NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Kecanduan

Waktu terus berlalu, Khanza telah pulih, anaknya juga semakin sehat dan kuat meminum ASI. Aktivitas Khanza dalam hal menjahit di toko kembali dia lakukan perlahan. Dia membuat sebuah ruangan khusus untuk bayi nya, ada ayunan, mainan dan keperluan lengkap Hanin di sana.

Bu Ijah juga kembali sibuk dengan pekerjaannya untuk mengumpulkan uang penebusan Tanan nanti agar bisa keluar dari penjara. Sekali seminggu dia akan berkunjung ke toko untuk menemui Hanin dan satu ada dua bulan sekali menjenguk Tanan di penjara.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, hari-hari berjalan baik. Hanin pun juga mulai bertumbuh menjadi batita yang menggemaskan.

Teman-teman Tanan lebih duluan keluar dari penjara, sementara Tanan sedikit lebih lama karena kasus dia memperkaos Khanza naik menjadi laporan saat itu, walau sudah di cabut, tapi itu telat, laporan sudah naik ke atas.

Yang lebih duluan bebas dari penjara adalah Herman dan Rudi, baru disusul oleh Riko. Orang tua mereka masih tampak marah pada Bu Ijah, memojokkan dan menyalahkan Tanan, seolah pemuda itu yang membawa pengaruh buruk. Padahal mereka satu sama lain sama saja. Bahkan Riko lebih parah dan lebih duluan memulai mencicipi barang itu.

Bu Ijah datang menjenguk Tanan, menyampaikan berita baik itu, jika teman-temannya sudah keluar dari penjara.

"Alhamdulillah. Semoga setelah ini mereka benar-benar berubah menjadi baik. Seperti apa yang dikatakan Tante Hana, mereka sudah berjauhan dengan aku, aku masih di penjara. Itu bagus." Tanan tertunduk.

Bu Ijah memeluk putranya. "Iya. Dan kamu juga harus berubah menjadi lebih baik Nak, karena ada Nak Khanza istrimu dan Hanin yang butuh sosok ayah."

"Bagaimana kabar mereka berdua Bu?" Tanan mengangkat kepalanya.

"Alhamdulillah, mereka berdua juga baik-baik saja, Nak. Khanza adalah wanita yang sangat baik, pekerja keras, sungguh Mulia. Anak kalian juga menjadi gadis kecil yang sehat. Memang, awal lahir kemarin begitu membuat khawatir, sampai bayi itu berwana kuning, tapi setelah ASI lancar, Hanin menjadi bayi sehat." Bu Ijah tersenyum.

"Bisa dikatakan, Hanin dan Khanza tidak pernah sakit selama ini. Khanza hanya sakit kepala ringan karena terlalu banyak pekerjaan di tokonya, walaupun di bantu beberapa karyawan, tapi pelanggannya sangat banyak, sementara Hanin demam sebentar jika mendapatkan kepandaian baru, misal menelungkup, mencoba duduk, atau tumbuh gigi depan, dia jadi suka rewel dan demam sehari, lalu sembuh sendiri."

"Alhamdulillah." Tanan senang mendengarnya.

Bu Ijah mengeluarkan ponsel barunya. "Ini Nak Khanza belikan Ibu, sudah ibu tolak, tapi tetap saja dipaksa diambil. Ibu tak enak hati, karena dia sudah membeli ponsel ini." Bu Ijah menghidupkan ponsel baru itu.

"Lihat, ini foto dan video-video Hanin." Bu Ijah memamerkan pada Tanan.

Tanan tersenyum, namun dalam senyuman itu menetes air matanya. Salah satu vidio menunjukkan wajah Khanza sekilas.

"Hp lama kamu mau ibu jual, apa boleh? Kata ibu-ibu di tempat ibu bekerja, jika ponsel jarang dipakai, dan semakin lama harga ponsel juga semakin murah. Rencana mau ibu jual kumpulkan uangnya untuk penebusan kamu. Nanti, setelah kami keluar, beli ponsel baru lagi, ya," kata Bu Ijah.

"Jual saja Bu. Benar kata ibu-ibu di tempat ibu bekerja itu. Lagian, ibu nggak usah mikirin perihal hp baru untukku. Yang penting ibu sehat, jika uang terkumpul untuk pembebasan aku cukup, Alhamdulillah. Yang penting, ibu jangan terlalu memaksakan diri sampai sakit. Hanya ibu satu-satunya, yang Tanan miliki Bu." Tanan memeluk kembali ibunya.

"Tidak, Tanan. Ada Khanza dan Hanin juga."

"Benar, tapi cinta mereka tak akan sama terhadapku Bu. Apalagi pernikahan aku dengannya Khanza atas kesalahan yang terpaksa."

"Mungkin ini takdir jodoh kalian. Kamu harus jaga kesehatan, jangan mikirin obat-obatan terlarang lagi. Janji." Bu Ijah menatap putra semata wayangnya itu.

"Insyaallah, Bu. Tanan berjanji dalam hati, kepada Allah dan kepada Ibu. Tanan akan berubah, menjauhi obat-obatan terlarang itu, tidak akan meminum minuman haram lagi, tidak akan berjudi, walaupun judi kecil-kecilan, akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mohon ibu doakan juga ya Bu, agar Tanan Istiqomah."

"Iya Nak. Insyaallah."

"Waktu berkunjung sudah habis." Terdengar suara penjaga mengingatkan.

"Waktunya susah selesai. Jaga diri baik-baik Nak." Bu Ijah memeluk Tanan. "Ibu pergi dulu."

Tanan juga memeluk Ijah. "Iya, Bu. Hati-hati dijalan."

Di sebuah gudang kosong. Riko bertemu dengan sekelompok orang. "Lu mau barang ini Bro?" tanya salah satu di antara mereka.

Riko tampak terduduk, tangannya menggigil. Dia mengangguk dengan pandangan mata penuh harap.

"*Cuih*, duit dulu bro, baru ada barang!" Salah satu meludah ke lantai, lalu menghisap rokoknya. "Tak ada uang, tak ada barang."

"Ak-aku janji, beri aku sedikit dulu Bang, hutang 100. Aku pasti bayar dua kali lipat."

"Kau kemarin juga hutang, belum kau bayar, janji-janji mulu!"

"Bang aku mohon." Riko bahkan sampai bersujud memohon ke bawah kaki pria itu.

"Baiklah, begini saja. Kau antar barang ini ke kuburan umum di sebelah, atas nama Yuda, badannya kurus kecil, ini gambarnya. Kalau kau berhasil memberikan barang ini padanya. Kau ku kasih bonus uang dan barang 2 bungkus ini!" Dia memegang sabu-sabu dua bungkus berukuran sedang.

Melihat itu, Riko segera mengangguk. "Aku mau Bang, aku mau!"

"Baiklah!" Dia memberikan rokok yang dia hisap sisa setengah, rokok itu sudah dilapisi obat.

Riko bergegas menghirup dan menghisap rokok itu. "Terimakasih Bang."

Kelompok laki-laki itu memberikan barang. "Ingat, barang harus sampai, dia akan berada di sana jam tujuh malam sampai jam 10 malam. Berpandai-pandailah. Barang sampai, kau baru mendapatkan bonus!"

"Baik, Bang."

"Satu bungkus sebagai imbalan awal, setelah barang sampai di tangan pelanggan, satu bungkus ditambah uang akan diberikan lagi!" katanya.

"Iya, Bang. Siap." Wajah Riko senang, dia juga mulai bersemangat setelah menghisap rokok yang sudah di olesi obat terlarang itu.

Seperti yang di sepakati, Riko sudah mondar mandir di sekitar kuburan, hingga bertemu Yuda mengumpat dan keluar dari sebalik semak jam 8 malam.

"Lu, Riko?"

"Iya, lu Yuda?"

"Ya, mana barangnya?" tanyanya berbisik.

Mereka berdua melihat sekitar, lalu Riko memberikan barang itu pada Yuda.

"Uang sudah gue TF sama Bang Alex. Ini bonus buat lu!" Selembar uang kertas berwarna merah diberikan pada Riko.

Yuda segera cabut dari kuburan itu dan Riko juga.

"Hahaha! Uang dapat, barang pun dapat!" Riko tersenyum senang sepanjang jalan. "Ini lebih menyenangkan!"

Riko langsung menemui Alex, pemimpin dari kelompok pria tadi, dimana dia selalu membeli barang haram itu. Bukannya berubah setelah keluar dari penjara menjadi lebih baik, tapi Riko malah semakin kecanduan.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!