Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23# Pendapatan
Senja membelokan stir mobilnya ke arah rumah seusai ia dari salon. Wajahnya lebih segar, kapan terakhir ia ke salon? Sepertinya memang ini takdir yang seharusnya. Salon, mall, tanpa harus berpikir keras dan ngabisin mental di kantor, kemudian ditutup dengan mengunjungi Widya Mukti sebagai healing otak dan hati.
Sejenak Senja berandai-andai. Andai ia memilih pekerjaan lain, maka pekerjaan apa yang akan cocok dengannya? Apa pendapatannya sesuai? Lagipula, 8 tahun ia mengenyam ilmu akutansi--perbankan bukan hal gampang dan sebentar demi mengejar apa yang sudah dicapai sekarang, orang-orang bahkan ingin seperti dirinya.
Titt!
Ia tak mau repot-repot membuka pagar rumah dan memilih menunggu mbak Yanti saja.
Tak jua mendapatkan celah pintu, akhirnya Senja menelfon mbak Yanti.
Mbak, lagi dimana? Aku di depan rumah. Bukain pagernya, tolong.
Sesosok wanita berusia 45 tahun itu mendorong pagar tinggi berbahan kayu dan besi.
"Si cantik mbak pulang, udah abis stok frozen foodnya di apartemen, neng?" sapanya yang telah menunggu Senja keluar dari mobil, lihatlah wajah segar dalam balutan kedewasaannya. Meski begitu, Senja akan tetap menjadi Senja kesayangan mereka, sedewasa apapun ia.
Rambut panjang yang dibuat bergelombang nampak bervolume dan selalu harum. Tak memakai baju yang mendongkrak kharisma seperti hari-harinya di kantor, ia justru memilih memakai kemeja tanpa lengan berbahan licin yang dipadukan dengan celana bahan dan flatshoes saja.
Senja menggeleng, "lagi ambil cuti. Besok kan temen aku nikah. Mami?"
"Mami ada..temen terus yang nikah, neng Nja kapan?" kelakar mbak Yanti.
"Kapan-kapan..." jawabnya tertawa merangkul mbak Yanti, "do'ain aku dong mbak. Diantara nama mas Bejo, Dias sama Lala, harus ada nama aku juga."
"Ya iya lah, nama neng Nja ada juga diantara do'a mbak Yanti..." jawabnya, "nama mami, papi, neng Nja yang selalu dilancarin rejekinya, dikasih umur panjang, sehat, jodoh, keselamatan..." entah kenapa ada segaris senyum getir dan menyentuh hati saat semua do'a mbak Yanti dijabarkan untuknya.
"Aamiin."
Ia melihat mami Bila yang tengah memperhatikan setiap struk bulanan dengan kacamata yang sedikit turun.
"Mami ngitungin apa sih?" tanyanya menghampiri dan salim takzim serta mengecup pipi kanan dan kiri sang ibu.
"Hay sayang, tumben siang begini bisa pulang? Ngga kerja?" ia kembali menghitung dengan kalkulator.
"Lagi ambil cuti. Besok Mei--Jingga nikah."
"Oh ya?" mami Bila melepas kacamatanya sejenak dan menaruh itu di meja, tidak seperti mbak Yanti yang bertanya kapan ia menyusul, baik mami atau papinya sama sekali tak pernah bertanya, justru..seringnya mereka mewanti-wanti untuk berpikir dan memilah-milah calon pendamping, bahkan papi Enggar berkata, santai aja...jangan buru-buru.
Senja mengangguk lalu meraih struk-struk belanjaannya. Sejak dulu, mami memang akuntan dan manager keuangan rumah tangga yang begitu detail.
"Kenapa? Uang belanja naik? Tiap bulan tiap tahun kan emang naik seiring inflasi..."
Mami Bila menggeleng, "tahun ini, papi pengen ganti mobil. Jual yang sekarang lagi dipake pindah ke listrik."
"Mbak!" panggil mami yang langsung dihampiri mbak Yanti, "besok-besok menu makan kita perhijauan ya...biar agak sehat plus ngirit dikit..." kekehnya dan justru diokei mbak Yanti, "siap mi! Hijau bukan berarti ngga enak, besok ta bikin buntil mau?"
"Boleh..." angguk mami Bila.
"Permisi!" teriak seseorang dari luar, memancing mbak Yanti untuk kembali menyerbu area luar.
"Terus itu yang diitungin apa?"
"Pengeluaran setiap bulannya, dari bulan ke bulan apa sama? Biar mami punya bayangan kapan uangnya kumpul."
"Emang udah tau, mobil yang sekarang lagi dipake laku berapa?" tanya Senja.
"Sekitar 50-60, may be..."
"Lama dong. Emangnya papi pengen tipe apa? Harga berapa?" tanya Senja lagi.
Mami menunjukan layar ponselnya, menunjukan model mobil yang diinginkan sang suami. Senja cukup menganga dibuatnya, "mami udah ada berapa tambahnya?"
"Masih kurang 40an." Jawabnya yang langsung menepis udara, "ya udah lah...ngga usah dipikirin. Biar nanti aja, papi harus sabar aja dulu sampai tahun depan." Mami Bila menutup dan membereskan semuanya.
"Ya udah beli aja, biar aku yang tambahin."
"Ngga usah sayang. Bukan sesuatu yang harus diburu-buru kok ini...kamu udah makan? Makan dulu, mami sama mbak masak sapi lada hitam sama tumisan sapo tahu."
Senja menggeleng tak setuju, baginya kebahagiaan kedua orangtuanya adalah segalanya saat ini, dan sekejap kemudian dentingan notifikasi menyambangi ponsel mami.
"Nja...sayang ini..." mami Bila cukup dibuat terkejut.
"Hadiah Senja buat ulangtahun papi tahun ini." Ujarnya.
"Ya ampunnn!" pekiknya tertahan.
Kalau bukan dirinya, siapa lagi? Sebab ia hanya anak tunggal mami dan papinya, sekalipun saat Senja melirik sisa saldo di rekeningnya hanya tinggal beberapa rupiah saja untuk biaya hidupnya sampai akhir bulan. Dan untuk liburan impiannya keliling benua Eropa, ia harus mengumpulkannya lagi. Semangat bekerja Senja!!
Namun kehadiran mbak Yanti memecah rasa haru mami, "neng Nja, ada paket makanan..." unjuknya di paper bag yang sama dengan paper bag yang selalu dikirim entah oleh siapa kesini.
"Siapa? Aku ngga pesen apapun..."
"Biasa, si red velvet...si get well soon ini.." ujar mbak Yanti terlampau biasa.
"Ini sih mami yakin, Nja punya pengagum rahasia." Colek mami Bila menggoda sang putri. Benar tebakan mbak Yanti memang isinya adalah red velvet dengan cream chesee.
Entahlah feelingnya antara Arlan dan Maru, sampai detik ini ia tak tau siapa orang yang sering mengiriminya red velvet ke rumah, Senja memang tak pernah peduli. Namun kiriman yang lebih dari kata sering ini, kini cukup mengusiknya.
Sempat ingin menghubungi keduanya, namun ia kembali menaruh ponselnya itu di meja dan mengurungkan niat.
KKN 21
(Lengkara Savio) Girls @Aluna Senja @Livia Syua Tan @Meidina Sastro @Raras Nalula, jadinya gimana. Jadi ngadain arisan sambil meet up?
(T. Zioma Arlan) hih! Cewek emang kerjaannya ngabis-ngabisin duit laki, aja. Saban waktu meet up.
Coba gue tanya, kalo meet up tuh ngapain aja selain gibah sama bikin laki ngurut dada?
(Raras Nalula) yuk!
(Meidina Sastro) boleh, kapan mulainya Vi?
(Lengkara Savio) anggap aja healingnya cewek, Arlan. Cape tau ngang kang terus di kasur tanpa fee.
(Aksara Jingga) fee lo surga dunia akhirat, Vi.
(Sultan Tri Alby) an ying...ngang kang ngga tuh 😊
(Meidina Sastro) Vi astaga.
(Raras Nalula) 😂 side job ya Vi?
(Aluna Senja) Vio, bisa di sensor ngga? Bocah disini nih....😒
(Nararya Zaltan) bocah yang bisa bikin bocah kah, Nja?
(Aluna Senja) gue absen dulu ya girls, keuangan gue dimulai dari 0 lagi kaya pertami na.😬
(Nararya Zaltan) wah tumben neng Nja, gaya hidup bikin tipis dompet ya, Nja? Berat yang nanti jadi suami Senja sih ini, mesti kerja rodi.
(T.Zioma Arlan) jadi ambil sampingan jagain anak macan engga? Jangan bilang lo bangkrut gara-gara judol, Nja.
(Sultan Tri Alby) Otewe miskin, temen gue ini kayanya.
(Aluna Senja) gue baru nambahin uang buat papa beli mobil listrik. Tabungan gue selama 2 tahun abis kekuras. Cuma bersisa ampas tahu sama kopi doang, kalo gue ikut arisan gue ngga makan dong 🙃 gue numpang idup di rumah elo ya Shak buat beberapa bulan?!
(Sultan Tri Alby) anak soleha.
(Aluna Senja) @T. Zioma Arlan, Lan, pinjem 5 juta 🙃
(T. Zioma Arlan) boleh, balikinnya jadi 10 juta ya?
(Raindra Jovian) cara cepat bikin Senja lahiran.
(Aluna Senja) 😡 rentenir.
(T. Zioma Arlan) mau tau cara hemat ngga Nja? Pagi susu sereal 2 ribuan, siang jelly seribuan, malamnya pro mag. 👍 dijamin besoknya asam lambung pada panjat pinang.
(Raindra Jovian) Ru, @Nagara Kertamaru, Senja butuh nafkah oyyy!
(Livia Syua Tan) kenapa mesti Maru 🤔
(Meidina Sastro) Nja baca wa gue.
(Raras Nalula) Senja, baca.
(Lengkara Savio) Tante Nja...
Bukan hanya wa secara pribadi dari keempat anggota perempuan kkn 21 saja rupanya yang langsung menyambangi kolom chat Senja demi kepedulian mereka. Namun mendadak sejumlah uang telah dikirimkan ke akun rekeningnya.
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....