NovelToon NovelToon
Putraku Menggila

Putraku Menggila

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Bad Boy / Keluarga / Teen School/College / Anak Yang Berpenyakit / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rere Lumiere

Bima, seorang mahasiswa semester akhir yang stres kerena skripsi nya, lalu meninggal dunia secara tiba-tiba di kostannya. Bima kemudian terbangun di tubuh Devano, Bima kaget karena bunyi bip... bip... di telinganya. dan berfikiran dia sedang mendapatkan hukuman dari Tuhan.

Namun, ternyata dia memasuki tubuh Devano, remaja berusia 16 tahun yeng memiliki sakit jantung dan tidak di perdulikan orang tuanya. Tetapi, yang Bima tau Devano anak orang kaya.

Bima yang selama ini dalam kemiskinan, dan ingin selalu memenuhi ekspektasi ibunya yang berharap anak menjadi sarjana dan sukses dalam pekerjaan. Tidak pernah menikmati kehidupan dulu sebagai remaja yang penuh kebebasan.

"Kalau begitu aku akan menikmati hidup ku sedikit, toh tubuh ini sakit, dan mungkin aku akan meninggal lagi," gumam Bima.

Bagaimana kehidupan Bima setelah memasuki tubuh Devano?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[19] Pertengkaran Lagi

"Kenapa kamu sangat dingin sama papa?" ujar Sebastian bersuara, yang sontak saja membuat Devano menoleh dan menjatuhkan sendoknya.

"Yang benar saja, bapak-bapak satu ini tidak mengerti keadaan," gumam Devano dalam hati.

"Lalu, saya harus seperti apa? selama bertahun-tahun Anda mengabaikan saya dan membiarkan istri Anda memperlakukan saya seperti pem… bukan lebih tepatnya tikus mati, tuan," jawab Devano menatap nyalang pada Sebastian seolah akan menusuk hatinya.

"Kamu tidak mengerti, kamu tidak tau maksudnya,"

Sebastian nampak mengerutkan alisnya, merasa jadi korban dari perkataan putranya yang begitu menyudutkan nya.

"Lalu maksud Anda apa Tuan? biar saya dengar sekarang. Tapi, Anda bisa saja menyelematkan saya, tapi selama ini Anda tak pernah melakukan nya," ketus Devano yang kini tak lagi menatap kearah Sebastian.

Sebastian terenyuh, terdiam. Yang terdengar sekarang hanya keheningan menatap putra makan di atas kursi makan sembari memangku kedua tangan nya. Pikirannya kini berkecamuk.

Dalam hening itu dia menatap kearah putranya yang terlihat kurus, pucat dan manahan nafasnya seperti sangat sulit menghirup nafas, melihatnya membuat Sebastian khawatir sekarang.

Sebastian ingin bertanya lagi pada Devano, namun terlihat Devano mendorong kursinya dengan tubuhnya. Kemudian meninggalkan meja makanan itu menuju dapur, dan kini hanya tangan Sebastian yang melayang di udara ingin menghentikan Devano. Namun, anaknya sudah tidak ada disana.

Disisi lain, Devano yang sebenarnya menyadari Sebastian terus memandanginya yang tentu membuatnya risih saja. Karena mungkin dia sudah terbiasa di abaikan dan tadi hanya ingin membuat kerusuhan sedikit, rencananya sudah berhasil, sudah saat pergi menemui Bibi Sunarti.

"Bi, apa yang sedang bibi lakukan," tanya Devano kemudian duduk di atas meja pentry.

"Eh, Aden, turun Den, tidak sopan," mata Sunarti menoleh pada Devano bermaksud ingin menyapa nya, namun melihat Devano duduk di atas meja pentry Sunarti menjadi sedikit khawatir.

"Oke bi," ucap Devano turun dari atas meja pentry itu.

"Aden, bertengkar lagi ya sama nyonya?" tanya Sunarti masih fokus pada oven di depannya, dia sebelum nya mendengar pertengkaran di meja makanan tadi.

"Tau tuh, sebenarnya saya di anggap atau tidak, kalau begitu mengapa mereka melahirkan saya, memangnya menelantarkan anak tidak dosa, Bi," jawab Devano acuh, menatap kearah rak-rak yang berada di atas meja pentry.

"Tidak boleh bicara seperti itu Den, kalau ada orang jahat sama kita, kitanya jangan jahat balik. Biar nanti nggak susah masuk surga, karena kita bersih dari rasa benci," ucap Sunarti kini berbalik kearah Devano, menatap nya lekat-lekat meskipun Devano masih memalingkan wajahnya.

"Devano nggak benci mereka, Bi, hanya saja ingin mereka sadar,"

"Bagus kalau begitu, Den, Bibi juga senang Aden dapat kamar yang layak. Nggak kayak gudang, kata orang-orang kalau tinggal di tempat lembab suka kena penyakit pernafasan," ujar Sunarti tersenyum simpul, dia sangat iba ketika melihat Devano waktu itu ditempatkan di gudang.

"Ya, udah kena, Bi," singkat Devano, mengingat dia kini memiliki sakit jantung yang dia tidak ketahui penyebabnya apa, karena dia bukan pemilik tubuh asli.

"Hah?!" ucap Sunarti mendekatkan telinganya kearah Devano karena Sunarti tidak mendengar nya dengan jelas.

"Bukan apa-apa, Bi… Bibi buat apa tuh?" ujar Devano mengalihkan pembicaraan pada nampan yang berisi kue kering yang baru di keluarkan dari oven oleh Sunarti.

"Kue kering, Den, buat stok," jawab Sunarti tersenyum simpul pada Devano, sembari menyodorkan kue itu kearah Devano.

Devano kemudian mengambil kue kering itu, kemudian mencobanya sedikit, "Enak, Bi,"

"Kalau begitu ambil saja lebih banyak, … ah, atau bibi bungkus in aja biar kamu bisa simpan dan makan di kamar kalau laper nanti," ujar Sunarti meletakkan kue itu di atas pentry, lalu mencari toples untuk mengisi nya dengan kue-kue kering itu.

"Nggak usah repot-repot, Bi," ucap Devano bersandar pada meja pentry itu sembari menatap kearah Sunarti yang terlihat bersemangat mencari toples.

Sebastian melirik kearah batas ruang makan dan dapur, melihat senyum dan tawa tulus dari pembantu dengan anaknya. Seolah jarak itu, memang nyata terbentuk seperti sekat-sekat dan tembok yang kokoh di antara keluarga nya dan Devano.

"Separah apa aku mengabaikan nya," gumam Sebastian dalam hati, kemudian meninggalkan tempat itu.

*

*

Esok harinya, Devano nampak tidak membuat kegaduhan membuat keempat manusia yang mengisi rumah itu menjadi bingung dan menyeringit jidatnya.

Sedangkan, Devano tidak perduli dengan ekspresi wajah semua orang, karena misi hari ini untuk menyelamatkan si buntal.

"Gue harus prepare, nyusun rencana ama Karel, Theo," gumam Devano dalam hati, mengambil sejumlah roti dan susu di atas meja.

Devano meneguk susu itu sedikit kemudian meninggalkan meja makan itu tanpa menoleh pada keluarganya, yang kini menegang membayangkan apa yang akan dilakukan Devano hari ini. Namun,

ternyata Devano tidak melakukan apa-apa.

"Mas lihat anak itu tidak punya sopan santun sekali,"tunjuk Dian merasa Devano tak menghormati orang-orang yang sedang makan di meja makan itu.

"Sudah Din, waktu Dia ngamuk kemarin kamu marah, dan sekarang dia diam saja kamu juga tak suka, " jawab Sebastian menurunkan suaranya, seolah meminta pengertian pada istrinya bahwa tidak semua hal harus disertai dengan emosi atau keinginannya.

"Ya! aku memang tak menyukainya!" ketus Dian.

" Iya pa, Semenjak dia balik lagi ke sini, rumah kita nggak pernah tenang Pa," sahut Arsen menunjukkan ketidaksukaannya pada Adik bungsunya itu.

"Aku tak menyangka memiliki istri sepertimu, yang kasar dan tak memiliki perasaan. dan aku juga tak menyangka memiliki anak sepertimu, yang tidak punya perasaan pada saudaranya sendiri. tanda aku telah gagal menjadi seorang ayah, bukan hanya ayah tapi seorang pemimpin di keluargamu, " ucap Sebastian meraup wajahnya dengan kasar.

"Mas, Kamu ini kenapa? yang salah itu bukan kamu tapi anak itu, dia sudah membuat semuanya jadi berantakan," kesal Dian menoleh pada arah di mana Devano pergi.

"Ah sudahlah... Percuma saja berbicara pada orang yang hatinya berisi racun," ujar Sebastian kemudian meninggalkan meja makan itu.

Dian mencengkeram tangannya dengan kuat, mata elangnya berkilat dengan tajam kemudian ia berdiri dari kursi itu, "Anak itu harus diberi pelajaran,"

Amarah Dian membumbung tinggi kemudian dia berjalan menuju ke arah halaman rumah. Dian yakin anak itu belum pergi ke sekolah, dan masih berjalan menuju halaman rumah mereka. Langkahnya begitu cepat hingga sampailah dia di teras rumah.

"Devano!" teriak Dian dengan kencang, membuat Devano sontak menoleh ke arah Dian yang masih berada di teras.

"Ada apa Nyonya Anda berteriak-teriak seperti itu di pagi hari, nanti tetangga-tetangga Anda mendengarkan teriakan Anda yang besar itu. Apakah Anda tidak akan malu digosipkan orang lain?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!