Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 2
Keadaan kediaman perdana menteri Kusumanegara malam itu begitu sunyi. Tangis dan air mata semua orang yang ada di ruangan tengah itulah satu-satunya suara yang terdengar.
Wiratama yang melihat satu persatu wajah dari para wanita yang ditinggalkan suaminya dengan cara mengenaskan itu merasa sangat berang dalam hatinya.
Ingatan yang terlintas di pikirannya adalah, bagaimana ayah dan kakak-kakaknya berjuang membela kerajaan Suranegara ini dari ancaman musuh.
Bahkan ayahnya sudah menjabat sebagai seorang perdana menteri sejak 30 tahun yang lalu. Kakak pertamanya sudah menjadi jenderal yang memimpin ratusan prajurit di barisan depan perbatasan selama 20 tahun. Kakak keduanya menjadi kepala prajurit yang mengawal mendiang raja terdahulu. Semua jebakan harus melewatinya, semua racun juga dia yang mencobanya.
Sungguh kejam raja baru yang naik tahta itu. Hanya karena perdana menteri tidak setuju dengan kebijakan baru yang raja itu keluarkan yaitu memungut pajak sebesar 100 kali lipat dari rakyat jelata. Dan meminta raja itu lebih memikirkan negara dan para prajurit. Dengan kejam fitnah pengkhianatan di lontarkan begitu saja. Bahkan di jebak, perdana menteri menandatangani surat kosong dengan stempel dan darahnya. Hal itu juga merupakan campur tangan dari wakil perdana menteri, yang bahkan masih sepupu dari perdana menteri Kusumanegara sendiri.
Melihat semua ingatan itu melintas. Wiratama mengepalkan tangannya dengan kuat.
"Yunda, bagaimana ini. Ibu sudah pingsan dari tadi pagi dan belum sadarkan diri. Besok, kita juga harus meninggalkan kediaman. Tidak bisa membawa apapun. Bagaimana dengan anak-anak kita Yunda?" tanya Ken Sulastri pada Ratna.
Ratna adalah menantu pertama kediaman ini. Dia memiliki seorang anak laki-laki yang sudah remaja, namun tak bisa lolos dari hukuman eksekusi. Jika saja dia tidak memikirkan putri bungsunya, yang masih berusia 7 tahun. Mungkin dia akan mengakhiri hidupnya karena suami dan putra sulungnya telah dieksekusi oleh prajurit kerajaan.
Sedangkan Ken Sulastri adalah menantu kedua dari kediaman Kusumanegara ini. Dia adalah istri Jaya Kusuma, yang merupakan kepala prajurit pelindung mendiang raja. Dia memiliki seorang putri berusia 10 tahun. Hanya dua anak perempuan itu yang cucu Wulandari, ibu Wiratama.
Saat semua terdiam, Kartika Sari yang merupakan menantu keempat dari kediaman Kusumanegara ini bangkit dan terlihat mengambil sebuah pedang lalu berjalan ke arah pintu.
"Dinda, apa yang mau kamu lakukan?" tahan Ken Sulastri.
"Yunda, aku akan menghabisi raja yang zalim itu dengan pedangku ini. Suamiku, dia bahkan berdiri paling depan saat semua orang akan menyerang Raja zalim itu saat dia masih menjadi putra mahkota. Dan dia menghabisinya begitu saja, aku baru menikah sepekan, suamiku bilang dia ingin mengajakku ke Lembah Widuri untuk bertemu dengan gurunya. Suamiku punya banyak keinginan setelah dia mendapatkan ijin dari raja itu nanti. Dia menghabisinya, menghancurkan semua impian suamiku, Yunda!"
Ken Sulastri meraih pedang yang di pegang oleh Kartika dan segera melemparkannya ke tanah.
"Jangan gegabah Dinda, aku tahu kamu sangat marah. Melihat suami kita, mati dengan cara mengenaskan seperti itu di hadapan mata kita sendiri. Aku juga sangat marah. Tapi bagaimana bisa kita menghabisi seorang raja yang punya puluhan ribu prajurit? kita seperti debu di hadapannya" lirih Ken Sulastri.
Kartika memeluk Ken Sulastri. Wanita itu terisak.
Wiratama yang melihat pemandangan itu juga merasa sangat kesal. Dia tahu, seperti apa perjuangan seluruh keluarga pemilik tubuh asli Wiratama demi kerajaan. Dan berakhir seperti ini hanya karena ambisi kosong sang raja zalim itu. Dia benar-benar kesal.
Ratna menoleh ke arah Warren.
"Wira, apa kamu lapar?" tanya Ratna.
Meski sangat sedih, meski hatinya hancur. Tapi Ratna menyadari, kalau satu-satunya harapan keluarga Kusumanegara ini adalah Wira. Meski bodoh, tapi dialah satu-satunya pewaris keluarga Kusumanegara. Setidaknya Ratna harus menjaga adik iparnya itu.
"Kak, aku lapar sekali. Perutku sampai bicara!"
Ken Sulastri dan Kartika Sari menoleh ke arah Wira.
"Dia adalah anggota keluarga laki-laki. Jika besok prajurit melihatnya akankah dia juga dieksekusi?" Ken Sulastri tampak sedih.
Ratna mengusap kepala Wira.
"Dia bahkan tidak mengerti apapun. Kita harus membantunya. Kita jelaskan pada para prajurit. Dia memang punya tubuh pria dewasa. Tapi pikirannya dan cara bicaranya tak lebih seperti anak usia lima tahun. Kita harus menyelamatkannya. Dia satu-satunya keturunan Kusumanegara!" kata Ratna.
Ken Sulastri dan Kartika Sari menghampiri keduanya. Mereka terlihat saling mendukung. Tapi seorang menantu yang lain, yang merupakan istri kedua dari Arya Kusumanegara terlihat sama sekali tidak perduli dengan apa yang dikatakan oleh ketiga wanita yang merupakan menantu sah dari kediaman Kusumanegara ini.
Wanita itu adalah Dewi Lestari. Seorang istri yang merupakan hadiah dari raja yang baru untuk Jenderal Arya Kusumanegara. Dia adalah seorang tawanan perang dari negara lain.
'Para wanita bodoh ini, wanita lemah seperti mereka. Mana mungkin bisa bertahan menuju pengasingan. Apalagi raja kejam itu sengaja, membiarkan prajurit lemah dan buangan yang mengawal kita kesana. Mana mungkin kita bisa selamat sebelum sampai desa Pacang Jati' batinnya yang memilih menyendiri.
Dia memang seperti itu, suka menyendiri dan tidak suka bergaul dengan menantu yang lain di kediaman ini.
Malam telah larut, semua orang sudah tertidur. Mereka menyiapkan tenaga untuk berjalan jauh esok hari. Karena memang besok adalah waktunya mereka meninggalkan segala kemewahan dan kehidupan nyaman di kediaman Kusumanegara ini.
Setelah memastikan semua orang tertidur. Warren menyelinap keluar.
"Sistem" gumamnya.
[Ting]
Layar transparan itu muncul.
"Apa aku bisa memindahkan semua barang di kediaman ini ke dalam sistem ruang?"
[Tentu saja, tuan rumah bisa memindahkan semua yang ada di depan mata tuan rumah ke dalam sistem hanya dengan memikirkanya]
"Bagus"
Warren pun segera pergi ke kamar ibunya. Dia memindahkan semua perhiasan, dan pakaian yang tebal ke dalam sistem. Lalu dia berpindah ke kamar kakak pertamanya, dan melakukan hal yang sama. Bahkan dia pergi ke semua kamar di kediaman ini, menyimpan semua barang berharga ke dalam sistem. Tidak menyisakan satu pun barang berharga di kediaman ini.
"Raja kejam itu ingin menyita seluruh harta yang dikumpulkan oleh ayah dan kakak pemilik tubuh ini selama hidupnya puluhan tahun. Mimpi saja!" gumamnya.
Saat akan kembali ke ruangan tengah. Sebuah ingatan tiba-tiba masuk ke kepala Warren. Dimana Wiratama yang bodoh itu pernah sekali mengunjungi kediaman wakil perdana menteri yang merupakan sepupu dari ayah Wiratama sendiri. Dan saat itu Wiratama mendengar, kalau pamannya yang merupakan wakil perdana menteri itu menyembunyikan banyak sekali emas di gudang penyimpanan yang ada di bawah tanah. Karena pamannya itu juga turut kerja sama memfitnah ayahnya Wiratama. Maka Warren pikir, dia bisa pergi kesana untuk merampok dari hasil rampokan pamannya itu sendiri.
"Ide bagus!" gumamnya lalu bergegas pergi ke rumah pamannya.
***
Bersambung...
lanjutkan di tunggu up berikut nya