jam 8 malam. licik, pengen banget lempar sambel terasi biar sadar diri 😭🔥
Destira Chan
MASYAALLAH 😭💪
itu baru emak singa betina yang classy banget!! Bicaranya lembut, tapi nancep kayak belati dari sutra.
“Aku ada bersama mereka.”
langsung pengen slow clap di meja makan
👏👏👏
Destira Chan
Nuha nih strong banget 😭.
Pas diserang dari segala penjuru masih bisa bilang “Aku percaya sama Naru.” Uuuuhh, emak langsung pengen peluk dia sambil bilang, “Nak, sabar ya… dunia emang keras, tapi jangan kasih Naomi menang!” 😤😤😤
Destira Chan
WELADALAH KIRAIN 😑
Destira Chan
LAH NAK, ITU BUKAN SOLUSI, ITU TIKET MENUJU NERAKA EMOSI!! 😭🙄😤
Peter_33
pengen nyakar Naomi 😤
Peter_33
itu line paling powerful !!
chill naik sampe ubun-ubun, sumpah 🔥😱
Peter_33
😭😭😭 plss dia jahat banget.
Peter_33
OMG Nuha sendirian 😭
Peter_33
ihh lucu bngttt 😍😍
Ame Ricka
❤️‍🔥 LOVE MEMBARA BUNDAAA!!!
“She said: don’t mess with my daughter-in-law,, mother-in-law supremacy era!!! 👊👊👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!