NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 19

POV Ihsan Ghazi

Mataku tidak bisa berpaling. Tubuh mungil itu gemetar di bawah selimut, wajahnya memerah, matanya basah tapi tetap menatapku dengan keberanian yang entah dari mana datangnya.

Astaga, Na… dia pikir aku patung? Setiap gerak kecilnya, dari bibir yang bergetar sampai jemari yang meremas ujung kaos, semuanya membakar kesabaranku habis-habisan.

Aku lelaki, aku tahu batas nafasku. Tapi aku juga suami. Dan aku sudah bertekad selama dia masih SMA, selama dia masih belajar menata diri, aku tidak akan menyentuhnya dengan cara yang bisa meninggalkan luka.

Godaan ini gila, benar-benar gila. Aku bisa saja menjadikannya milikku malam ini, tapi aku bukan binatang.

Yang lebih berat justru melihatnya seperti itu seksi tanpa sengaja, rapuh tapi berani, membuatku jatuh semakin dalam. Na, kamu bahkan nggak tahu betapa berbahayanya tatapanmu malam ini.

---

POV Naina

Tubuhku panas dingin, seolah setiap urat nadi ditarik kuat-kuat. Nafasku terpecah, dada terasa sesak, keringat dingin merembes di pelipis.

Aku takut, aku benar-benar takut. Ihsan terlalu dekat, terlalu intens, tatapannya seakan menelanjangiku tanpa menyentuh.

Jantungku berdentum keras, suaranya sampai berdenging di telinga. Aku mencoba menghindar, tapi daguku terjebak dalam genggamannya.

Jemariku meremas selimut, tanganku gemetar, bibirku kaku, bahkan lidahku seolah tak bisa digerakkan untuk bicara.

Aku menyesal sudah usil, menantangnya dengan kata-kata bar-bar. Karena sekarang aku benar-benar tak berdaya. Tubuhku terasa asing, sekaligus ketakutan yang membuat bulu kudukku berdiri. Om… jangan sekarang… aku belum siap… aku bahkan nggak pernah pacaran.

Dan di tengah semua itu, ada rasa aneh yang makin membuatku bingung, hangat, nyeri, tapi juga membuatku ingin menangis karena baru kali ini aku merasa begitu diperhatikan sekaligus begitu terperangkap.

Naina makin panik. Tubuhnya kaku seolah disetrum, napasnya pendek-pendek. Pipinya merah padam, tangan gemetar tak tahu harus ditaruh di mana. Seluruh tubuhnya terasa asing, antara ingin kabur tapi juga tak mampu menggerakkan kaki.

Jantungnya berdegup cepat tak karuan, keringat dingin muncul di pelipis. Ia bahkan sampai menggigit bibirnya sendiri untuk menahan suara yang nyaris keluar. Semua ini benar-benar baru, membuat perutnya seperti diaduk-aduk.

Melihat wajah polos istrinya yang sudah ketakutan setengah mati hanya karena ulah kecilnya, Ihsan malah meledak dengan tawa.

Suaranya berat, bergema di kamar. “Astaga, Naina… kamu ini lucu banget,” ujarnya sambil menepuk pelan kepala gadis itu.

Ia tertawa terbahak-bahak, menunduk hingga bahunya terguncang. “Baru disentuh gini aja sudah kayak mau pingsan. Gimana kalau aku beneran serius?”

Tawa Ihsan makin keras, sampai-sampai membuat Naina makin kesal sekaligus malu karena jadi bahan ejekan.

Tatapan Ihsan mengeras, genggamannya di dagu Naina tak berubah. “Na, aku bukan tipe orang yang anggap remeh kata–kata. Sekali kamu ucap, aku anggap serius. Termasuk ini,” ujarnya berat, nadanya membuat dada Naina bergemuruh.

“Aku… aku nggak maksud begitu,” elaknya buru–buru, suaranya gemetar.

Ihsan mendekat, jarak wajah mereka kini begitu tipis. Napas hangatnya menyapu kulit Naina yang mulai merona.

“Dengar baik–baik,” katanya lirih tapi menekan. “Aku lelaki. Sekali kamu uji aku, berarti kamu siap dengan resikonya. Jangan pernah main api sama aku kalau kamu nggak siap terbakar.”

Naina menelan ludah keras–keras, matanya melebar. Semua keberaniannya seakan runtuh seketika. Jantungnya berdetak makin kencang, bukan lagi sekadar karena usil, tapi karena ia tahu Ihsan benar–benar serius.

Ihsan akhirnya melepaskan dagunya, namun tatapannya masih menusuk dalam.

“Ingat itu, Na. Aku bukan anak seusiamu yang bisa kamu permainkan. Aku IHSAN GHAZI. Sekali kamu bilang istri, berarti kamu udah jadi milik penuhku,” imbuhnya mantap.

Naina menunduk, pipinya panas, tubuhnya gemetar tipis. Kali ini ia tak berani membalas tatapan Ihsan. Ia benar–benar sadar, laki–laki itu tak pernah main–main sejak awal.

Ihsan tertawa rendah, nadanya dingin. “Sayang, di depan aku jangan pernah bercanda kalau nggak siap dengan akibatnya,” imbuhnya.

Ia menunduk, wajahnya makin dekat, suaranya berat di telinga Naina. “Kamu pikir aku tega biarin istri kecilku nunggu lama?”

Naina buru-buru menarik selimut ke tubuhnya, tapi Ihsan lebih cepat. Selimut ditahan, lalu ia menepuk kepala gadis itu lembut.

“Tenang, aku nggak akan ngapa-ngapain. Aku cuma mau lihat seberapa jauh kamu berani main sama aku,” ucapnya dengan senyum yang membuat darah Naina berdesir.

“Om jahat,” gumam Naina lirih, wajahnya setengah kesal setengah malu.

Ihsan mendekatkan bibir ke telinganya, berbisik, “Bukan jahat. Licik, iya. Dan kamu harus terbiasa, karena sekarang kamu hidup sama aku. Kalau kamu berani nantang, aku bakal selalu kasih balasan.”

Naina menelan ludah, tangannya mengepal di balik selimut. “Om jangan bikin aku deg-degan begini. Aku nggak kuat,” ucapnya lirih.

Ihsan terkekeh pendek, matanya tak beranjak dari wajah Naina yang sudah bersemu merah. “Justru itu yang aku mau. Aku pengen kamu sadar kalau kamu nggak bisa lari dari aku. Sekarang tutup mata, tidur. Besok pagi kita punya hidup baru yang panjang buat dijalanin,” katanya mantap.

Naina terdiam, tubuhnya gemetar. Ia memalingkan wajah, menutup mata, mencoba tidur. Tapi debaran jantung dan suara rendah Ihsan yang masih terngiang membuatnya semakin sulit memejamkan mata.

Ihsan hanya menatapnya lama, lalu menarik selimut hingga menutupi gadis itu sepenuhnya. Senyumnya samar, penuh kemenangan. Dalam hatinya ia tahu, permainan baru saja dimulai.

Keesokan harinya…

Adzan subuh dari ponselnya terdengar menggema lirih. Cahaya lampu kamar temaram, menyingkirkan sisa gelap malam.

Ihsan terbangun lebih dulu. Nafasnya tenang, wajahnya teduh meski ada garis lelah di pelipis. Ia menoleh, dan hampir terkekeh melihat pemandangan di sampingnya.

Naina istri kecilnya tertidur pulas, pipinya menempel di dadanya yang telanjang, kedua lengannya melingkar erat seolah enggan dilepas.

"Astagfirullah…" Ihsan bergumam pelan, menahan tawa. "Na, kamu ini… kalau aku nggak punya iman, bisa habis kita berdua subuh-subuh begini."

Naina menggeliat kecil. Kelopak matanya bergetar sebelum akhirnya terbuka perlahan. Pandangannya kabur sesaat, sebelum menyadari posisi tubuhnya.

Ia terdiam. Kedua tangannya otomatis menarik diri, wajahnya langsung memerah padam.

"O-om…" suaranya serak, hampir tak terdengar.

Ihsan hanya menatapnya dengan tatapan penuh godaan, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Subuh-subuh udah pelukan erat gini… kamu yakin masih mau bilang belum siap?"

Naina buru-buru mundur, tapi selimut menjerat tubuhnya, membuatnya hampir terjatuh. Ia makin panik.

"Itu… itu nggak sengaja! Aku mimpi, Om! Aku kira guling!" Kilahnya Naina.

Tawa rendah Ihsan pecah, bahunya terguncang. "Guling, ya? Gulingmu kebetulan bisa bernapas, punya dada bidang, terus kamu peluk erat-erat sampai nempel begini?"

"Om jahat!" Naina memelototinya sambil menutup wajah dengan kedua tangan, pipinya merah seperti kepiting rebus.

Ihsan menyingkap pelan selimut yang menutupi wajahnya, lalu menunduk mendekat. Tatapannya hangat tapi tetap dominan.

"Na… aku nggak akan maksa kamu. Tapi jangan salahkan aku kalau setiap gerakan kecilmu bikin aku goyah."

Jantung Naina berdegup makin kencang. Ia menunduk dalam-dalam, tak berani menatap mata suaminya. "Aku… aku nggak tahu harus gimana…"

Ihsan menghela nafas, lalu menepuk kepalanya lembut. "Sudah. Nggak usah bingung. Sekarang wudhu, sholat subuh bareng aku. Itu yang lebih penting."

Naina mendongak, menatapnya tak percaya. "Eh? Sholat bareng?"

"Ya. Mulai hari ini, kamu bukan cuma belajar jadi istri. Kamu belajar jadi makmum yang baik. Urusan hati sama tubuh biar Allah atur waktunya."

Naina terdiam, matanya bergetar. Ada rasa lega sekaligus malu luar biasa. Ia hanya mengangguk, lalu buru-buru bangkit menuju kamar mandi dengan langkah kikuk.

Ihsan menatap punggung mungil istrinya itu sambil tersenyum samar. Dalam hati ia tahu, godaan akan terus datang. Tapi ia juga tahu, menahan diri untuknya adalah bentuk cinta yang paling berat dan paling indah.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!