 
                            Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 LANGKAH AWAL
Beberapa waktu lalu, Riana cemas akan tingkah putra semata wayangnya. Dia merasa aneh ketika Max memeluknya begitu erat sembari menggumamkan kata 'maafkan aku, Ibu' berulang kali. Saat Riana menanyakan apa yang terjadi padanya, Max hanya mengatakan bahwa dia mengalami mimpi yang sangat buruk.
Riana setengah percaya. Namun, dia tidak lagi menanyakannya.
Saat ini, Riana semakin mengerutkan kening saat memperhatikan putranya yang sedang berjongkok di depan ember kayu berisi air. Max tampak fokus memperhatikan sesuatu di permukaan air. Riana ingin kembali bertanya. Namun, dia tidak melakukannya.
"Ibu, berapa umurku sekarang?" Suara Max tiba-tiba memecahkan lamunan sang ibu. Riana terkejut mendengar pertanyaan putranya. Anak itu bertanya bahkan tanpa menoleh ke belakang. Seakan dia dapat merasakan kehadiran dan tatapan sang ibu. Riana merasa aneh akan hal ini.
"Max, jujur pada padaku. Apa kamu jatuh dari tempat tidur, hingga menyebabkan kepalamu kehilangan beberapa ingatan?" Ketika mendengar pertanyaan sang ibu, Max tidak tahu harus menangis atau tertawa. Jelas Max menyadari bahwa sang ibu merasa aneh dengan tingkahnya. Namun, Max tidak menceritakan mengenai perubahan tingkahnya ini. Ini jelas adalah reaksi normal bagi siapa saja yang mendapatkan
kesempatan kedua untuk terlahir kembali di masa lalu. Tak terkecuali Max sendiri. Dia masih berusaha keras mencerna situasi. Setelah menghela napas singkat, Max mengalihkan pandang dari pantulan wajah mudanya di permukaan air.
Dia menoleh ke belakang menatap sang ibu dengan senyuman kecil di sudut bibir.
“Aku hanya bertanya. Apa Ibu tidak bisa menjawabnya? Aku ingin memastikan sesuatu." Riana semakin tidak paham dengan tingkah dan ucapan putranya. Namun, dia tetap menjawab, "Delapan belas tahun. Kamu sudah cukup dewasa
untuk menikah." Max nyaris tersedak mendengar perkataan sang ibu. Di Kekaisaran Zenos, pemuda dan gadis yang telah
melakukan upacara kedewasaan sudah dilegalkan untuk menikah. Jika sudah menginjak usia 20 tahun dan belum
menikah, maka diwajibkan untuk membayar pajak sebanyak 2000 koin perak pada kuil suci. Sedangkan jika tidak membayar pajak, maka akan dipaksa menikah dengan orang yang telah ditentukan oleh kuil suci. Kuil suci memegang peran penting
di Kekaisaran Zenos. Kuil suci menghasilkan ribuan penyihir dan alkemis berbakat tiap tahunnya. Tentu saja penyihir dan alkemis dari kuil suci akan bekerja untuk kekaisaran Zenos.
Selain itu, kuil suci juga bertugas dalam pendataan penduduk. Termasuk juga dalam menikahkan penduduk biasa
dan kaum bangsawan. Tindakan kuil suci yang menerapkan menikah paksa bagi siapa saja yang tidak membayar pajak di usia 20 tahun, bukan tanpa alasan. Mereka menerapkannya untuk mengurangi perzinahan dan kelahiran anak diluar nikah. Jika kedua hal itu terjadi, maka akan mengotori tanah Zenos yang telah diberkahi oleh para dewa sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Di kehidupan sebelumnya, Max tidak menikah sampai usia 28 tahun. la terpaksa mengeluarkan banyak perak
untuk membayar pajak hidupnya. Dia tidak bisa menikah tepat waktu karena berbagai alasan. Pertama, dia tidak memiliki seorang yang dicintai. Kedua, masih ada sang Ibu yang harus dinafkahi. Selain itu, pekerjaan Max waktu itu juga sangat berbahaya. Max tidak ingin menikah dan meninggalkan istrinya jika terjadi sesuatu yang buruk padanya ketika sedang bekerja.
Saat ini, sang ibu mengatakan padanya bahwa dia berusia 18 tahun. Max pun dengan cepat menyimpulkan bahwa dia telah terlahir kembali pada masa 10 tahun yang lalu. Itu artinya,
jika dia tidak menikah dalam dua tahun ke depan, dia harus membayar pajak yang sangat besar. Max tiba-tiba memikirkan cara untuk menghindari beban pajak ini. Sebelum itu, sebuah
pemikiran lain terlintas di benaknya. Max tidak akan melupakan
sakitnya kematian yang ia terima. Semesta telah memberikannya kesempatan untuk kembali hidup. Itu artinya, dia masih memiliki peluang untuk mnembalikkan keadaan dengan mengubah semua peristiwa kelam yang akan terjadi di masa depan. Tiba-tiba, sebuah senyum menyeramkan terpatri
di wajah pemuda itu. Dia telah memikirkan beberapa rencana besar untuk mengubah masa depan.
"Max! Kenapa kamu menyeringai seperti itu?!" Sang ibu yang melihat senyum aneh di wajah Max tanpa sadar meninggikan suaranya.
Max segera menarik senyumnya dan berdehem singkat untuk
mengontrol emosi. Kali ini, dia tidak akan menyeret sang ibu ke dalam bahaya. Max akan memikirkan rencananya secara perlahan.
"Setelah pekerjaan terakhirku selesai, apa Ibu mau ikut bersamaku pindah ke wilayah Utara? Di sana wilayah bebas dari rezim kekaisaran. Jika kita menjadi penduduk Utara, alku
tidak perlu membayar pajak karena tidak menikah." Max merangkul bahu sang Ibu, membawa wanita itu masuk ke ruang tengah rumah mereka.
"Kamu tidak ingin menikah? Kenapa? Bukankah Rui menyukaimu?"
Sang ibu menatap Max dengan dahi berkerut samar.
Rui adalah anak dari keluarga bangsawan rendah. Max tidak sengaja menyelamatkan gadis itu ketika hampir diterkam oleh serigala. Sejak saat itu, Rui sering berkunjung ke rumahnya
dan membantu sang ibu mengurus kebun kecil di belakang rumah. Max juga menyadari tatapan memuja gadis itu. Namun, dia sama sekali tidak tertarik padanya. "Aku tidak menyukainya. Selain itu, aku ingin mengajak Ibu ke Utara untuk memperbaiki kehidupan kita. Aku tidak bisa lagi bekerja sebagai
pemburu binatang suci. Itu terlalu berbahaya, Bu. Di Utara banyak pertambangan, setidaknya aku bisa
bekerja di sana tanpa harus takut dimintai pajak karena tidak menikah."
Mengenai pekerjaan, Max sepenuhnya berbohong. Dia kehidupan yang sebelumnya dan kehidupan kali ini, Max menutupi fakta mengenai pekerjaannya dari sang ibu. Di depan
wanita itu, Max hanya mengatakan dia bekerja sebagai pemburu binatang suci, faktanya dia adalah seorang assassin
bayaran dengan keterampilan membunuh yang sangat luar biasa.
"Kamu benar juga. Namun, kenapa harus Utara? Bukan kah di sana banyak daerah sengketa? Ibu takut jika kamu terlibat dengan orang-orang jahat di sana."
Max tidak langsung menjawab. Pemuda itu membantu ibunya untuk duduk di kursi kayu yang ada di ruang tengah. Dia menghela napas sejenak sebelum duduk bersila di depan ibunya. Max duduk di lantai karena hanya ada satu kursi di sana. Max mendongak menatap sang ibu sebelum kembali berkata, "Kita tidak akan tinggal di daerah yang masih sengketa. Aku berencana mengajak Ibu untuk tinggal di ibu kota wilayah
Utara. Tidak perlu memikirkan mengenai uang. Aku sudah banyak mengumpulkan uang untuk membeli sebuah rumah besar di sana." Mendengar nada menyakinkan sang putra, Riana tertegun sejenak.
Max biasanya tidak pernah bersikeras seperti ini. Riana merasakan ada sesuatu yang berbeda dari anaknya. Namun, dia tidak tahu, di mana letak perbedaan itu. Yang paling menonjol adalah Max jadi banyak berbicara panjang lebar padanya setelah bangun tidur. Ini sangat aneh. Max yang
biasanya hanya akan berbicara seperlunya. Itu pun tidak lebih dari empat sampai lima kata.
"Ibu akan mengikuti keputusanmu." Max tersenyum lebar ketika
menerima persetujuan sang ibu. Untungnya beliau tidak banyak bertanya lagi. Max cukup lega. Langkah pertama pemuda itu untuk mengubah masa depan adalah dengan
meninggalkan Kekaisaran Zenos yang telah memfitnah serta membunuhnya dan sang ibu di kehidupan sebelumnya
***
