Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santau Angin
Keenam Mahasiswi terpaksa menunda mandi mereka, sebab hari sudah gelap. Jikapun ingin mandi, mereka harus menimba air, dan memasukkannya ke dalam rumah, ada kamar mandi, tapi tidak dengan airnya.
Emy yang kelelahan karena mengajar vocal untuk anak perempuan yang akan mengikuti lomba qasidah, merasa lelah.
Matanya terasa berat, selain itu, ia memang sudah tidak enak badan, sedikit terserang flu, akibat terkena hujan panas, saat pulang dari kegiatan posyandu di Karta 2 kemaren.
Matanya sudah terasa sangat berat, bahkan ia harus tertunduk-tunduk karena mencoba melawan rasa kantuknya, sebab hari masih Maghrib, pamali tidur saat waktu ini.
Rekan yang lainnya sudah bersiap hendak shalat Maghrib berjamaah, Fitri yang menjadi imamnya, sedangkan Emy tidak shalat, sebab sedang menstruasi.
Sekuat apa ia menahan kantuknya sekuat itu pula datang menyerangnya.
Sesaat satu sosok hitam melesat diatas rumah kos mereka. Lalu menyusup melalui ventilasi jendela. Wajahnya cukup hancur, rambutnya panjang, dengan dua gigi taring yang mencuat dari sudut bibirnya.
Tubuhnya dipenuhi dengan bulu yang cukup tebal, dan mengeluarkan aroma yang sangat kha, yaitu bau singkong bakar.
Sosok itu menghampiri Emy yang sedang berjuang melawan rasa kantuknya, namun semua tak dapat ia cegah, terasa sangat sulit, hingga akhirnya ia kalah, dan itu disebut dengan istilah microsleep.
Saat bersamaan, sosok hitam bertubuh besar itu menyusupkan racun santau pada lambung Emy yang saat ini sedang kosong, dan bergegas pergi setelah menyelesaikan tugasnya, sebab ia merasa sangat panas didalam rumah tersebut, karena suara-suara ayat suci yang dilantunkan, meski hanya dalam hati saja.
"Astaghfirullah," Emy tersentak kaget, entah perasaan apa yang yang saat ini sedang dirasakannya, rasa mual dibagian lambungnya. "Apa karena tadi kebanyakan makan acar nenas sama timun, ya? Perutku kok jadi kembung?" gumamnya lirih.
Kemudian, gadis itu meraih tas ranselnya. Ia selalu menyimpan minyak angin mode roll on, dengan aroma terapi dan panas berganda.
Ia mengoleskan ke perutnya, lalu merasakan sensasi panas yang membuat perutnya semakin bertambah panas.
Rasa begah semakin kuat, dan ia merasa mual, lalu berlari keluar rumah, dan muntah seketika.
Tak berselang lama, rekan mahasiswanya sudah selesai shalat, lalu bersiap untuk mengerjakan laporan harian mereka.
Andana yang mendengar suara muntah didepan teras, bergegas menghampiri. Ia melihat Emy sedang berjongkok, sembari memegangi perutnya yang terasa begah.
"Kenapa, Kak?" tanya gadis itu, lalu mengurut punggung sang sahabat.
"Masuk angin. Mungkin kebanyakan makan acar siang tadi," sahutnya. Rasa mual masih terasa menyesak, dan membuatnya tak nyaman.
"Iya, masa satu baskom kakak abisin sendiri," omel Andana, sembari meraih botol minyak angin ditangan Emy, lalu membalurkan dipunggung sahabatnya.
"Namanya baru pertama nemu makanan begitu. Mana cuaca panas, pas bener nyantapnya," sahut Emy, sembari menahan rasa eneg didalam perutnya.
"Ya, Kira-kira dong. Apalagi acar itu pakai asam limau, kalau gak kuat langsung greed," Andana kembali mengingatkan.
"Hah, beneran, itu pakai air limau?" tanyanya dengan rasa panik. Sebab lambungnya sangat sensitif dengan air lime.
"Iya, soalnya mamaku sering buat, makanya aku tau," Andana kembali menimpali ucapannya.
Keduanya masih terus mengobrol. Hingga mereka melihat sesosok pria yang berpakaian hitam sedang berjalan melewati mereka dari arah jalan.
Sesaat ia sempat melirik kearah Emy dengan tatapan dingin, namun, akhirnya memilih pergi.
"Kak, masuk, Yuk. Itu kakek nyeremin banget,"
Emy memperhatikan sosok pria yang berjalan membelakangi mereka. "Itu, Atok Buhan--bukan, sih?" Ia menyipitkan matanya, dan mencoba menge ali ciri-ciri fisik pria tersebut, sebab beberapa kali bertemu, dan selalu mendapatkan tatapan dingin, dan tidak bersahabat.
"Hiiiiih, sereeem, yuk, masuk. Itukan atok yang tukang racun," celetuk Andana, keceplosan.
"Husss, entar kedengaran orangnya." Emy beranjak bangkit, lalu berbalik arah, dan memilih masuk ke dalam rumah.
"Kenapa, Kak Emy?" tanya Yuli, sembari membenahi hijabnya, menggunakan cermin kecil, pada sebuah wadah bedak padat, berbentuk bulat.
"Masuk angin, kebanyakan makan acar," sahut Andana, lalu kembali le laptopnya.
":Itu banyak asam lime-nya, kalau gak tahan ya masuk angin, bisa opname," Fitri menyahut.
"Isssh, ngapa pula sampai opname, ntar minum obat maag juga sembuh," jawab Emy, dengan meringis kesakitan, sebab rasa sakitnya seolah menusuk ke lambung.
"Aku ada lansoprazole sama antasida deon, ampuh buat maag dsn greed," Fitri mengambil tas ranselnya, lalu membuka bagian tas kecilnya dibagian dalam. Disana terlihat ada banyak obat yang dibawanya, termasuk paracetamol, ranitidine, lansoprazole, dan juga antasida deon.
Ia menyobek satu persatu, dan memberikannya pada Emy. "Nih, yang antasida dikunyah, lalu mi um air hangat. Udah setengah jam, baru minum yang lansoprazole." ia menjelaskan secara detail pada Emy, tentang cara pakai obar tersebut.
"Tasmu udah kek apotik berjalan saja, Fit." celetuk Andana, saat sekilas melihat isi tas sahabatnya
"Iya, ngejelasinnya udah kek Dokter saja. Sepertinya, nih anak salah masuk jurusan, kenapa gak ambil medis saja," Yuli menimpali.
Emy tak nimbrung. Ia meraih obat tersebut, lalu mengikuti sesuai anjuran yang diberikan oleh Fitri. Ia sangat berharap akan hal itu.
Sementara itu, Kiky dan Yayuk tampak diam. Sepertinya mereka sedang merenungi nasib mereka sendiri, dan berusaha untuk sembuh dari segala sakit dan penyakit yang sedang dialaminya.
Saat dia sedang berjalan ke dapur, ia merasakan sakit yang sangat luar biasa pada bagian sendi-sendi tulangnya.
"Kalau tau begini, gak bakal aku mau makan itu acarnya, kalau akhirnya menyiksa," keluhnya.
Ia bergegas menguyah obat berbentuk bundar tersebut, lalu meminum air hangat untuk mempercepat reaksi obatnya.
Sesaat ia merasakan sakit dibagian punggungnya, dan membuat tak nyaman. "Minta kerik sama Andana. Mungkin bisa bantu hilangkan masuk anginku," ia kembali masuk ke dalam ruang tengah, dan meninggalkan dapur.
"Din, kerikin, dong. Gak enak banget punggungku, rasa ngilu gitu," keluhnya dengam wajah yang lemah, seolah ada benda bulat yang bersarang didadanya, menyumbat jalan pernafasannya..
"Dikamar saja, ya." sahut Andana, lalu beranjak dari tempatnya.
~Kisah racun SANTAU ini, baru Author yang nulis di applikasi Noveltoon. Kalau ada penulis yang niru, berarti dia gak punya ide.
Author menulis ini dengan berbagai riset dan sumber literasi yang cukup dari berbagai sumber, serta kejadian nyata yang Author lihat sendiri.
Semua yang ditulis bukan asal nulis, tetapi ada berbagai sumber yang menjadi tulisan ini seperti hidup, bukan hanya sebuah tulisan belaka.
Kalau gak percaya, silahkan cari dilaman pencarian Noveltoon, hanya ini satu-satunya.
Dan Reader juga bisa cari di Google, apa itu racun Santau, dan akan tau betapa mengerikannya racun ini.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...