NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berubah

Sesampainya di rumah, aku langsung membuka pintu dan mempersilakan Azzam masuk.

"Mamaaa" panggilku dari ruang tamu.

Mami muncul dari arah dapur sambil mengelap tangannya dengan lap. "Eh ada Azzam. Duduk Zam."

"Iya Mi," jawab Azzam sambil duduk di sofa.

"Gimana kondisi Nizan, dek?"

"Dah baikan, Ma. Katanya nanti malam udah boleh pulang sih," jawabku singkat sambil melempar ransel ke sofa.

Aku dan Azzam duduk di ruang tamu. Ia segera membuka laptopnya, tapi bukannya langsung mulai ngedit film, Azzam malah duduk menatapku serius.

"Sya," dia membuka pembicaraan dengan nada yang membuatku langsung tahu ini bukan tentang film. "Sebenernya hubungan lo sama Nizan tuh apa sih?"

Aku memutar bola mataku. "Perasaan lo udah nanya ini deh, dan udah gue jawab juga."

"Jawab yang jujur makanya, biar gue nggak tanya-tanya lagi."

"Ya udah jujur. Kurang jujur gimana coba?"

"Jadi apa?" Dia menatapku, seperti menunggu jawaban yang benar-benar penting dan serius.

"Teman Azzam. TEMAN."

"Kaya gue sama lo?"

Aku nyengir. "Ya bedalah."

"Bedanya apa?"

"Nizan teman. Lo sahabat. Jelas beda."

Azzam menyipitkan mata. "Beda sebutannya doang?"

"Beda tingkatan." Jawabku yakin.

"Jadi yang tingkatannya lebih tinggi yang mana?"

"Jelas sahabat dong. Sahabat itu posisinya di sebelah gue. Kalau teman kan nggak."

Dia mulai mengernyit. "Kalau pacar di sebelah mana?"

Aku mengangkat alis. "Sebelah gue juga."

"Jadi sahabat sama dong posisinya kaya pacar?"

"Beda lah. Pacar di sebelah kanan, sahabat di sebelah kiri. Nggak bakal bersatu."

Azzam diam sejenak, lalu dengan suara pelan dia bertanya, "Jadi kalau sahabat, nggak bisa jadi pacar?"

Aku menghela napas. "Nggak lah. Gue sih nggak tahu masa depan ya, tapi prinsip gue, kalau sahabat ya sahabat aja. Nggak mungkin jadi pacar. Makanya gue meletakkan posisi sahabat di sebelah gue buat temenin gue milih pacar."

Kata-kata itu keluar begitu saja, dan aku bisa lihat ekspresi Azzam mulai berubah. Tapi dia cepat-cepat mengalihkan pandangan.

"Eh," ujarku, berusaha mencairkan suasana, "Ayo cepat edit filmnya, keburu magrib ni."

Dia menggeser laptopnya pelan, tapi tangannya nggak buka file apa pun. Sebaliknya, dia masih menatapku dengan tatapan yang bikin hatiku makin nggak enak.

"Ini nanti aja, biar gue yang edit," katanya pelan. "Lo jawab dulu pertanyaan gue. Lo suka sama Nizan?"

Kali ini, gantian aku yang terdiam.

"Katanya gue sahabat lo," ucapnya.

Aku menarik napas. "Gue nggak tahu sih. Soalnya gue belum pernah pacaran. Tapi gue nyaman aja sama dia. Maybe yes."

Azzam menatapku lama, lalu nanya lagi, "Terus kenapa nggak pacaran?"

"Gak bisa."

"Why?"

Aku menggigit bibir. "Ya.... gak bisa aja."

Dia mendengus. "Ish, katanya sahabat posisinya di sebelah lo. Tapi gamau cerita."

Aku diam sesaat, lalu pelan-pelan aku berkata, "Sahabat gue juga suka sama Nizan. Gue gak bisa nyakitin sahabat gue."

Mata Azzam menajam. "Mira?"

Aku mengangguk.

Azzam bersandar, kedua tangannya disilangkan di dada. "Bukannya lo dekat sekarang sama Nizan juga nyakitin dia?"

Aku terdiam. Lalu, dengan suara pelan, aku menjelaskan. "Gimana ya? Sebenarnya gue juga gak ada pilihan lain Zam. Dulu tuh kami pernah berantem juga gara-gara masalah ini. Nizan menjauh dari Mira karena gue gak mau dekat-dekat dia. Tapi ternyata Mira sedih Nizan menjauh. Jadi gue harus deket sama Nizan biar Nizan tetap dekat sama Mira."

Aku menatap Azzam, berharap dia ngerti.

"Tapi makin dekat, makin susah. Gue juga gak tega lihat Nizan terus ngejar-ngejar gue. Rasanya kaya gue mainin perasaan dia. Sementara gue juga harus jaga perasaan Mira."

Hening mengisi ruangan. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.

Akhirnya Azzam memilih menutup laptopnya, gerakannya pelan tapi tegas. Ia merapikan kabel charger dan memasukkan semuanya ke dalam tas ranselnya.

"Gue pulang dulu deh, udah sore," katanya singkat.

Aku mengernyit. "Lah, filmnya?"

"Nanti biar gue aja yang edit. Udah sore." Suaranya datar. Tanpa tatapan. Tanpa senyum.

Aku hanya bisa mengangguk pelan, meskipun di dalam hati rasanya ada yang aneh. Azzam nggak biasanya gitu.

Sejak hari itu, Azzam berubah.

Di sekolah, aku jarang banget lihat dia. Padahal biasanya, bahkan saat aku nggak nyari, Azzam tuh selalu muncul entah dari mana. Tapi sekarang? Nggak ada.

Chat juga nggak.

Aku mulai mikir.

Apa aku salah ngomong ya? Apa karena aku bilang sahabat gak bisa jadi pacar? Atau karena aku jujur suka sama Nizan?

Ternyata perubahan Azzam itu kayak kehilangan satu bagian kecil yang dulu nggak pernah aku sadari penting, tapi ternyata kosong kalau dia nggak ada.

...****************...

Ujian Akhir Semester baru saja selesai. Suasana kelas kami campur aduk, antara lega karena akhirnya bebas dari soal pilihan ganda yang bikin mata juling , namun juga deg-degan karena pengumuman nama-nama magang sesi 1 dan sesi 2 baru saja ditempel di papan pengumuman di depan ruang guru Akuntansi.

Aku berjalan bersama Mira, Yumna, dan Erina menuju papan itu. Erina yang paling depan langsung membaca dengan suara agak keras.

"Magang sesi 1: Januari sampai Maret. Gue di Kantor Kelurahan. Mira di Bank Daerah. Hmm... Eh ada Yumna nih di Kantor Kecamatan. Nizan juga sesi 1 cuy, Nizan di Kantor Distrik Navigasi."

Setelah membacakan nama-nama itu, Erina langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Yes! Gue dapet Januari! Habis UAS langsung magang, gak perlu mikirin pelajaran sekolah."

Yumna ikut bersorak kecil. "Gue juga!"

Sementara itu aku menyipitkan mata, mencari namaku.

"Sesi 2: April sampai Juni. Tisya, Khalif, Raka, Afiq."

Aku mengernyit. "Loh? Gue nyasar ke sesi dua?"

Mira langsung menoleh ke arahku, ekspresinya menurun drastis. "Lah? Lo gak magang bareng kita, Sya?"

Aku mengangguk pelan. "Sesi dua."

Erina mendecak kesal. "Yah gak seru! Nanti pas kami sekolah, lo magang."

"Iya, padahal gue udah ngebayangin kita rame-rame magang bareng terus ngeluh-ngeluh bareng, saling bantuin nyusun laporan," celetuk Yumna.

Mira manyun. "Gue kira bakalan seru banget kita satu sesi. Lah ini malah kepisah gini. Mana kita ga ada yang sekantor lagi."

Nizan, yang sedari tadi diam, akhirnya ikut bicara, suaranya pelan, "Aku kira kamu sesi 1 juga Sya."

Aku hanya tersenyum tipis. "Ya namanya juga takdir."

Khalif muncul dari belakang, menyeringai santai. "Eh, tapi sisi positifnya, pas kalian selesai magang kalian masih harus nyusun laporan sambil sekolah. Kalau kami kan sekolah dulu, jadi pas magang bisa santai ga mikirin nilai lagi, cuma laporan aja paling."

"Iya juga ya," kataku senang.

"Yah lo sepi dong Sya ga ada kami," kata Yumna.

"Tenang, kan ada gue, Raka, Afiq. Nanti lo duduk sama gue aja Sya," kata Khalif semangat.

"Lo mah ngarep contekan pasti kan?" tuding Erina.

"Ngga ya, gue belajar kalau sama Tisya. Mana ada nyontek," tegasnya.

Kami tertawa kecil, tapi tetap saja ada rasa kecewa yang menggantung.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!