NovelToon NovelToon
Kumpulan Kisah Misteri

Kumpulan Kisah Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Spiritual / Rumahhantu / Horror Thriller-Horror / Matabatin / Roh Supernatural
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: iqbal nasution

Kumpulan kisah misteri menceritakan tentang cerita legenda misteri dan horor yang terjadi di seluruh negeri berdasarkan cerita rakyat. Dalam kisah ini akan di ceritakan kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi di berbagai wilayah yang konon mwnjadi legenda di seluruh negeri bahkan banyak yang meyakini kisah ini benar-benar terjadi dan sebagian kisah masih menyimpan kutukan sampai sekarang, Di rangkai dalam kisah yang menyeramkan membuat para pembaca seperti merasakan petualangan horor yang menegangkan,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqbal nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3b. Burong Pocut Siti

Beberapa minggu terakhir, Ayu merasa semakin kesepian. Zulfikar pulang semakin larut malam, selalu dengan alasan “kerja lembur, Ayu. Banyak tanggung jawab di kantor.” Ayu percaya, meski sesekali hatinya bertanya-tanya.

Nyatanya, bukan kantor tujuan Zulfikar. Malam-malam itu ia habiskan bersama Rina. Awalnya hanya pertemuan singkat di depan rumah, lalu berubah menjadi obrolan panjang, lalu masuk ke dalam rumah Rina. Dari sekedar tetangga yang saling menghibur, hubungan mereka berkembang menjadi perselingkuhan penuh gairah dan rahasia.

Rina menemukan kembali kehangatan seorang lelaki, sementara Zulfikar larut dalam pesona janda muda yang membuatnya lupa akan Ayu yang tengah hamil.

“Bang... apa tidak takut ketahuan?” bisik Rina suatu malam ketika mereka duduk berdua di ruang tamu rumahnya.

Fikar hanya menghela napas, menatap wajahnya penuh nafsu bercampur rasa bersalah. “Jangan pikirkan itu... aku butuh kau, Rina.”

Namun setiap kali mereka bersama, selalu ada sesuatu yang aneh.

Lampu rumah Rina sering berkelip sendiri.

Angin dingin menerobos dari jendela meski tertutup rapat.

Dan kadang, di cermin kamar, sosok Rina terlihat bukan dirinya—melainkan seorang perempuan bersanggul besar dengan mata merah menyala.

Di rumah, Ayu mulai merasakan keganjilan pada kandungannya. Janin sering menendang keras hingga membuat perutnya sakit luar biasa. Kadang ia terbangun tengah malam karena mendengar suara lirih seorang perempuan melantunkan syair Aceh kuno di telinga:

“Anak yang mati, darah yang hilang... akan kutagih pada pengkhianatan berikutnya...”

Ayu menangis, memohon Fikar untuk tidak terlalu sibuk bekerja. Tapi Fikar semakin jauh, semakin sering “lembur” hingga larut malam.

Suatu malam ketika Fikar dan Rina bersama, tiba-tiba angin berhembus kencang, pintu rumah terbanting, dan lampu padam. Dalam kegelapan, Fikar merasakan tubuh Rina begitu dingin. Saat ia menyalakan korek api, wajah Rina berubah pucat, matanya hitam legam, dan suaranya berubah berat.

“Kau ulangi dosanya... sama seperti dia mengkhianatiku dulu. Darahmu... akan jadi darahku.”

Fikar terperanjat, tubuhnya gemetar. Rina pingsan, tapi sebelum itu sempat berbisik:

“Bang... tolong... kenapa tiba-tiba aku pusing.”

*****

Malam itu, Fikar pulang lebih awal dari biasanya. Ayu yang sedang hamil enam bulan tampak letih, duduk di kursi bambu sambil mengusap perutnya. Fikar menghampiri dengan wajah penuh rayuan.

“Yu... malam ini abang mau memancing ke sungai. Sudah lama abang tak makan ikan jurung segar. Pasti enak kalau kita goreng untuk lauk besok.”

Ayu terdiam. “Bang... malam-malam begini? Takut ada apa-apa. Lagi pula abang sudah lelah kerja.”

Fikar tersenyum, memegang tangan istrinya. “Hanya sebentar. Lagipula Ayu, kamu juga kan lagi ngidam ikan jurung? Abang lakukan ini untukmu.”

Hati Ayu yang lembut akhirnya luluh. “Baiklah, Bang... tapi jangan lama-lama. Jangan lupa bawa senter.”

Fikar mengangguk, lalu mengambil alat pancing. Namun di balik senyumnya, ada niat lain. Malam ini bukan sungai tujuannya, melainkan rumah Rina.

Rina sudah menunggu. Rumahnya redup, hanya lampu minyak di ruang tamu yang menyala. Saat Fikar masuk, keduanya tak butuh banyak kata. Keintiman terlarang kembali menguasai mereka.

Namun, di luar, angin berhembus semakin kencang. Pohon kelapa bergoyang keras, terdengar sayap besar mengepak di langit. Seekor burung hitam melintas di atap rumah Rina, suaranya seperti tangisan perempuan.

Saat Fikar memeluk Rina, tiba-tiba ia melihat bayangan lain di belakang Rina di cermin lemari. Wajah Rina berubah—matanya merah, rambutnya panjang menjuntai, bibirnya biru. Dari mulutnya terdengar suara asing:

“Jurung? Kau datang padaku dengan alasan jurung? Lelaki kebohonganmu akan berakhir malam ini."

Fikar terhentak, tubuhnya membeku. Rina menjerit dan jatuh pingsan.

Di rumah, Ayu tak bisa tidur. Ia merasa ada yang aneh. Janinnya menendang kuat-kuat, seolah ingin keluar. Tubuhnya gemetar, dan di telinganya terdengar bisikan halus:

“Suamimu bukan di sungai... ia ada di pelukan wanita lain. Kau akan merasakan apa yang kurasakan... kehilangan, darah, dan pengkhianatan...”

Air mata Ayu jatuh tanpa ia sadari. Ia memeluk perutnya erat-erat, merintih dalam doa.

Hujan turun deras di luar, petir sesekali membelah langit. Di dalam rumah kayu Rina, lampu-lampu kecil bergetar diterpa angin yang entah dari mana masuk. Fikar dan Rina sedang larut dalam pelukan, berusaha menenggelamkan diri dalam kenikmatan terlarang.

Tiba-tiba, udara menjadi sangat dingin. Nafas mereka terlihat seperti asap di udara. Lampu padam dengan sendirinya. Gelap pekat menyelimuti ruangan.

“Bang... kenapa tiba-tiba dingin sekali?” bisik Rina dengan suara gemetar.

Fikar berusaha menyalakan korek api, tapi saat cahaya kecil itu menyala, ada sosok berdiri di sudut kamar.

Seorang perempuan dengan wajah pucat, mata merah menyala, rambut panjang basah menjuntai, dan sayap hitam besar terbentang di belakangnya. Dari tubuhnya menetes darah hitam yang berbau anyir.

“Pengkhianatan... lagi dan lagi... lelaki tak pernah setia. Kau ulangi dosanya. Maka malam ini... darahmu akan jadi pelunasan.”

Suara itu menggema, serak dan dalam, seperti berasal dari perut bumi.

Rina menjerit, memeluk Fikar erat. Tapi saat Fikar mencoba bergerak, tubuhnya terasa kaku. Tangannya terikat oleh sesuatu yang tak terlihat. Dari bawah tempat tidur, menjulur tangan-tangan hitam seperti akar, melilit kakinya, menariknya ke lantai.

“Ya Allah... ampunilah aku!” teriak Fikar, tapi suaranya tenggelam oleh suara kepakan sayap yang semakin keras.

Pocut Siti mendekat. Wajahnya berubah-ubah: kadang wajah Rina, kadang wajah Ayu yang menangis, kadang wajah perempuan bangsawan dengan luka di leher. Dari mulutnya keluar darah segar yang menetes ke lantai.

Rina meronta, tapi Pocut Siti menempelkan wajahnya ke wajah Rina. Darah hitam mengalir masuk melalui mulut Putri. Matanya terbalik putih, tubuhnya menggeliat, lalu terdiam dengan mulut menganga.

Fikar menjerit ngeri, tapi tiba-tiba sayap hitam itu menyapu tubuhnya. Terdengar suara krakkk!—tulangnya patah satu per satu, darah muncrat membasahi dinding. Jeritannya hanya bertahan sebentar, lalu sunyi.

*****

Pagi itu langit desa Tungkop masih kelabu, sisa hujan semalam membuat tanah becek. Warga desa dikejutkan oleh teriakan seorang ibu yang hendak menimba air di sumur dekat rumah Putri.

“Ya Allah! Astaghfirullahaladzim!” jeritnya, hingga membuat orang-orang berlari mendekat.

Di ruang tengah rumah Rina, tergeletak dua jasad tanpa busana: Zulfikar dan Rina. Tubuh mereka membiru, mata melotot seakan melihat sesuatu yang mengerikan sebelum ajal menjemput.

Leher Zulfikar tampak patah dengan sudut ganjil, sementara tubuh Rina dipenuhi lebam hitam seperti dicengkeram sesuatu yang besar.

Di dinding, masih ada bercak darah hitam pekat. Aroma anyir bercampur busuk menusuk hidung.

Orang-orang menutup mulut, sebagian menunduk malu. Bisik-bisik mulai terdengar:

“Ya Rabb... mereka mati dalam keadaan hina.”

“Itulah balasan orang yang berzina.”

“Bukan hanya aib, tapi kutukan.”

Kabar itu sampai ke rumah Zulfikar. Ayu yang sedang hamil enam bulan berlari dengan tubuh gemetar, meski beberapa tetangga mencoba menahannya. Saat ia melihat langsung jasad suaminya di lantai rumah Rina, teriakan histerisnya memecah udara pagi.

“Bang Fikaaaarr!!! Ya Allah... kenapa begini! Kau khianati aku! Kau khianati anak kita!”

Tangisnya berubah jadi jerit marah. Ia memukul-mukul dadanya, lalu menatap jasad suaminya dengan pandangan penuh benci bercampur pilu. Warga menunduk, sebagian meneteskan air mata melihat penderitaannya.

Namun, di balik kesedihan itu, Ayu juga merasakan sesuatu yang aneh. Perutnya mendadak kencang, janinnya bergerak liar seakan memberontak. Dalam kepalanya terdengar suara gaib berbisik:

“Dia sudah mendapat hukumannya. Kini giliranku hidup melalui darahmu...”

Jenazah Zulfikar dan Rina akhirnya dimandikan dan dikafani seadanya. Namun, saat hendak dimasukkan ke liang lahat, kain kafan keduanya berulang kali basah oleh darah hitam yang keluar entah dari mana. Para penggali kubur gemetar, sebagian hampir pingsan karena bau busuk yang menyengat.

Tetua kampung hanya bisa berkata lirih:

“Ini bukan kematian biasa. Pocut Siti masih gentayangan... dan dendamnya belum selesai.”

Ayu hanya bisa menangis, wajahnya pucat pasi. Dalam hatinya berkecamuk rasa sedih, marah, dan takut. Ia tahu, tragedi ini bukan akhir—melainkan awal dari kutukan yang akan menimpa dirinya dan anak yang sedang ia kandung.

1
Wida_Ast Jcy
jadi ceritanya dia itu manusia jg ya Thor. alasan arwah dia tak tenang kenapa thor
Wida_Ast Jcy
oala.... kamu tuh merengkel betul ya. gk bisa dibilangi
Mingyu gf😘
Merinding😭🙏
Mingyu gf😘
benar bulu bulu kuduk ku merinding nih😭
Mingyu gf😘
ngeri juga ya😭
Mingyu gf😘
nah mampus lo
Xia Ni Si☀
Pantes jadi arwah gentayangan😗 Dia cuma wanita yang ingin mendapatkan kasih sayang, tapi karena datang sebagai istri penjajah jadi kena imbasnya😔
ginevra
tapi kalau menikah nggak cukup cinta sih .. harus sekufu
Chimpanzini Banananini
serem bangett/Toasted//Toasted/
Hanik Andayani
hayoloh Gibran, ngat nyawa gibran😄
Hanik Andayani
astaghfirullah arwah halimah jadi tidak tenang, aku baca ini aku sempetin siang hari klo mlm bikin takut 😄
Chimpanzini Banananini
woi jamal, yudi, ibnu, yoga dan Fadil
Chimpanzini Banananini
bang jangan bang
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Semakin dilarang, justru akan semakin membuat penasaran🙃
Radi Rafan
permisi numpang lewat
Ani Suryani
Gibran obsesi banget sama Halimah
Hanik Andayani
kapok .nyawa harus di bayar dengan nyawa
Hanik Andayani
wah korban judi , Sayang banget oi duit buat judi , buat ngemall seru🤭
Winer Win
lanjuuuuttttt
dilafnp
memang biasanya cuma korban yang inget traumanya, pelaku mah masih bisa melanjutkan hidup..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!