NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 19

Untuk beberapa saat Bayu dan Andini sama-sama bergelut dengan pikiran mereka masing-masing. Andini yang akhirnya mengakui pada orang lain bahwa ia Tengah hamil dan Bayu yang masih tertegun tak percaya.

Tak lama Bayu memilih bangkit, berdiri dengan kaku di depan meja Andini. Ruangan itu terasa sunyi tapi pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan yang tak mampu ia ungkapkan. Rasa-rasanya ruangan itu mengecil diiringi dengan udara yang terasa sesak. Tatapan Andini yang terlihat tak berdaya hanya membuat dadanya semakin perih.

“Andini ... selamat untuk pernikahanmu,” akhirnya kata-kata itu meluncur dari bibirnya meski baginya sendiri terdengar asing. Bayu berusaha memaksakan senyum walau matanya tak mampu berbohong.

Sadar bahwa ia tak akan bisa menahan diri lebih lama, Bayu memilih keluar ruangan. Pintu itu ia tutup perlahan, meninggalkan hening yang terasa memekakkan telinganya.

Di lorong yang panjang Bayu melangkah gontai, pikirannya rumit. Perkataan Andini bahwa ia akan menikah menciptakan lubang besar dalam hatinya. Ia baru menyadari bahwa diam-diam ia memendam rasa pada Andini tanpa pernah punya kesempatan untuk mengungkapkan. Sekarang ... semua terlambat. Ia tak bisa dan tak akan pernah bisa mengungkapkan perasaannya.

Di luar gedung, Bayu menengadah ke langit yang berwarna kelabu, seolah ikut merasakan kepedihan yang dirasakan – atau malah sebenarnya langit tengah menertawakannya?

Entahlah.

Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan sangat berat. Seakan mencoba melepaskan sesuatu yang bahkan belum pernah menjadi miliknya.

...

Sore itu Andini menelepon Bagas ingin mengajak makan bersama bersama, awalnya Bagas menolak tapi Ratna yang saat itu juga ada di ruangannya memberikan isyarat agar Bagas mau menerima. Dan tentu saja Bagas tidak bisa menolak Ratna.

Akhirnya mereka janjian makan malam di Botania. Sebuah restoran baru di daerah Solo Baru.

Andini baru saja turun dari mobil saat ekor matanya menangkap sosok Bayu yang juga tengah melangkah masuk ke restoran.

Andini memanggilnya dan kemudian memutuskan untuk makan malam bersama Bayu juga.

“Sekalian aku mau ngenalin Mas Bagas sama kamu,” ujar Andini

Bayu hanya bisa tersenyum getir mendengar usul Andini. Berkenalan dengan Bagas bukanlah ide yang bagus untuknya. Tapi dalam hati ia juga penasaran seperti apa Bagas ini.

Tak lama ada sosok pria tampan berbadan tegap yang masuk dan duduk di samping Andini. Andini sendiri cukup terkejut Bagas tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya tanpa tegur sapa terlebih dahulu.

“Mas Bagas,” panggil Andini lirih.

“Oh jadi ini yang namanya Bagas? Calon suamimu Din? Sahut Bayu cepat.

Andini menatap Bayu kemudian mengangguk pelan.

Restoran itu terasa menyesakkan bagi Bayu. Dari balik kacamatanya Bayu menangkap sesuatu yang janggal dari Bagas. Bagas memang tersenyum padanya tapi entah kenapa Bayu merasa itu hanya topeng bukannya ketulusan.

Awalnya Bayu mencoba menahan tapi ia tak tahan untuk tidak bertanya, “Apa yang membuatmu ingin menikahi Andini?”

Andini yang tengah menyesap tehnya berpaling ke Bayu, alisnya berkerut tanda mempertanyakan maksud tujuan Bayu bertanya begitu kepada Bagas.

“Alasan?” Bagas memiringkan kepala, “Karena ... dia telah hamil,” ungkapnya, “Sebagai laki-laki aku harus bertanggung jawab bukan?”

Jawaban Bagas membuat Andini meremas ujung roknya. Bukan itu jawaban yang diharapkannya keluar dari mulut Bagas.

Bayu yang mendengar jawaban Bagas merasa tidak terima, tangannya mengepal di bawah meja, “Jadi bukan karena cinta?” cecar Bayu pada Bagas.

“Cinta?” Bagas membeo ucapan Bayu, “Untuk saat ini tidak.” Jawab Bagas lugas. “Tapi cinta bisa dipupuk dan tumbuh nantinya seiring berjalannya waktu, bukan begitu Din?” Bagas menoleh ke arah Andini yang matanya mulai berkaca-kaca.

Tak ada jawaban. Hening.

Andini menahan napas, jantungnya serasa  diremas.

Bayu menatap Bagas dengan amarah bercampur pedih – amarah karena lelaki itu tak mencintai Andini, pedih karena ia tahu Andini tetap memilih Bagas meski hatinya tersakiti dengan perilaku Bagas yang tak mencintainya.

“Tapi Andini layak dicintai, dia harus dinikahi karena cinta bukan karena terpaksa,” Bayu menggertakkan giginya.

Andini menoleh ke arahnya, air mata menetes tanpa bisa dibendung. Bagas hanya terdiam, menatap keduanya dengan wajah datar, seolah tak peduli pada luka yang ditancapkannya pada hati Andini.

“Kau mencintainya?” Bagas tiba-tiba bertanya hal yang mengejutkan Bayu, “Kalau iya kenapa bukan kau saja yang menikahinya?” ucap Bagas meremehkan Bayu. “Atau ... kau tidak punya keberanian? Din, sepertinya sahabatmu ini memendam rasa padamu,” ujar Bagas mencecar Bayu.

Andini hanya mampu menatap Bagas dan Bayu bergantian. Bukan ini yang dia inginkan.

“Gak mungkin mas, aku dan Bayu udah lama temenan. Lagipula Bayu udah punya pacar. Ya kan Yu?”

Bayu hanya diam menatap Bagas dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedang Bagas dengan santai menyesap tehnya tanpa peduli dampak dari perkataannya.

Bayu sadar satu hal – ia terlambat mengungkapkan cintanya. Dan kini, Andini terjebak dalam pernikahan yang dingin tanpa kasih.

Malam itu, Andini duduk sendirian di kamarnya. Lampu meja redup menerangi wajahnya yang pucat.

Kata-kata Bagas di restoran kembali terngiang jelas di telinganya, “Cinta? Itu bisa tumbuh nanti. Yang penting sekarang aku lakukan kewajibanku.”

Air mata yang ia tahan akhirnya jatuh juga. Ia ingin percaya bahwa Bagas akan belajar mencintainya, tapi tatapannya yang dingin tidak pernah berbohong.

Semua hanya karena tanggung jawab – bukan hati. Bagas tidak akan pernah mencintainya.

Lantas untuk apa ia menikah?

Andini memejamkan mata, mengingat wajah Bayu yang menatapnya penuh luka. Kalimat Bayu tadi menusuk dalam, “Andini pantas dicintai, bukan sekadar dinikahi karena terpaksa.”

Hatinya bergetar, karena jauh di lubuk terdalam, ia tahu Bayu benar.

Ia layak dicintai dan diperjuangkan. Sayangnya calon pasangan hidupnya menikahinya karena terpaksa.

Namun semuanya sudah terlanjur. Ia sudah hamil.

“Apakah aku benar-benar pantas bahagia?” gumamnya lirih, sebelum tangisnya kembali pecah dalam kesunyian malam.

Di luar jendela, hujan turun perlahan, seakan langit pun ikut merasakan beratnya beban yang kini harus ia tanggung seorang diri.

 

 

 

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!