THE PRINCE'S OBSESSION

"Nia..." panggilan dari Fitri dan CIA menghentikan pembicaraan antra Nia dan Ridwan.

"kak, aku gabung sama mereka ya, dadah...kak Ridwan." tanpa menunggu jawaban Ridwan Nia sudah berlari duluan menghampiri kedua sahabatnya itu.

"cie yang lagi pdkt" ucap CIA menggoda Nia.

"pdkt apanya orang dia udah punya calon istri." jawab Nia menekuk bibir cemberut.

"apaaaaa.... kamu serius Ni?" tanya Fitri dengan ekpresi tak percaya."

"nggak cuma serius, sepuluh rius sekalian, orang barusan dia sendiri yang bilang," Nia tetap cemberut.

"kasian besti ku." ucap Fitri.

"udah nggak apa-apa, Nia sayangku cintaku manisku yang paling cantik sedunia udah jangan sedih oke meskipun mas Ridwan mu itu sudah ada yang punya, tapi kami aku dan Fitri kami akan selau ada disini dan siap membelikan tisu se gepok untukmu." ucap CIA dengan bangganya tanpa dia sadari ucapannya membuat Nia semakin sedih dan hampir saja meraung namun mulutnya segera di bekal oleh Fitri.

"sabar Ni sabar, tenang oke tarik nafas....tahan...hembuskan, lagi-lagi ayo semangat tarik nafas dari hidung...hembuskan dari mulut."

Bukanya tambah tenang Nia malah berteriak tambah kencang, "CIA.... Fitriiiiii.... sahabat durjana kalian bedua ya!" dadanya naik turun tandanya emosi yang siap meledak, jika saja ada alat pendeteksi bisa di pastikan jika saat ini kepala dan kuping Nia pasti sudah mengeluarkan asap, sedangkan Fitri dan CIA hanya bisa nyengir sambil menggaruk kepalanya masing-masing lalu dalam hitungan ke tiga mereka berlari kencang meninggalkan lokasi, dari pada rambut keduanya habis di jambak Nia lebih baik mereka kabur.

"Dasar sahabat nyebelin." Nia menghentakkan kesal kakinya, lalu berbalik badan bruk... Nia sedikit terdorong ke belakang saat tubuhnya membentur sesuatu yang keras, untungnya Nia tidak terjatuh karena pangeran Ly segera menahan punggungnya.

"Bisa lebih hati-hati nggak sih, kau begitu sering menabrak ku."

"sering menabrak mu, kapan apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"lebih dari itu." pangeran Ly melepaskan tangannya dari punggung Nia lalu pergi begitu saja meninggalkan Nia sendiri di tempat itu dengan semua kebingungan nya.

"dia bicara apasih, sumpah aku beneran nggak mengerti?" sepanjang perjalanan menuju ke kelasnya otak mungil Nia terus kepikiran tentang ucapan laki-laki tadi yang seolah begitu mengenalnya, tiba-tiba Nia teringat akan pangeran Ly, di sini Nia mulai membandingkan wajah pangeran Ly dengan laki-laki itu, memang mirip hanya saja pangeran Ly berambut panjang dengan tataan rapi khas kerajaan sedangkan yang ini rambutnya bergaya ala artis cina.

"apa mungkin?" ucap Nia berandai-andai.

"ah... masa sih rasanya sangat tidak mungkin." dia yang bertanya dia yang menjawab, bermolong seorang diri sudah seperti orang tidak waras saja.

Hingga kini tibalah dia di dalam kelasnya, dan kembali terdiam saat mendapati pangeran Ly duduk di kelas yang sama dengannya.

Lebih dulu Nia menghela nafas memantapkan hati lalu masuk ke dalam dan duduk di kursi yang ada di samping pangeran Ly sesuai dengan nomor absen yang dia dapatkan.

Sesekali Nia melihat kearah pangeran Ly yang menatap lurus kedepan di mana dosen sedang menerangkan, sedangkan Nia dia tidak fokus pertanyaan tentang siapa laki-laki di sampingnya ini begitu mengusik hatinya.

"jangan menatapku terus, dosennya ada di depan bukan di sini, kita bisa bicara nanti jika kau ingin."

Nia kaget ternyata dia ketauan. "apasih pd amat." ucapnya mengelak.

Pangeran Ly diam tanpa menanggapi ucap Nia.

Singkat cerita jam pelajaran pun selesai, Nia memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas.

Pangeran Ly berkata, "Aku tunggu kamu di taman kota jam 7 malam." ucapnya tanpa basa basi lalu pergi begitu saja meninggalkan nia yang kembali terdiam karena rasa kagetnya.

Jam dinding saat ini menunjukkan pukul 5 sore, Nia yang tadinya masih tertidur pulas lekas terbangun kan oleh kencangnya suara alarm.

Dengan berat hati nia bangkit dan masuk kedalam kamar mandi. Satu jam kemudian dia sudah siap dengan celana panjang dan atasan blouse putih membuat nia terlihat begitu anggun dan cantik.

Menggunakan mobil kesayangannya dia meluncur ke taman kota untuk menemui laki-laki misterius yang belum nia ketahui namanya itu.

"semoga saja dia tidak membohongi ku, kalau sampai itu terjadi, ketemu di kampus nanti akan ku garuk mukanya yang sok kecakepan itu." ucapnya dengan mata yang tetap fokus kearah jalan raya yang lumayan padat.

40 menit kemudian nia tiba di taman kota. Dia mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari tau keberadaan laki-laki itu, nia terus melangkah hingga tibalah Nia di pinggir danau, sepi tak ada satu orang pun di sana,

Nia mulai kesal, "dasar pembohong, tukang tipu!" ucap nia dengan nada tinggi. marah merasa di bohongi nia berbalik badan dan bersiap untuk pergi.

cuuuus... tum, kembang apa meletus tepat di atas danau cahayanya mekar sempurna bertuliskan I love you di langit malam.

Nia menatapnya dengan takjub tak hanya itu lilin berlandaskan kelompok bunga mawar yang di disain khusus oleh seorang seniman khusus, juga mulai bergerak dari pinggir danau bersatu di tengah danau dan terbentuklah lukisan hati disana.

"Nia tidak mampu berkata apapun saat ini dia hanya menatap takjub tanpa suara kearah benda mati tapi membakar jiwa itu, hingga dalam sekejap mampu melelehkan kebekuan hati nia.

Tak hanya itu kini setangkai bunga mawar putih terulur tepat di depan matanya, "Nia. Diatas sana bintang berkilau indah bak intan permata, menghiasi langit malam yang seolah beku tanpa suara. Namun taukah dirimu Nia kilau cahayamu lebih indah dari itu semua, jika langit malam membutuhkan bintang sebagai pelengkap agar tak sunyi dan sang rembulan agar tak suram, bagiku cahaya mu lebih dari cukup sebagai penerang dalam kegelapan ku, keindahanmu lebih dari cukup sebagai penghapus kesuraman hidupku, hanya dirimu keindahan yang ku mau, hanya nama mu yang kuinginkan bertahta di hatiku, hanya dirimu yang aku inginkan menjadi ratu disinggasana cintaku. hanya bersama dirimu aku ingin memimpin istana masa depanku, dan hanya bersamamu ku kan meraih mimpi indah tentang keabadian cinta, hanya bersamamu Nia, tidak ada yang lain selain kamu, hanya dirimu satu untuk selamanya!"

Glek... Nia meneguk ludah kasar membasahi tenggorokannya yang mendadak kering, tatapan mata pangeran Ly begitu lekat pada wajahnya membuat Nia merasakan kegugupan yang luar biasa.

Akhirnya Nia memberanikan dirinya untuk menatap lekat manik mata gelap milik pangeran Ly, "apa maksudnya semua ini, kenapa kamu melakukan semua ini padaku, bukankah kita tidak saling mengenal, sebenarnya siapa kamu?" tanya Nia dengan tatapan bingung.