NovelToon NovelToon
Penguasa Subuh

Penguasa Subuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Mengubah sejarah / Persahabatan
Popularitas:743
Nilai: 5
Nama Author: godok

Kemampuan dan kelebihan yang membawa pada kesombongan.
Jangan pernah berpaling dan melupakan Sang Penguasa Subuh. Selalu rapalkam dalam hati 'Ilmu, Kebijaksanaa, dan Rendah Hati.' Jangan sampai tergoda oleh para pembisik, mereka pandai menggelincirkan keteguhan hati manusia.

Ketika dunia sudah mulai kehilangan keasliannya, banyak terjadi kejahatan, hal menyimpang, bahkan normalilasi terhadap hal yang tidak normal. Sebuah suku tersembunyi yang masih memegang erat sejarah, mengutus anak terpilih yang akan kembali membuka mata dunia pada siapa mereka sebenarnya.

Perjalanan Warta Nalani yang membawa sejarah asli dunia dimulai dengan usahanya harus keluar dari hutan seorang diri. Banyak hal baru yang ia temui, teman baru, makanan baru, dan juga kesedihan baru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon godok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bandit (3)

Malam penuh pengejaran itu berhasil mereka lewati dengan aman. Walau beberapa bagian tubuh terasa ngilu akibat jatuh dari ketinggian.

Hawa dingin menyeruak, memasuki gua dan menjalar naik menggerayangi dua pasang kaki yang terbaring lemah di dalam gua.

Dana mulai menggeliat, rasa kantuknya dikalahkan hawa dingin yang menyengat. Ia merentangkan tangan dan mulai meregangkan tubuh. Dana bangun dari tidurnya, ia duduk dengan kedua mata yang masih tertutup. Hanya mata kiri yang mampu ia buka untuk saat ini. Dirinya mengedarkan pandang, kemudian mulai berdecak dengan kesal.

"Kemana si anak kurus itu?!" Dana kemudian berdiri. Langkah gontai karena masih berusaha melawan rasa kantuk, ia paksa tetap berjalan.

Dari mulut gua, ia melihat Sanakh berdiri di sisian jurang. Sanakh mendongak ke atas, menatap dengan serius sampai dirinya tidak sadar Dana mendekat.

"Kenapa bisa ada di sini?" Sanakh tersentak mendengar suara Dana yang tiba-tiba ada di dekatnya.

Sanakh mendengus, ia mengangkat bahunya acuh. "Tidak tau."

Dana kini mengikuti arah pandang Sanakh. Menatap tali tambang dari ujung tepi jurang yang menjuntai ke bawah, tepat di depan mereka berdiri saat ini.

Dana menarik tali tambang besar itu. Dana mengambil napas panjang, lalu ia menarik tambang dengan sekali hentakan kuat.

"Kokoh," Dana mengangguk memuji tali dibesar di tangannya.

"Kau mau apa?!" teriak Sanakh panik.

Dana mencoba melarik tali dengan kuat. Kakiknya ia pijak pada tebing, tembok jurang. Perlahan tapi pasti, Dana mulai melangkah melawan gravitasi. Ia berjalan sekitar 3 meter dan berhenti mematung, seolah dirinya kini adalah paku yang tertancap.

Teriakan Sanakh sebelumnya membuat Warta terbangun. Tangan kanan mengucak mata, ia berjalan gontai keluar gua.

Warta terdiam tak bergeming. Kedua matanya langsung terbuka lebar, badannya terasa segar.

Pandangan Warta menatap lurus ke arah Dana yang masih berdiam di tengah tebing.

"WAH! KAU BISA MELAYANG?!" kagum Warta melihat Dana yang mematung di pertengahan tebing. Mungin ia belum sadar kalau anak berbaju bela diri itu memegang tali besar.

Dana masih terdiam pada posisi kurang mengenakan itu. Lama-lama dirinya mulai merasa jengkel. Di tambah, pengawal barunya mendadak berteriak. Membuat ia terkejut dan hampir melepaskan tali.

Sanakh yang mulai pegal harus terus menatap ke atas mulai mengajukan protes dan segala sumpah serapah.

"Jangan bilang kau takut ketingggian, cepat turun!"

Dana melirik Sanakh kesal, "Diam, kakiku keram bodoh!"

Sanakh berdecak, "Dasar," tanpa ada rasa perduli, Sanakh menarik ujung tali tambang yang bergoyang secara konstan. Membuat pijakan Dana ikut goyah.

"Oi, apa yang?! WAAAAA-"

Brug!

Dana terjatuh, punggungnya menghatam tanah, telak. Warta yang menyaksikan kejadian itu segera berlari, ia bertumpu dengan lutut di samping Dana.

"Dana, kau tidak apa?" Warta mengguncang bahu Dana dengan kencang.

Warta mengalihkan pandang pada Sanakh, "Sanakh, itu bahaya," peringat Warta.

Sakah dengan acuh mengangkat kedua bahu, "Aku hanya membantunya turun."

"Dan, Dana," panggil Warta masih mengguncang tubuh si pemanjat tebing dadakan dengan kencang.

Dana menggengam pergelangan tangan Warta, ia segera duduk dan menatap Warta tajam.

"Hentikan, bodoh. Kepalaku jadi ikut pusing karenamu!"

Warta hanya terdiam, ia menyatap Dana dengan sorot pandang khawatir dan bibir yang sedikit tertekuk karena dimarahi oleh yang khawatiri.

Dana berdiri, ia berjalan menghampiri Sanakh. "Terima kasih bantuanmu," ucap Dana dengan tenang.

 Dana mengulurkan tangan kanan, mengajak untuk berjabat tangan.

Sejanak Sanakh terlihat bingung. Tapi akhirnya, ia mengangguk dengan bangga dan menyambut uluran tangan Dana.

"Tentu!"

Dana tiba-tiba mengeratkan genggamannya. Senyum lebar terpatri di wajahnya.

"Tentu...."

Sanakh mematung, ia menatap Dana horor. Perlahan menarik tangan yang masih bertaut, tapi nihil.

Senyum Dan semakin lebar, "Tentu aku akan balas kebaikanmu,"

Dana memiting Sanakh. Dengan mudah, ia mengangkat tubuh Sanakh dengan kedua tangannya. Ia angkat tinggi-tinggi Sanakh bahkan melebihi tinggi badannya sendiri.

"Akan ku bantu kau terbang hingga ke atas sana!" Dengan sekuat tenaga, sepenuh hati, dan niat yang tinggi. Dana melempar Sanakh ke arah tepi jurang di atas sana.

"WUUUUUUAAAA!" Sanakh menutup mata tepat sebelum dirinya melihat jarak tebing semakin menipis. Dari senti hingga mili, hingga dirinya dapat merasakan permukaan kasar tebing yang tidak rata sama sekali itu.

Bugh!

Wajah dan badan depannya beradu lumayan kencang hingga dirinya sedikit hilang sadar.

"Huaa, awas!" Warta dengan sigap berlari kearah jatuhnya Sanakh. Beruntung, dirinya berhasil menangkap tubuh kurus itu sebelum menghantam tanah.

Dana memandang Warta kesal. Ia berdecak lalu meninggalkan keduanya dan memilih masuk ke dalam gua memakan sisa dari singkong bakar semalam.

Ketiganya kini kembali berdiri di depan gua. Setelah Sanakh sadar dan mereka sarapan singkong bakar sisa semalan. Warta dan Dana memutuskan untuk menggunakan tambang besar itu sebagai jalan keluar.

"Aku duluan!" Dana lebih dulu memegang tambang. Ia tarik dengan kuat lalu mulai melangah manaiki tebing seperti sebelumnya.

"Awas keram lagi!" ejek Sanakh.

"Diam, bodoh!" perotes Dana yang masih berusaha untuk mencapai puncak.

Sesampainya di atas, Dana menarik tali tambang yang menjuntai ketika Warta hendak meraihnya.

"KAU MAU MENINGGALKAN KAMI YA?!" protes Sanakh.

"Tunggu dulu," jawab Dana dengan nada serius.

Tali tambang kembali Dana turunkan, tapi dirinya menghilang dari pandangan dua orang di bawah. Sanakh dan Warta saling pandang. Entah hal mengejutkan apa lagi yang akan dihadirkan oleh Dana.

5 menit berlalu akhirnya Dana kembali muncul. Sanakh dan Warta menatap Dana di atas sana. Si pemakai baju bela diri itu mengangkat tangannya tinggi, menyatukan ujung dengan ujung jari tengahnya, sedikit menekukan siku dan membuat bentuk lingkaran besar.

Warta mengetuk-ketuk dagunya, "Huruf O?" tanya warta pada Sankah.

Sanakh menggeleng pelan, "Bukan... sepertinya lingkaran?"

"Kenapa, Dan? Kau menemukan kelapa lagi?" tanya Warta sedikt berteriak.

Sanakh mengangguk, lalu menyambung teriakan Warta, "Atau kau menemukan piring sungguhan?"

Dana di ujung jurang menghela napas dalam. Urat-urat di pelipisnya mulai terlihat.

"Artinya aman, Bodoh! Cepat naik!" Dana yang kesal pergi dari ujung jurang meinggalkan keduanya.

Warta dan Sanakh kembali adu tatap, "Artinya aman?" tanya Warta.

Sankah menggeleng, "Sepertinya bodoh."

"ARGH! CEPAT NAIK!" perintah Dana yang mulai kesal meniak kedua orang di bawah sana tidak ada pergerakan juga.

"Akhirnya keluar dari lembah dingin itu," ucap Warta saat ketignya sudah samapi di atas.

"Bukannya itu jurang?" tanya Dana menunjuk tepat mereka terjatuh.

"Ya, tapi dalamnya di sebut lembah," Sanakh menatap datar Dana, "dasar bodoh."

Dana dengan kesal menarik kerah baju sanakh yang sepertinya sekali tarikan kencang dapat merobek baju kumal itu,

"Ya, aku tau. Tapi kan kita sudah di atas. Berarti jurang!"

"Hah?!" Dana menggenggam pergelangan tangan Dana, "Mana bisa seperti itu! Yang Warta bicarakan itu bagian dalamnya!"

Warta hanya bisa meghela napas melihat keakraban Sanakh dan Dana yang cukup unik. Dirinya mengedarkan pandang, memilih untuk menjernihkan mata.

"Para bandit semalam sudah pergi, ya?" tanya Warta memecah bounding Dana dan Sanakh.

"Mustahil," Sanakh menghempasan tangan Dana yang cengkramannya mulai mengendur. "Mereka kelompok gigi. Aneh rasanya kalau melepaskan mangsa begitu saja."

Warta mengangguk, dalam diri ia sangat kagum pada pengetahuan Sanakh tentang hutan dan bahkan bandit. Mereka pun akhirnya melanjutkan kembali perjalanan.

Dana yang memimpin, ia keras kepala tidak membiarkan Warta maupun Sanakh berjalan di depan. katanya,

"Aku masih kesal dengan bandit semalam. Kalau terlihat akan langsung aku hantam mereka."

Ya, keduanya hanya memangut saja. Walau terkadang, Dana salah mengambil jalan dan Sanakh yang memberi arahan berakhir mendapat bentakan dari Dana.

"Salah, harunya belok kiri," Sanakh menarik belakang sabuk Dana yang hendak berbelok kanan.

"Seharusnya kau beritahu dari awal!" kesal Dana, ia pun mempercepat langkahnya.

Langkah Dana perlahan semakin memelan dan memendek samapi akhirnya Dana menghentikan langkah, begitu pula dengan dua orang di belakangnya. Sanakh dan Warta berdiri di samping Dana, mereka memandangi jalan di depan dengan seksama.

"Wah, jalur ceker ayam." komentar Dana, melihat jalur setapak di depannya yang terbagi menjadi tiga.

Mata Sanakh menyipit, mentap Dana jengah, "Julukan aneh."

"Sanakh!" Warta memanggil dengan semangat, "Kau tau jalannya, kan?!" kedua iris Warta dipenuhi bintang harapan. Menatap Sanakh antusias.

"A-ah. Iya, tentu." jawab Sanakh gugup. Telunjuk kirinya terangkat menggaruk pipi kiri canggung.

"Jalur yang tengah. ayo," Menggantikan Dana, Sanakh kini mulai memimpin jalan karena kondisi sekitar yang semakin padat, baik oleh pohon, semak, maupun hewan yang tiba-tiba menampakn diri. Khawatir mereka jadi tersesat kalau Dana tetap menjadi yang terdepan.

Sepanjang jalan kepala Sankah tentunduk, kedua tangan yang bergelantung bebas mengepal dengan lemas.

'Jeb!'

Tanpa ada salam atau pun sapa, sebuah anak panah melesat menancap di tanah, tapat di balakang Sanakh. Dijarak beberapa senti antara si pemandu dan pelanggannya.

1
Anonymouse
/Left Bah!/
Harman Dansyah
semangat update nya kak
Harman Dansyah
apakah emang ada mangan lain dalam tulisan itu kak
Harman Dansyah
ada yang typo kak seperti ia menarik panas kak
Harman Dansyah
kalau novel ku ada maksudkan atau saran boleh di komentar kak
Harman Dansyah
juga terimakasih like nya kak
Harman Dansyah: kalau bisa kasih bintang 5 nya juga yah Kak kalau ada tambah di cerita ku komentar aja aku juga kalau ada typo atau apa cerita kak aku komentar juga kak
total 2 replies
Harman Dansyah
semangat updet nya kak aku like dulu soal mau istirahat kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!