Wan Yurui terbangun kembali saat usianya masih belia. Ingatan di dua kehidupan itu melekat kuat tidak bisa di hilangkan. Satu kehidupan telah mengajarinya banyak hal. Cinta, benci, kehancuran, kehilangan, penghianatan dan luka.
Di kehidupan sebelumnya dia selalu diam di saat takdir menyeretnya dalam kehampaan. Dan sekarang akankah semua berbeda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita anggun dengan kekuatan luar biasa
Terik matahari sudah mulai terasa hangat di jam empat sore. Di lapangan barak militer Liangyu pertarungan yang di adakan setiap tiga bulan sekali juga telah berlangsung. Wan Yurui yang memang telah berniat untuk melihat pertandingan duduk diam di bangku samping podium. Podium cukup besar selalu di gunakan untuk menentukan siapa prajurit terhebat yang ada di Pasukan Liangyu.
Pertarungan terus berlanjut hingga memasuki waktu petang. Langit senja juga telah menunjukkan merah keunguan. Wan Yurui yang terlihat santai sesekali memperhatikan tatapan merendahkan dari beberapa prajurit. Mereka terlihat meremehkan posisinya sebagai wakil yang di tunjuk oleh pamannya sendiri.
Namun dia tidak pernah ingin menanggapinya. Hingga salah satu ketua pasukan garda tengah melewati dirinya.
"Heh..." Mendengus. "Seorang wanita lemah hanya mengandalkan kemampuan keluarga. Bahkan bisa duduk di posisinya saat ini. Tidak tahu diri." Seringaian ejekan itu membuat Wan Yurui tidak lagi menahan dirinya. Dia bangkit dari tempat duduknya melangkah mendekat kearah ketua Duo Guang.
Dengan senyuman tenang Wan Yurui berkata, "Anda?"
"Nona, saya ketua pasukan garda tengah Duo Guang."
"Ketua Duo, saya ingin menantang anda untuk bertanding ilmu pedang. Apa anda bersedia?" Ujar Wan Yurui.
Semua orang yang ada di sana terkejut mendengar ucapan wanita itu. Dua ratus ribu mata memandang mereka berdua. Dan Yu Xiao yang baru saja kembali dari urusan resminya bersama beberapa ketua yang lainnya juga tidak menyangka Wan Yurui akan memberikan tantangan.
Ketua Duo Guang tertawa. "Nona Wan, anda pasti sedang bercanda. Bagaimana mungkin saya berani melukai anda."
Dari arah lain Pengawal Qin Feng datang dia melemparkan pedang miliknya kearah Nona mudanya. Di bawah pengawasan semua orang Wan Yurui mengambil pedang tanpa adanya getaran. Tangkapan mantap dan penuh tenaga dari wanita muda dengan paras cantik. "Kenapa kita tidak mencobanya. Bukankah anda yang bilang saya mengandalkan nama keluarga untuk bisa menjadi wakil yang di tunjuk. Sekarang wanita lemah ini ingin mendapatkan pengajaran dari ketua Duo." Pedang di arahkan langsung kedepan.
Ketua Duo Guang justru melihat kearah Panglima Yu Xiao. "Panglima." Dia sendiri tahu hubungan wanita di depannya dengan Panglimanya. Jika sampai dia melukai wanita itu tentu dirinya tidak akan bisa selamat.
"Ketua Duo tidak berani melawan wanita?" Wan Yurui terus memprovokasi.
Setelah memperhatikan panglimanya yang terlihat biasa saja. Ketua Duo Guang tidak memiliki keraguan lagi di dalam hatinya. "Baik. Saya menerima tantangan Nona Wan."
Wan Yurui berjalan menuju podium yang ada di tengah lapangan. Gaun merah darah yang ia kenakan berkibar indah saat angin menerpa tubuhnya. Senyuman tipis di wajahnya menambah aura luar biasa dari wanita muda dengan keteguhan.
Sreeenggg...
Ketua Duo Guang berlari menyerang.
Wan Yurui tetap diam menatap tenang.
Ttreenggg...
Dua pedang saling bersinggungan.
Pranggg...
Setiap gerakan dari ketua Duo Guang di tangkis dan di tahan dengan mudah oleh Wan Yurui.
Semua orang yang ada di sana tentu tidak pernah menyangka jika wanita yang terlihat anggun sekalipun menyimpan kekuatan luar biasa.
Sreeenggg...
Pedang di tangan Wan Yurui seperti ular yang langsung melilit dengan gerakan cepat mengunci pedang lawan. "Sekarang giliran saya."
Traanggggg...
Buukkkk...
Ketua Duo Guang di pukul mundur.
Pedang menari dengan keanggunan di tangan wanita muda itu. Membuat serangan kejam tanpa menekan titik fatal. Dan di lima menit terakhir,
Bruukkk...
Ssreetttt...
Ketua Duo Guang terhempas kuat ketanah. Dengan pedang yang hampir menyayat lehernya.
Senyuman terlihat di wajah Yu Xiao.
Wan Yurui menatap dingin kearah semua pasukan di depannya. "Siapa lagi yang masih memiliki keraguan."
Beberapa pasukan juga ingin mencoba keberuntungan mereka. Enam prajurit maju secara bersamaan melawan wanita yang telah memberikan tantangan terbuka. Sekali lagi semua prajurit tidak mampu melawannya. Tidak terasa satu jam berlalu begitu saja. Prajurit yang telah kalah hanya bisa menunduk malu.
"Meskipun aku seorang wanita bukan berarti hanya bisa di artikan dengan kata lemah dan tidak berdaya. Kalian di lahirkan dari rahim seorang wanita. Tapi justru meremehkan mereka dan menginjak harga dirinya." Wan Yurui melangkah pergi turun dari podium. Dia berjalan menghampiri Yu Xiao. Tatapannya masih sama tajam juga dingin. "Saya harap Panglima tidak menyalahkan saya karena telah mendidik pasukan anda."
"Berkat bantuan Nona Wan. Saya menjadi mengerti mengapa pasukan Liangyu tidak bisa lebih maju lagi," saut Yu Xiao sedikit menundukkan kepalanya memberikan rasa terima kasih.
Wan Yurui tersenyum lalu berjalan pergi dari lapangan bela diri. Pedang di berikan kembali kepada Pengawalnya Qin Feng.
Semua ketua pasukan dari garda depan, tengah dan belakang menundukkan kepala mereka. Dua ratus ribu pasukan hanya bisa terdiam.
Tatapan mematikan dari Yu Xiao membuat semua orang tidak berani bernafas terlalu kuat. "Sepertinya aku telah salah dalam memberikan arahan. Tidak hanya kekuatan yang harus di asah. Tapi juga moral seorang pria." Suaranya menekan penuh kemarahan. "Mulai hari ini hukuman mati akan di berlakukan bagi siapa saja yang berani merendahkan harga diri seorang wanita. Dan kalian," menatap kearah ketua Duo Guang dan prajurit yang telah kalah saat pertarungan dengan Wan Yurui. "Cambuk sepuluh kali sebagai peringatan."
"Baik." Pengawal Hui An memberikan tanggapan.
Yu Xiao pergi mencoba mencari keberadaan Wan Yurui. Namun dia tidak menemukan lagi keberadaan wanita itu di sana. Kereta kudanya juga tidak lagi terparkir di depan gerbang utama.
Di dalam kereta yang melaju Wan Yurui menyandarkan tubuhnya mencoba mengistirahatkan dirinya. Pertarungan yang ia lakukan selama satu jam tentu sudah menghabiskan sebagian tenaganya. Di tambah hari itu dia mengalami menstruasi dengan rasa sakit yang parah di perutnya.
"Qin Feng jalankan kereta sedikit lebih cepat." Pelayan Ayun mengelap keringat dingin di kening Nona mudanya.
"Baik."
Kereta melaju semakin kencang menuju kembali kekota. Saat sampai di penginapan keadaan Wan Yurui sudah cukup memprihatinkan. Dia hampir tidak bisa melangkah karena menahan rasa sakit di perutnya. Meskipun Wan Yurui telah berlatih bela diri sejak kecil. Namun ada waktu-waktu di mana tubuhnya tidak mampu menahan penyakit lama. Dia terlahir prematur saat kecil tubuhnya harus terus di topang obat-obatan jika ingin tetap hidup. Panglima Wan Ding dan istrinya terus berusaha tanpa lelah mencarikan tabib untuk kesembuhan putrinya. Hingga di usia Wan Yurui yang telah menginjak enam tahun dia berkata kepada kedua orangtuanya jika dirinya ingin berlatih bela diri.
Pada awalnya kedua orangtuanya menolak karena tidak tega melihat putri mereka menderita. Tapi karena kegigihan gadis kecil itu kedua orangtuanya setuju. Wan Yurui kecil mampu berlatih bela diri tapi juga harus meminum lebih banyak ramuan herbal untuk menopang kesehatannya.
Sedikit saja luka di tubuhnya bisa berakibat fatal bahkan mampu membunuhnya jika tanpa penanganan yang tepat.
pergi jauh jauh.....
jangan menempel sama mereka berdua.....