NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.5k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 19

Setelah pulang kuliah Kairen mampir ke tempat kerja Bella, namun Adel mengatakan bahwa kakaknya itu tidak masuk kerja. Setelah mendapatkan alamat kosan kakaknya dari Adel, akhirnya Kairen mendatangi kosan kakaknya itu.

Kairen menenteng kantong belanjaan yang berisi makanan dan berbagai perlengkapan, langkahnya tergesa-gesa saat sampai di depan pintu kosan kakaknya. Nafasnya terengah, tapi matanya bersinar penuh perhatian. 

Tok

Tok

Tok

Ia mengetuk pintu beberapa kali, lalu suara lirih dari dalam memanggil, “Siapa?”

“Kak Bella, aku, Kairen! Aku bawa makanan dan skincare, pokoknya lengkap biar kakak cepat sembuh!” ucap Kairen dengan semangat yang tak tertahan, sambil membuka pintu perlahan.

Di dalam kamar yang remang, Bella duduk di atas kasur, wajahnya sedikit memerah dan terlihat lelah. Di sampingnya, Rifky menahan tawa sambil menatap adik Bella yang penuh semangat itu. 

Bella mengangkat alis, lalu tersenyum tipis, “Kamu ini datang-datang sudah ramai aja, kayak ibu-ibu yang belanja di pasar”

Kairen mengangkat bahu tanpa malu, “Ya kan, aku khawatir. Lagian, siapa lagi yang peduli sama kakak kalau bukan aku?” Suaranya penuh kasih sayang, tapi juga sedikit menggoda.

Rifky akhirnya tertawa pelan, “kakak mu memang tukang ngeyel Kai,” Bella ikut tertawa, wajahnya yang lelah berubah hangat melihat perhatian tulus adiknya.

Kairen lalu meletakkan semua barang, matanya tak lepas dari kakaknya yang sedang sakit. “Kakak jangan kerja dulu kalau belum sembuh. Aku bakal sering-sering datang, bawa makanan enak dan skincare biar kakak cepat pulih.”

Bella menatap Kairen dengan penuh haru, hatinya terenyuh oleh ketulusan kecil itu. Meski sakit, ia merasa tak sendirian. Di balik senyum dan canda itu, ada ikatan keluarga yang kuat, menguatkan hari-hari sulit mereka.

"Tapi kakak ini sakit kepala, Kairen, bukan sakit kulit. Harusnya kamu bawa obat sakit kepala, bukan skincare," ucap Bella sambil memijat pelipisnya, menahan rasa pusing yang belum juga reda.

Kairen hanya bisa menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia memang tidak kepikiran sampai sejauh itu, yang ada di benaknya hanyalah menjaga kesehatan kulit kakaknya. Setidaknya, meski hidupnya penuh kesusahan, kulit sang kakak tetap bisa terjaga.

"Aku tidak tahu kakak sakit," ucap Kairen sambil menyengir malu, berusaha menutupi kekeliruannya.

Bella hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan adiknya itu. Ia tahu, niat Kairen selalu baik, hanya saja terkadang caranya sedikit keliru."Lain kali tidak usah bawa seperti ini lagi. Simpan saja uang jajanmu itu, biar tidak habis," ucap Bella lembut. 

Ia sangat paham kalau semua yang diberikan Kairen, termasuk skincare yang kini ada di tangannya, dibeli dengan sisa uang jajannya sendiri.

Suasana kamar yang semula sunyi berubah ramai dengan kehadiran Kairen. Aroma nasi uduk dan lauk pauk yang dibawa Kairen memenuhi ruangan, mengundang selera. 

Mereka duduk berkeliling di atas karpet tipis, sesekali saling menyuapi dan tertawa kecil ketika membicarakan hal-hal ringan. Kairen, dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu, menatap Rifky yang sedang mengambil nasi dari piringnya.

“Kak Rifky, dari kapan di sini? Memangnya tidak kuliah?” tanyanya sambil menyuapkan sepotong ayam goreng ke mulutnya.

Rifky menghela napas pelan, wajahnya terlihat sedikit lelah tapi tersenyum kecil. “Dari pagi, kakak Ambil cuti hari ini, kasihan tidak ada yang menemani kakakmu"

Kairen mencondongkan badan, sambil tersenyum penuh maksud.“Kak Rifky suka sama Kak Bella, ya?” godanya sambil menaik turunkan alisnya.

Rifky menundukkan kepala, pipinya memerah tipis. “Begitulah... Tapi sayangnya, Kak Bella nggak mau menerima cinta kakak. Rasanya... sakit banget hati ini. Bertahun-tahun memendam cinta, tapi selalu berakhir hampa.” jawab Rifky drama.

Kairen mengamati wajah Rifky yang kini sedikit muram, lalu dengan lembut ia menepuk bahu kakaknya itu. “Kalau gitu, jangan pernah menyerah kak. Cewek memang sering jual mahal, selalu minta di kejar"

Rifky mengangguk pelan, mata Rifky dan Bella bertemu dan dalam kehangatan siang itu, meski tak ada kata-kata manis yang terucap, ada rasa nyaman dan harapan yang mulai tumbuh di antara mereka. Obrolan ringan kembali mengalir, membelah kesunyian yang dulu membelenggu.

Bella menarik napas panjang sambil menyilangkan tangan di dada, matanya menatap Rifky dengan campuran kesal dan genit. "bukan tidak mau menerima, setidaknya ada adegan ngejar-ngejar dulu, biar aku tidak terkesan gampangan Ky" ujarnya sambil memiringkan kepala, bibirnya masih mengerucut manja.

Rifky menahan tawa, pandangannya tajam tapi lembut menyorot Bella. "Kamu lupa, dulu kamu nembak aku juga tanpa basa basi," katanya santai, mengingat kembali momen masa kecilnya dengan Bella.

Bella mengerutkan alis, wajahnya merah merona. "Iya, iya, itu dulu. Sekarang aku mau yang sedikit romantis." protesnya sambil melirik Rifky dengan tatapan menantang.

Rifky melangkah mendekat, jarak mereka menyusut. "Kalau kamu mau dikejar, aku siap kok. Tapi jangan salahkan aku kalau nanti aku terlalu cepat nangkepnya," goda Rifky sambil menyentuh ujung hidung Bella.

Bella tertawa kecil, merasa jantungnya berdetak lebih kencang. "Kalau gitu, kejar aku sana. Tapi jangan lupa, aku juga nggak akan kalah," tantangnya.

"Nanti nunggu kamu sembuh dulu, baru aku mengejarmu. Saling kejar-kejaran, biar seperti film bollywood." Ucap Rifky dan tertawa.

Sementara Kairen sejak tadi menatap mereka sambil mengerjabkan matanya bingung. Dia seperti obat nyamuk di tengah dua manusia yang saling mencintai tapi gengsi.

Waktu bergulir tanpa terasa, hingga menjelang malam, Rifky dan Kairen akhirnya berpamitan pada Bella.

"Kamu tolong antar Kairen, Ky. Kasihan kalau harus naik taksi" ucap Bella penuh perhatian.

Rifky mengangguk pelan, kebetulan rumah mereka memang searah. 

"Kami pulang dulu kak, lain kali aku datang kesini lagi menemui kakak," kata Kairen sambil melambaikan tangan, lalu masuk ke dalam mobil Rifky.

Perlahan, mobil Rifky melaju meninggalkan kosan Bella yang kini mulai sepi. Perjalanan terasa singkat, hingga akhirnya mereka tiba di kediaman Danendra. Kairen segera turun dari mobil dengan senyum hangat.

"Kak, kamu mau mampir dulu tidak? Sepertinya kak Naka ada di rumah," ucap Kairen, matanya melirik ke arah mobil sang kakak yang sudah terparkir rapi di halaman.

"Tidak usah Kai, kakak langsung pulang saja" tolak Rifky.

"Kalau begitu terima kasih kak, hati-hati di jalan" ucap Kairen.

Setelah mobil Rifky sudah tidak terlihat barulah Kairena masuk kedalam rumah. Kedatangannya langsung di sambut banyak pertanyaan dari Maureen.

"Kamu habis darimana sama kak Rifky? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kalian tidak berpacaran kan?" Tanya Maureen.

"Bukan urusanmu" jawab Kairen acuh.

"Itu urusanku Kairen, dari dulu aku sudah menyukai kak Rifky, kamu tidak boleh mendekatinya" seru Maureen.

"Sayangnya kak Rifky tidak menyukaimu Maureen, dia lebih memilih menyukai orang kain" ucap Kairen.

Setiap kali Rifky datang ke kediaman Danendra, diam-diam Maureen selalu memperhatikannya, membawa harapan rahasia yang tak pernah berani ia ungkapkan. Tatapan Rifky yang tajam dan senyum tipisnya seperti magnet yang menarik seluruh perhatiannya tanpa bisa dilawan. Di balik diamnya, Maureen merasakan jantungnya berdebar tak karuan, sebuah getar yang mengikat hatinya pada sosok laki-laki tampan itu, meski ia tahu sulit untuk mendapatkannya.

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!