NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

“Wah, aku tidak percaya kau benar-benar mendaftarkannya dan membiarkannya menyelesaikan kuliah,” ujar Edwin kagum pada sahabatnya.

“Aku tidak melihat alasan kenapa kau harus bereaksi berlebihan, Edwin,” sahut Trevor datar, tanpa semangat.

“Pertama, kau biarkan dia tinggal di rumahmu. Kedua, kau belikan dia banyak barang meski dia tidak meminta. Dan sekarang, kutahu kau mendaftarkannya ke salah satu kampus terkenal tempatmu berinvestasi. Yang paling gila, kau memberinya salah satu Black Card-mu,” Edwin menggeleng tak percaya.

Trevor menarik napas. “Pertama, kau sendiri yang memutuskan dia tinggal di rumahku untuk merawat anakku. Kedua, aku tahu apa saja yang dia butuhkan, jadi kubelikan agar dia tidak perlu keluar rumah dan kabur membawa anakku. Ketiga, aku daftarkan dia ke kampus supaya dia percaya padaku, dengan begitu dia tidak akan kabur, dan dia akan merawat anakku seumur hidupnya. Terakhir, aku beri Black Card cadangan karena aku memang tidak membawa uang tunai. Dia tidak menyiapkan bekal, jadi aku tahu dia pasti lapar di sana.”

“Memangnya kenapa kalau dia lapar?” Edwin menatapnya heran.

“Anakku butuh dia,” jawab Trevor singkat.

“Masih soal menyusui? Kau bisa buatkan susu formula untuk anakmu,” ucap Edwin santai.

“Bukan itu. Aku tidak ingin anakku mengalami apa yang kualami. Aku ingin dia merasakan hidup dengan keluarga lengkap, sesuatu yang tidak pernah kualami seumur hidup,” kata Trevor serius.

Edwin terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Dalam sekali. Tapi apa gunanya keluarga lengkap kalau tidak ada cinta? Apa itu berarti kau harus jatuh cinta padanya dan membuatnya jatuh cinta padamu juga?”

“Kami tidak perlu saling jatuh cinta. Kami bisa pura-pura saling mencintai di depan anakku,” ujar Trevor dingin.

Edwin mengangkat alis. “Entahlah… tapi menurutku anakmu itu sangat cerdas. Mungkin lebih cerdas darimu.”

“Tsk.” Trevor hanya memutar mata.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Trevor menoleh, lalu tersenyum kecil.

“Hoi hoi, apa itu? Kenapa kau senyum-senyum?” Edwin curiga.

Trevor diam saja. Edwin pun mendekat.

“Aish!” Trevor membentak, kesal karena sahabatnya kepo.

“Hoi, apa itu? Update? Padahal kalian bukan siapa-siapa. Kok sampai kirim foto segala, bro?” goda Edwin.

“Aku memang memintanya. Untuk memastikan dia benar-benar pakai kartuku,” jawab Trevor.

“Kalau pun tidak dipakai, kenapa repot? Bukan kau yang lapar,” cibir Edwin.

“Anakku yang lapar,” sahut Trevor.

“Oh iya juga. Eh, tapi kalau ibunya tidak ada, bagaimana anakmu makan siang?”

“Dia sudah siapkan ASI semalam,” jawab Trevor.

“Kau tahu dari mana? Jangan bilang kau lihat sendiri?” Edwin menyeringai.

“Dia yang bilang, brengsek!” bentak Trevor kesal.

“Hahaha, santai. Kelihatan banget kau sudah lama tidak ada hubungan intim,” ledek Edwin.

“Kalau kau tidak diam, lebih baik pergi sebelum kutendang keluar!” ancam Trevor.

“Oke, oke, aku diam.”

Namun Edwin masih melirik penasaran saat Trevor menatap layar ponselnya lagi.

“Menjauh,” usir Trevor.

“Sudah kuduga, kau masih lihat fotonya. Tapi aku penasaran, siapa yang motret dia? Perempuan? Atau laki-laki?” Edwin mendesah pura-pura berpikir.

“Mungkin temannya,” jawab Trevor datar.

“Kalau menurutku sih laki-laki. Lihat, di samping Cherry ada tas cowok,” ujar Edwin sambil menunjuk layar.

**

Sore harinya, saat waktu pulang, Cherry berjalan ke arah parkiran bersama teman-temannya.

“Kau yakin tidak mau aku antar, Cherry?” tanya Adrian, teman sekelasnya.

“Iya, Cherry, biar Adrian saja yang antar,” timpal Erika.

“Tidak usah, tidak apa-apa. Ada yang jemput kok. Mungkin sudah menunggu di parkir,” jawab Cherry.

“Hoi, siapa? Pacarmu? Atau ayah anakmu?” tanya Erika iseng.

Cherry hanya tersenyum kecil sambil melirik sekeliling. Pandangannya jatuh pada sebuah mobil tak jauh dari tempatnya berdiri. Jendela terbuka sedikit, memperlihatkan bayangan wajah pengemudi di kaca spion samping.

“Aku pergi dulu. Yang jemput sudah datang,” ujar Cherry.

“Wah, siapa itu? Aku tidak jelas lihatnya,” gumam Erika.

“Ini tasmu,” kata Adrian sambil menyerahkan tas Cherry.

“Sampai jumpa besok,” pamit Cherry lalu berjalan menuju mobil.

Ia masuk, memasang sabuk pengaman, dan menyadari mobil belum juga bergerak. Ia melirik Trevor yang masih menatap kaca spion.

“Ada yang ditunggu?” tanya Cherry.

“Tidak ada,” jawab Trevor singkat sambil menyalakan mesin.

“Arnold baik-baik saja tanpa aku? Dia tidak rewel?” tanya Cherry.

“Dia penurut,” sahut Trevor.

“Syukurlah,” Cherry tersenyum lega.

“Bagaimana Kuliah?”

“Lancar.”

“Kau bahkan sudah dapat teman di hari pertama.”

“Ya.”

“Jangan terlalu percaya,” kata Trevor tajam.

“Aku tahu.”

“Terutama laki-laki. Jangan dekat-dekat, apalagi sampai titip barang pada mereka.”

“Adrian baik kok,” bela Cherry.

“Berdasarkan apa? Tampangnya? Menurutmu aku terlihat baik?”

Cherry terdiam. Dalam hati ia tahu Trevor memang menarik, meski sifatnya bertolak belakang.

“Tapi aku merasa dia baik,” ucap Cherry pelan.

“Kau merasa apa?” Trevor mengernyit.

“B-bukan seperti yang kau pikirkan. Maksudku hanya pertemanan biasa,” jelas Cherry cepat.

“Bagus. Kau tidak boleh punya hubungan dengan laki-laki mana pun.”

“Kenapa?”

“Karena kalau itu terjadi, perhatianmu akan terbagi. Fokusmu bukan lagi pada anakku.”

“Ya… kau benar. Aku bisa terdistraksi,” bisik Cherry.

**

Sesampainya di rumah, Cherry langsung menuju kamar Arnold. Ia menemukan bayinya sedang digendong pelayan, lalu segera mengambilnya.

“Mama kangen kamu, sayang,” ucapnya sambil menciumi pipi Arnold.

“Kau mengganggunya,” tegur Trevor dari belakang.

“Tidak kok, dia sudah terbiasa. Kan, Baby Arnold?” Cherry tersenyum pada anaknya.

“Tsk.” Trevor mendecak, lalu memberi isyarat ingin menggendong.

“Jangan, biar aku dulu. Aku kangen,” tolak Cherry.

“Tsk. Ayo turun makan,” ucap Trevor kemudian berjalan pergi.

Cherry memandang Arnold. “Kau sudah makan, sayang? Yuk, makan di bawah.”

“Seharusnya kau taruh dia di ranjang bayinya,” komentar Trevor saat mereka tiba di ruang makan.

“Aku mau kasih dia makan.”

Pelayan datang sambil membawa mangkuk kecil. “Ini makanan Tuan Muda.”

“Terima kasih,” sahut Cherry.

“Makan sambil kasih dia makan,” perintah Trevor.

“Aku masih kenyang,” ujar Cherry.

Trevor menatapnya dingin. “Makan.”

“Baik, aku makan,” ucap Cherry menurut, lalu mulai menyuap makanan.

**

Keesokan paginya, Cherry bangun lebih awal untuk menyiapkan kebutuhan Arnold selama ia pergi.

“Aku tidak akan menjemputmu nanti,” ujar Trevor sebelum berangkat.

“Aku bisa naik transportasi umum,” jawab Cherry.

“Tidak. Sudah kubilang, kalau aku tidak bisa, sopir akan menjemputmu,” tegasnya.

“Oh iya, benar juga.”

Sesampainya di kampus, Cherry turun. Erika tiba-tiba muncul di sampingnya.

“Hoi, Cherry. Siapa itu cowok yang jemput kau kemarin dan antar kau tadi? Sugar daddy-mu ya?” tanya Erika tiba-tiba.

Cherry terkejut. “Sugar daddy? Bukan.”

Erika tertawa lepas. “Aku cuma bercanda. Aku tahu kau bukan tipe yang mata duitan.”

Cherry mengalihkan pandangan. “Aku mau bilang sesuatu, tapi janji jangan cerita ke siapa-siapa. Dan jangan marah.”

“Kenapa? Apa? Jadi deg-degan aku,” ujar Erika penasaran.

“Cowok yang antar-jemput aku itu… ayah anakku.”

Erika melongo. “Tapi dia kelihatan lebih tua darimu.”

“Ya, dia memang lebih tua.”

“Berapa? 23? 24? 25?”

“Dia 27.”

“Apa? Tapi wajahnya masih seperti 25,” ujar Erika takjub.

“Mungkin faktor gen. Keluarganya memang awet muda.”

“Tapi kau bilang belum menikah? Kenapa dia antar-jemputmu?”

“Kami tinggal bersama. Untuk anak kami.”

“Kalau begitu, kenapa tidak menikah saja?”

“Seperti yang kubilang, aku belum siap. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak kucintai atau tidak mencintaiku.”

“Lalu kenapa kalian punya anak kalau tidak saling mencintai?”

“Aku ibu pengganti, Erika. Aku butuh uang untuk kuliah, jadi aku setuju. Tapi keputusanku berubah setelah melihat anakku. Aku kembalikan uangnya, tapi dia tidak mau. Jadi, dia biarkan aku tinggal di rumahnya bersama anakku.”

Erika menatapnya lekat-lekat. “Apa Black Card itu juga dari dia? Dan dia yang biayai kuliahmu di kampus mahal ini?”

Cherry menunduk. “Sebenarnya aku tidak mau menerima. Tapi aku takut kalau menolak, dia akan menjauhkan anakku dariku. Aku tidak sanggup kehilangan Arnold.”

“Tenang, rahasiamu aman denganku,” ujar Erika sambil memeluk Cherry erat.

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!