NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11 : Pembicaraan Malam

Freya hampir menjadi orang terakhir yang datang ke Blind Beggar. Biasanya ia datang lebih pagi, tapi kali ini tidak seperti seharusnya. Itu bisa disebabkan ia begadang untuk menulis cerita yang akan ia kirimkan sebagai bahan laporan korannya. Tepat pagi tadi, ia berfikir akan sedikit menerima omelan dari Shani atas keterlambatannya. Tapi sepertinya hari ini ia beruntung, beberapa menit setelah ia datang, Shani ikut datang.

"Tidak biasanya?" Tanya Zhou Shiyu. Ia menjadi yang pertama datang dan sudah berada di tempatnya.

Freya tersenyum kecil sembari mengedikan bahu. "Apakah kita kedatangan tamu?" tanya Freya ketika ia membungkuk untuk memasang gentong bir yang dibawanya ke sini tadi.

"Yep. Detektif Wang Yi." Kau akan langsung tahu bahwa Shani perokok berat dari suaranya.

"Kau terlihat senang," Ujar Freya menolah ke arah Zhou Shiyu. "Jangan bilang kau sudah tidur dengannya, sehingga setiap kali bertemu kau akan merasa jantungmu berdetak kencang."

"Well, bagaimana jika iya?" Balas Zhou Shiyu.

"Sangat jelas, bekas kecupan di lehermu masih terlihat."

"Hei, ini tanda cintanya untukku." Zhou Shiyu sedikit protes.

"Asal kau tidak menyesal saja, ketika seandainya kau tahu, dia sering meniduri para gadis di ibu kota."

"Aku pikir kau harus mencoba sekali, berada diantara selangkangannya, agar kau tahu seberapa lembut dia memperlakukan perempuan." Balas Zhou Shiyu.

Freya mengelap tangannya yang basah ke celana pendeknya dan berjalan mengitari bar. Ia meletakkan sebuah teko kaca di bawah keran bir dan mulai mengeluarkan buihnya, dengan senang hati menjauh dari bau daging hangus. "Aku masih perawan." Kata Freya dengan suara lirih.

"Yeah," kata Zhou Shiyu. "Banyak yang mengharapkan untuk tidur bersamamu di kota ini."

"Menurutmu pria itu mungkin belahan jiwamu?" gurau Freya.

Zhou Shiyu mengangkat bahu. "Kita tidak pernah tahu, bukan?"

Freya tersenyum dan mencondongkan tubuh ke belakang, mengamati buih putih tumpah dari teko dan perlahan-lahan berubah menjadi bir.

"Jadi kurasa kau belum mendapat kabar tentang lamaranmu?" tanya Zhou Shiyu sambil menatap Freya dengan saksama.

Freya mematikan keran bir. "Belum."

"Jangan terlalu dipikirkan-satu hari lagi tidak akan ada beda-nya."

Freya mendongak menatap Zhou Shiyu dan tersenyum lemah. Ia ingin memberitahu Zhou Shiyu, sungguh, tetapi ia takut akan mulai menangis lagi di depan semua tamu. Tepat ketika ia membuka mulut untuk bertanya apakah mereka bisa membicarakannya nanti, kedai minum itu mendadak hening. Keheningan itu begitu mendadak dan memekakkan sampai terasa tidak alami. Zhou Shiyu dan Freya menoleh.

Ternyata tamu mereka. Wang Yi. Pria itu berhenti di ambang pintu, sementara setiap pasang mata yang ada di dalam bar menatapnya. Satu kedipan nakal ia berikan kepada Zhou Shiyu dengan cepat. Pria ini tidak berasal dari Whitechaple. Pria itu menerima semua tatapan yang diarahkan kepadanya, sama sekali tidak terlihat ragu atau resah, dan duduk di meja paling ujung bersama Para polisi. Sementara yang lain menyesap bir dan pembicaraan pun kembali berlanjut.

"Dia sangat tampan," kata Zhou Shiyu lirih.

"Jadi kau benar-benar tidur dengannya tadi malam?" Tanya Freya kepada Zhou Shiyu.

"Yap." Freya mengamati Zhou Shiyu mengambil menu plastik dari tumpukan. Zhou Shiyu berjalan dengan cepat ke meja Wang Yi dan meletakkan menu itu di hadapannya. Zhou Shiyu berkacak pinggang dan, walaupun Freya tidak bisa melihat wajahnya, Freya tahu Zhou Shiyu pasti sedang melancarkan rayuan. Zhou Shiyu sama sekali tidak tahu cara menahan diri. Tentu saja, kehadiran Zhou Shiyu membuat Wang Yi tersenyum kepadanya, Freya menyadari senyum itu senyum sopan, dan menunjuk sesuatu di menu. Ia tidak tahu bahwa ia tidak seharusnya memesan masakan Shani. Mata pria itu beralih dari Zhou Shiyu dan menatap lurus ke arah Freya, membuat napas Freya tersekat. Freya berbalik dan menyibukkan diri dengan mencuci gelas.

Pada saat makanannya sudah siap disajikan, Zhou Shiyu sedang beristirahat. Ia duduk di bar sambil menyantap makanan yang selalu disantapnya. Roti burger yang hanya dioles saus tomat di bagian dalamnya.

"Pesanan sudah siap," seru Shani.

Zhou Shiyu mengangkat bahu ke arah Freya dengan mulut penuh "Aku benar-benar jatuh hati padanya."

Freya memandang berkeliling, ia terlihat tengah memikirkan sesuatu, namun tak seorang pun tahu apa yang tengah dia pikirkan. Ia meraih piring itu, dengan empat jari di sebelah bawah dan ibu jari di sebelah atas, lalu berjalan ke arah Wang Yi. Ia menunduk menatap makanan yang dipesan pria itu dan menyadari bahwa pria itu sepertinya memesan burger tanpa daging, hanya selada layu, tomat pucat, dan keju yang dijepit roti putih. Pria itu sedang duduk bersandar di kursi sendirian, sejak Frank dan para polisi yang lain kembali ke kantor.

"Silakan," kata Freya.

Wang Yi mencondongkan tubuh ke depan. "Terima kasih." la berhenti sejenak. "Aku ingin bertanya apa kau kehilangan sesuatu akhir-akhir ini?"

"Aku pikir tidak," Ujar Freya. "Atau mungkin juga iya, aku tidak terlalu ingat."

Wang Yi memperhatikan pakaian Freya, ada benang bekas jahitan yang terlihat aneh dari bentuknya, seperti terputus dan sangat kecil. "Hanya ingin memastikan," kata pria itu sambil tersenyum kecil, membuat daerah di sekitar matanya yang gelap berkerut. "Kau tahu, kan. Tadi malam sang Lupin kembali mencuri sesuatu di dalam museum. Tidak lama kemudian kantor Wali Kota terbakar."

"Bukankah kau di sini untuk menangkapnya?"

"Tidak semudah seperti yang terlihat. Kepintaran saja tidak cukup." Kata Wang Yi.

"Maksudmu dia lebih pintar darimu sehingga setiap kali kau berniat menangkapnya dia selalu berhasil lolos."

"Aku sedikit tersinggung." Balas Wang Yi.

...***...

Setelah kedai ditutup, ketika semua bangku sudah diangkat ke atas meja dan lantai sudah di pel, Springsteen masih menyanyi tentang impian dan rahasia dan kegelapan di pinggiran kota. Zhou Shiyu dan Freya duduk di bar sambil menyesap bir. Kaki mereka yang sakit kini terasa lebih baik karena mereka tidak lagi berdiri di atas lantai semen. Shani berdiri di belakang mereka sambil menghitung uang di kasir.

"Berapa lama tamu kita akan tinggal di sini?" tanya Freya, dengan suara yang diusahakan terdengar santai.

"Dia memesan kamar itu sampai bisa menangkap sang Lupin," gerutu Shani sambil menulis jumlah uangnya di atas kertas pesanan.

"Itu menyenangkan buatmu, kan? Kenapa tidak minta dia untuk tinggal di rumahmu saja?" tanya Freya, menatap Zhou Shiyu.

"Dia takut aku menjadi sasaran. Kau tahu kan, terkadang seorang kriminal selalu mencari cara kotor untuk mengalahkan musuhnya" ucap Zhou Shiyu.

Bunyi ketukan di jendela menyela pembicaraan mereka. Ternyata Frank yang mengetuk kaca. Ia melambai untuk mengucapkan selamat malam, matanya yang cokelat bersinar penuh harapan sampai ia terlihat lebih seperti anjing kecil di jalan yang mengemis makanan daripada seorang polisi yang sudah berumur. Mereka balas melambai.

"Pria itu harus bisa lebih menahan diri," kata Shani dengan nada sebal.

Freya tidak merespons. "Tidak ada gunanya. Aku tidak akan berakhir di tempat ini." Ia meneguk bir. Zhou Shiyu mengamatinya dengan saksama.

"Kau sudah mendapat jawaban dari lamaranmu, kan?" Freya tidak menatapnya. Ia tidak sanggup.

"Aku begitu yakin kau akan berhasil," kata Zhou Shiyu.

Freya merasakan kehangatan menyelimuti tangannya da menunduk. Shani meletakkan tangannya yang kasar di atas Freya.

"Kau seorang pejuang-kau pasti berhasil. Mungkin butuh waktu, tapi kau pasti berhasil."

Untuk pertama kalinya malam itu, gumpalan yang menyeka tenggorokan Freya mulai melonggar. Shani menarik tangannya dan meletakkan dua amplop di hadapan mereka di atas bar.

"Sok baik atau tidak, tamu kita tidak pelit memberikan tip."

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!