DIRIKU Bukan IBU Tiri Yang Kejam

Tak di sangka kedatangan Sherina ke toko obat kecil ini, mempertemukan Zevan dengan kenalan lama sang ayah.

"Zevan.. sedang apa kau di sini?" pria itu adalah Raymon teman dari ayah Zevan.

"Paman Raymon.. aku disini bersama Ibu dan Adik-adik ku, aku ingin menjual sesuatu disini, lalu Paman.. " Zevan tak melanjutkan ucapannya karna dia melihat Darma begitu menghormati Raymon.

"Apakah Paman adalah pemilik toko obat ini??" Zevan yakin akan tebakan nya itu.

"Kau benar Zevan.. Paman pemilik toko obat ini, jadi apakah kalian adalah orang yang di maksud Paman Darma?" Raymon memang pemilik toko obat ini ternyata.

"Iya Paman.. ini Paman barang yang akan kami jual" Zevan menyodorkan dua Ginseng besar dan sehat.

Tentu saja Raymon takjub melihat Gingseng utuh juga begitu besar, belum lagi ada dua Gingseng.. nanti nya pasti Raymon akan mendapatkan untung besar.

"Menakjubkan sekali.. ini benar-benar Gingseng terbaik, baiklah Zevan.. Paman akan membeli nya dengan harga tinggi" Raymon tak pernah berbohong dengan ucapan nya

"Dengan harga berapa anda akan membayar nya Tuan??" Sherina mengambil alih pembicaraan karna Sherina takut harganya tak sesuai, sebab menurut Sistem Gingseng itu akan menghasilkan banyak uang.

Jika saja anak-anak tirinya tak akan curiga, pasti Sherina akan menjual Gingseng kepada sistem saja.

"Paman.. ambilkan uang nya" Raymon tau Sherina merasa takut dia bohong, maka Raymon akan langsung membayar nya tanpa berlama-lama.

Selang beberapa saat Darma datang membawa satu peti kecil di tangan nya, lalu dia membuka peti itu di depan Sherina.

Silau.. hanya satu ucapan itu saja yang sherina gumamkan dalam hati, bagaimana tidak, karna kini tepat di depan matanya.. satu peti koin emas benar-benar menyilaukan matanya.

"Bagaimana Nyonya.. apakah kau setuju?" dengan diam nya Sherina, Raymon mengambil kesimpulan bahwa Sherina setuju.

Zevan menepuk pelan tangan Sherina agar Sherina tersadar dari lamunan nya.

"Ibu bagaimana??" Zevan berbisik pada Sherina untuk menanyakan keputusan nya.

"Ibu ikut kalian saja" Sherina bingung harus bicara apa, koin emas itu begitu banyak, jadi Sherina berpikir semua nya cukup.

"Baiklah Paman kami setuju" Zevan kembali mengambil alih, karna Sherina telah memberikan keputusan padanya.

"Bagus.. Paman tau kamu pasti tidak akan menolak" Raymon senang karna tak harus banyak mengeluarkan kata-kata bujukan.

"Tunggu.. " tiba-tiba saja Sherina menghentikan pergerakan Raymond ketika ingin mengambil Gingseng nya.

"Ada apa Nyonya!! apa nilai harga nya tak sesuai keinginan mu?" Raymon menghentikan gerakan tangan nya.

"Bukan.. bukan begitu.. hanya saja.. bisa kah pecahan koin nya jangan koin emas semua, kami akan berbelanja, jadi kami perlu koin kecil" Sherina tak ingin kesulitan saat berbelanja karna uang nya adalah koin emas semua.

"Seperti itu ya?? maaf tadi saya sempat berprasangka buruk terhadap anda.. saya pikir anda mau meminta tambahan harga nya" Raymon tersenyum canggung karna merasa tak enak.

Singkat cerita Sherina berhasil melakukan transaksi jual beli dengan toko obat milik Raymon, Raymon juga meminta agar nanti Sherina menjual semua bahan obat nya pada toko Raymon.

Sherina menyetujui kesepakatan dengan Raymon, karna Raymon juga baik menurut Sherina, juga, anak-anak tirinya sudah mengenal Raymon.

"Ibu... aku lapar.. " Alina baru makan tadi pagi, begitu juga kakak-kakak nya, maka tak salah jika saat ini mereka semua merasakan lapar.

"Baik lah.. sekarang kita cari makan, dan kalian boleh membeli semua yang kalian inginkan" Sherina ingin anak-anak tirinya bahagia.

"Benarkah Ibu??" Alina begitu bahagia mendengar ucapan Sherina.

"Tentu.. hari ini Ibu akan menuruti semua kemauan kalian" sekarang kebahagiaan anak-anak tirinya adalah nomor satu.

"Yeeeee... " Alina dan Alena bersorak gembira, sementara Zevam, Zovan serta Zivan, mereka hanya tersenyum tipis, mereka benar-benar merasa bersyukur atas perubahan sikap ibu tiri mereka.

……………………………………………

Di desa, di kediaman Nenek Sarah.. keadaan nya begitu sangat kacau, bagaimana tidak.. karna Dias dan Dion masih belum sadarkan diri, mereka masih tetap terbujur kaku dengan badan mengeluarkan asap tipis.

"Kalian menantu kurang ajar.. kenapa kalian begitu sangat tak berbakti, Suami kalian begitu kalian malah melarikan diri seorang diri " Nenek Sarah mengomeli Lela dan Dania.

"Maafkan kami Ibu.. kami hanya takut di sengat setan juga.. " Dania masih berpikir jika suami nya itu di serang oleh setan.

"Setan setan setan.. dari tadi kalian hanya terus mengatakan hal itu, apa kalian melihat setan nya??" Nenek Sarah tak percaya dengan adanya setan.

"Ibu lihat sendiri kan anak-anak Ibu sekarang seperti apa.. jika itu bukan ulah setan lalu ulah siapa?" Dania tetap yakin pada pendapat nya.

"Kata Kakak ipar benar Ibu.. lihat lah, mereka sampai saat ini masih tak sadarkan diri" Lela mempunyai keyakinan sama dengan kakak ipar nya.

"Sudah.. jangan bahas masalah itu lagi.. lebih baik sekarang kita pikirkan bagaimana cara mengobati mereka" Nenek Sarah tak mau membahas tentang setan lagi.

"Kita panggil tabib saja Ibu" Lela memberikan saran nya.

"Lalu jika tabib bertanya mereka kenapa, kamu mau jawab apa?" Nenek Sarah tak ingin di ketahui orang lain, jika mereka mencoba membuka paksa pintu gubuk Sherina.

Nanti pasti akan ada pertanyaan lain nya, yang akhirnya mereka harus mengakui perbuatan mereka, Nenek Sarah tak ingin kelakuan buruk nya di ketahui banyak orang.

"Terus kita harus apa Ibu??" Dania benar-benar bingung melihat kondisi suami dan adik ipar nya.

Mereka hidup tapi seperti orang mati, bahkan sesekali tubuh mereka akan kejang-kejang seperti saat di gubuk Sherina.

"Kenapa malah membuat ku semakin pusing.. harusnya kalian mencari solusi" Nenek Sarah merasa kan kepala nya sakit.

"Kami tak tau harus berbuat apa Ibu.. " Dania memang tak bisa apa-apa, karna Dania juga tak tau alasan suaminya menjadi seperti ini kenapa.

"Bodoh bodoh bodoh.. kalian berdua memang begitu bodoh" emosi Nenek Sarah semakin bertambah dan kepala nya semakin terasa berdenyut.

Dania dan Lela hanya bisa pasrah saja mendengar omelan Nenek Sarah, karna mereka benar-benar tak mengerti dengan apa yang terjadi pada suami mereka itu.

Di saat Nenek Sarah terus marah-marah, Dias dan Dion tersadar, mereka menengok ke kanan dan kekiri untuk memastikan keberadaan mereka dimana.

"Setannnnn... " Dias dan Dion berteriak serempak, tentu saja hal tersebut membuat yang lain nya terkejut.. bahkan Zay dan Bim langsung berlari memeluk Ibu mereka masing-masing.

"Ampun.. ampun.. ampun.. " Nenek Sarah reflek meminta ampun, karna sebenarnya sedari tadi Nenek Sarah sudah kepikiran dengan ucapan menantunya tentang setan di gubuk Sherina.

Kreeeeetttttttt....

"Ampun.. kami mohon ampun... "

Bersambung.. semoga kita ketemu lagi di bab selanjutnya.