NovelToon NovelToon
Ayo, Menikah!

Ayo, Menikah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Office Romance / Cintapertama
Popularitas:918
Nilai: 5
Nama Author: QueenBwi

Arkan itu cowok baik—terlalu baik malah. Polos, sopan, dan sering jadi sasaran empuk godaan Elira, si gadis centil dengan energi tak terbatas.

Bagi Elira, membuat Arkan salah tingkah adalah hiburan utama.
Bagi Arkan, Elira adalah sumber stres… sekaligus alasan dia tersenyum tiap hari.

Antara rayuan iseng dan kehebohan yang mereka ciptakan sendiri, siapa sangka hubungan “teman konyol” ini bisa berubah jadi sesuatu yang jauh lebih manis (dan bikin deg-degan)?

Cinta kadang datang bukan karena cocok—tapi karena satu pihak nggak bisa berhenti gangguin yang lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenBwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lima

Arkan mengurut keningnya pelan, kepalanya sakit karena semalaman ia tak bisa tidur nyenyak sama sekali. Setiap kali menutup mata, bayangan Elira yang mencumbunya akan muncul dan berakhir dengan... celana basah.

Bisa dibilang, dalam semalam Arkan bisa ereksi sampai 5 kali.

Karena itu ia memutuskan tak tidur saja hingga pagi.

Dan hal itu malah membuat Arkan jadi terlihat cukup berantakan. Wajahnya pucat dengan kantong mata yang menggantung mengerikan. Bahkan ia tak bertenaga sama sekali.

Ayana yang melihat jadi heran sendiri, tidak biasanya Arkan terlihat begitu. Apa ada hubungannya dengan kencan kemarin?

Tunggu.. Benar kencan.

Ayana menghela nafas pelan, penasaran hal gila apa lagi yang dilakukan sepupunya itu hingga membuat Arkan terlihat seperti mayat hidup.

Jadi ia mendekati meja Arkan, menatap pria itu yang sedari tadi sibuk memijat kepalanya sendiri.

"Arkan, Kau baik? Wajahmu pucat."

"Hanya tak bisa tidur, kak."

"Kenapa? Ada masalah? Cerita padaku."

Arkan berdehem pelan dan tersenyum kaku, tak mungkin ia bercerita penyebab dirinya tak bisa tidur karena bermimpi mesum. Itu memalukan sekali.

"Bukan masalah besar kok, kak. Jangan cemas.."

Ayana memicing curiga tapi ia mengangguk saja. Lagipula itu privasi Arkan, ia tak berniat untuk mencari tahu.

"Hey.. Kita disuruh berkumpul di Loby.." Raka menginterupsi saat ia entah baru datang darimana. Berjalan menuju mejanya dan meletakkan sebuah map biru diatas meja.

"Ada apa memangnya?" Tanya Ayana.

Raka menoleh,"Entah.. Mungkin agar semua orang tau tentang ketampananku ini.." jawabnya lalu tersenyum lebar dengan ekspresi wajah songong.

Ayana dan Arkan hanya menatap datar.

"Kalian tak bisa diajak bercanda sama sekali.. Tch.." Dengus Raka lalu berjalan meninggalkan ruangan menuju loby diikuti Arkan dan Ayana.

"Itu bukan bercanda.. Tapi cerita horror.." Celetuk Ayana santai, tak memperdulikan raut wajah Raka yang sudah seperti akan memakan seseorang.

Kini mereja tengah berdiri didepan lift menunggu pintunya terbuka.

"Akui saja aku tampan kenapa sih, kak!" Gemas Raka.

"Iya sih tampan-"

"Nah kan!"

"-tapi jomblo.." Ledek Ayana puas.

Sialan!

Raka bahkan tak bisa mendebat karena ucapan Ayana itu benar. Tapi tetap saja ia merasa tidak terima. Serba salah kan jadinya.

Saat pintu lift terbuka, mereka bertiga kaget karena didalam penuh dengan para karyawan wanita.

Arkan tersenyum sopan dan membuat para karyawan wanita itu memekik histeris. Ayana sendiri hanya memutar mata jengah, ingin menarik Arkan agar menaiki lift yang lain saja tapi pria itu sudah melangkah masuk lebih dulu diikuti Raka yang juga sibuk senyum-senyum tebar pesona. Mau tak mau Ayana pun ikut masuk, kelinci liar betina itu bisa mengamuk nanti jika tahu ia membiarkan Arkan dikerubuni para wanita.

Salah satu dari mereka sedikit mendekati Arkan yang berdiri paling depan. Berdehem sejenak sembari merapikan rambutnya pelan.

"Mas Arkan?"

Arkan menoleh, sedikit menundukkan kepalanya karena wanita itu hanya setinggi pundaknya saja.

"Ah, iya?"

"Kau ingat aku?"

"Tidak.."

"Aku tak bertanya padamu, Ayana!" Desis wanita itu sebal lalu kembali menatap Arkan, "Eumm.. Aku tertarik padamu, Mas."

"Sayangnya Mas Arkan tidak.." Ayana menjawab lagi sambil memainkan kukunya santai. Menekan kata 'Mas' hanya untuk meledek saja.

Si wanita mengabaikan Ayana dan tetap fokus pada Arkan, "Boleh minta nomormu, Mas?"

Ting!

Pintu lift terbuka dan Ayana langsung mendorong Arkan keluar. Meninggalkan si wanita yang melongo tak percaya. Sebelum benar-benar jauh, Ayana berhenti dan menatap wanita itu datar.

"Mas ini sudah ada yang punya. Pemiliknya galak sekali. Kau beruntung si pemilik tidak disini sekarang. Kalau tidak, habis kau,"kata Ayana sambil memberi gesture jempol dileher seolah terpotong. Lalu pergi begitu saja dengan Arkan yang hanya diam.

Omong-omong mereka meninggalkan Raka yang tengah merana di pojok lift karena diabaikan.

***

Kini semua orang sudah berkumpul di loby perusahaan. Katanya untuk menyambut sang Presdir yang baru saja kembali dari German. Arkan tak tahu siapa presdirnya, jadi ia penasaran sekali sosok si presdir yang dinantikan para karyawan.

"Presdir itu orangnya seperti apa?" Tanya Arkan.

Ayana melirik dari sudut mata, "Nanti kau akan tahu.."

"Presdir itu orangnya galak, badannya gemuk dengan kepala botak dan brewok. Pokoknya mengerikan.." Bisik Raka dengan ekspresi wajah serius.

Arkan membelalak kaget, "Yang Benar?!"

"Iya, Lebih baik jangan cari masalah jika tak ingin hidupmu tamat. Paham?"

Perkataan Raka membuat Arkan jadi gugup sendir, ia refleks mengangguk. Sementara Ayana hanya menggeleng pelan.

"Oh.. Itu presdir.. Wah siapa itu wanita yang jalan disampingnya. Manis sekali.."

Semua menatap kearah yang dimaksud termasuk Arkan.

Disana berjalan beberapa pria paruh baya dengan dipimpin seorang pria tua bertubuh tegap dengan wajah tampan, disampingnya ikut berjalan wanita muda dengan senyuman menawan— yang tentu saja sangat dikenali olehnya.

Arkan melotot.

"Loh..Ayah?!! Kok disini?!" pekik Arkan tanpa sadar. Membuat semua orang refleks menatap kearahnya juga dengan syok. Begitupun Raka yang diam mematung dengan wajah pucat.

Mati aku!

Ayana sendiri hanya memukul jidatnya pelan, Arkan itu benar-benar sesuatu sekali.

Sang Ayah menatap Arkan sejenak dan tersenyum tipis, "Tentu saja disini. Inikan perusahaan milik keluarga kita."

Arkan blank lagi.

Lah?! Kok dia baru tahu?!

"Daddy!"

Kali ini Arkan makin kaget saat Elira berteriak ceria kearahnya. Melangkah cepat lalu memeluk tubuh tegapnya erat.

Kenapa Elira juga ada disini?!

"El-Elira?!"

Elira cemberut, "Bukan Elira Tapi baby..!"

Tuan Harsa— Ayah Arkan— terkekeh sejenak dan mengusak rambut hitam Elira, "Diruangan Ayah saja, Nak."

"Iya Ayah~" Jawabnya lalu menarik Arkan yang masih bengong menuju ruangan presdir. Sebelum itu Elira menatap Ayana, "Kak nanti makan siang bareng, ya?"

"Iya.. Iya.. Sudah sana urus calon suamimu."

Elira hanya terkekeh dan kembali menggandeng lengan Arkan mengikuti sang presdir.

Sementara itu para karyawan yang lain jadi heboh sendiri. Tak menyangka jika karyawan tampan yang paling diminati itu ternyata putera Presdir. Tahu begitu mereka akan lebih giat menarik perhatian sang tuan muda.

Ayana sendiri hanya menghela nafas dan hendak berbalik sebelum Raka menahannya.

"Kakak sudah tahu ?!"

"Soal apa?" Ia balik bertanya sembari memasuki sebuah lift kosong diikuti Raka.

"Perihal Arkan."

"Yup.."

"Dan Kakak tak memberitahuku?! Aku baru saja mengata-ngatai presdir, Demi Tuhan!" Jerit Raka frustasi.

"Mulutmu dijaga makanya.." ledek Ayana.

"Kak Aya!"

***

Sementara itu diruang presdir.

"Kenapa Ayah tak mengatakan apapun saat tahu aku bekerja disini.." Tanya Arkan.

"Ayah pikir kau sudah tahu. Lagipula, bisa-bisanya kau tak tahu apapun tentang perusahaan keluargamu sendiri..astaga.." Tuan Harsa mendengus.

Arkan menggaruk kepalanya canggung. Benar sih.. Dia memang tak tahu apapun karena dirinya memang tak pernah dibiarkan terlibat dengan apapun yang berhubungan dengan perusahaan. Sejak kecil Arkan lebih seperti diabaikan oleh Sang Ayah juga oleh Arfan.

Diberikan ini dan itu tanpa diperbolehkan bertanya darimana semua itu.

Dia memang bagian dari keluarga Wicaksana, tapi terkadang Arkan merasa asing atau diasingkan lebih tepatnya. Tak pernah benar-benar diperkenalkan dengan saham dan tetek bengeknya.

Kehidupannya benar-benar diluar dari itu semua. Itulah mengapa Arkan tak tahu menahu perihal perusahaan keluarganya.

Tuan Harsa melirik Elira yang tengah asyik bermain game diponselnya, sengaja membiarkan Arkan berbicara dengan Ayahnya saja.

"Ajak tunanganmu berkeliling, Arkan.."

Arkan menatap Elira yang kini sudah duduk siap seperti anak TK yang tengah bersemangat sekali.

"Ayo, Elira."

Elira berdiri lalu menatap Tuan Harsa dan tersenyum sopan.

"Lira pergi dulu, Ayah.."

"Iya sayang..jaga Arkan dengan baik ya..tahukan anak Ayah itu polos sekali.." Kekeh Tuan Harsa.

"Ayeaye captain..!"

***

Arkan dan Elira tengah terduduk di cafetaria kini. Masing-masing memesan minuman kesukaannya. Mengabaikan setiap pasang mata para karyawan yang sepertinya kepo sekali.

Tapi Arkan tak perduli, fokusnya kini hanya pada Elira yang tengah meminum milkshake banananya malu-malu. Kedua pipinya terlihat merona karena ditatap begitu oleh Arkan.

"Daddy.. Jangan menatapku begitu~" Lirihnya pelan sembari memainkan jemarinya diatas meja.

"Elira.. Kau benar-benar menyukaiku?"

Elira mengangguk meski ia sebal karena panggilan Arkan.

"Yakin ingin menikah denganku?"

"Eung!" Jawabnya dengan anggukan cepat.

Arkan bersandar dikursi dan bersedekap, jari telunjuknya bermain disekitar dagunya dengan tatapan jahil.

"Tapi.. Bagaimana jika aku tak ingin menikah denganmu?"

Oh.. Astaga.. Kesalahan besar Tuan Muda Arkan~.

1
QueenBwi
💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!