Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbincang tentang pernikahan
Malam yang tenang, dibawah langit berbintang dan bulan sabit yang menampakkan diri dengan indah. Uni dan Bening duduk di kafe terbuka langganan mereka. Dua sahabat ini, selalu memesan minuman yang sama setiap datang.
“Bening, lu itu kapan sih mau buka hati buat cowok, heh? Dari zaman SMA sampai lulus kuliah S1, masih aja doyan ngejomblo. Cuma si Hilwa bisa jadi mantan pacar lu selama ini. Itupun mantan pacar pas SMP,” cecar Uni, sahabat karib Bening sedari kecil.
Ia tahu betul seluk beluk kehidupan sahabatnya itu. Hanya fokus pada materi - materi pelajaran lalu nanti mengajaknya jalan - jalan. Namun tidak pernah sekali pun jalan dengan laki - laki lain.
“Ni, lo serius- an dari zaman SMA masih masalahin calon jodoh gue melulu, heh?” Kata Bening sembari memanyunkan bibirnya.
“Ya lagian, tuh kakak lu udah mau nikah. Lu minimal punya pacarlah untuk dibawa ke pernikahan kakak lu,” tukas Uni sambil sesekali menyeruput kopi di tangannya.
“Belum kepikiran, masih mau menikmati masa sendiri gue, sampai lulus kuliah S2.”
“Lu masih trauma diselingkuhin Hilwa zaman SMP itu? Idih, nggak semua cowok gitu juga, bjir!” kata Uni sambil memainkan mimik wajah khasnya.
Mereka kembali mengingat kenangan - kenangan SMP. Zaman Bening surat - surat an, yang mana Uni harus jadi Mak comblang dan juga kurir pengantar surat - surat mereka berdua.
Mengingat Bening yang selalu mengajaknya untuk ikut ketika Hilwa dan Bening pacaran di belakang gedung sekolah setelah sepulangnya mereka.
“Entahlah, capek juga sih punya perasaan begini tau, Ni. Serius gue, gue juga mau kaya lo pada. Punya cowok yang bisa bikin happy, semangat ngejalanin hari - hari, dan apapun itu. Tapi gue masih takut aja mencoba hubungan lagi. Putus cinta itu sakit banget tau,” jelas Bening.
Bening menggigit bibirnya bawahnya. Ia memang takut memulai asmara lagi. Entah mengapa, ia takut patah hati lagi saja.
Terlebih sering melihat Uni berantem dengan pacar - pacarnya itu. Lalu menangis dan menumpahkan ingus di baju Bening.
“Cup, cup, cup, makanya coba aja lu mulai buka hati lagi. Biar lu tau nggak semua cowok itu sama.”
“Ehm, kapan-kapan …,“ Bening ikut menyeruput minumannya.
“Ih lu ya!” Uni mendorong kecil pundak sahabatnya itu.
... 🍓🍓🍓...
Sementara itu, di meja makan panjang penuh makanan. Segara duduk dengan ogah - ogahan. Sedikitpun dia tidak mau menatap Kencana yang duduk tepat di depannya. Kencana merasakan dinginnya Segara.
“Bapak Derry, Ibu Luna, dan Nak Kencana silakan dimakan sepuasnya. Akhirnya Kencana pulang juga ke Indonesia dan kita bisa di titik ini,” Pak Jedan mempersilakan tamu yang ia tunggu - tunggu beberapa waktu dekat ini.
“Ya Pak Jedan, kami senang kita akhirnya bisa berkumpul untuk membahas pernikahan Segara juga Kencana,” ucap Ayah sembari tersenyum ramah.
“Ya, ya, ya, Pak Derry, tapi maaf, Segara ini memang terlihat agak cuek. Terlebih untuk Nak Kencana, semoga kamu bisa memahami ya. Tapi ketika nanti menikah, lelaki ini pasti bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik.” Jelas sang kakek, membuat Segara mengernyitkan dahinya.
Segara ingin segera meninggalkan makan malam ini. Ia sungguh tidak suka dengan basa - basi kakeknya. Berkali - kali ia mendengus kesal.
“Iya, Pak, Kencana paham dan mengerti. Pasti Segara juga canggung karena ini pertemuan pertama kami.” Balas Kencana, ia menahan emosinya melihat wajah Segara yang angkuh dan tidak mau menatapnya sedikitpun.
“Kalau saja bukan karena cita - citaku, aku nggak akan mau nikah dengan orang yang tidak mencintaiku begini,” batin Kencana kesal.
“Nak Segara, Kencana juga bisa masak, loh. Nanti ketika sudah menikah, dia bisa membuatkan kamu makanan yang enak setiap hari,” sambung bunda pada Segara, Segara yang mendengar itu tiba - tiba saja batuk karena tersedak makanannya.
“Uhuk, uhuk, i, iya, Tante.” Jawab Segara terpaksa.
Semua tersenyum manis terkecuali Segara dan Kencana. Keduanya sama - sama menyimpan perasaan tidak suka.
“Kita sepakat untuk pernikahan akan diadakan seminggu lagi,” ujar pak Jedan memulai perbincangan serius mereka.
“Kakek, apa tidak terlalu mendadak?” Segara kaget mendengar keputusan kakeknya dan merasa tidak terima.
Segara bahkan belum menyusun rencana bagaimana menghentikan perjodohan ini. Dan sekarang ia hanya punya waktu seminggu. Itu tidak mungkin.
Sebelumnya ia berpikir, akan berpura - pura mengintimidasi Kencana agar ia lah yang membatalkan pernikahan ini.
“Segara, keputusan Kakek sudah bulat dan rencana ini sudah Kakek pikirkan dengan matang.”
Ah, mana mungkin. Waktu ini terlalu mepet. Ia juga tahu sifat sang kakek yang selalu bersungguh - sungguh dengan kata - katanya.
... 🍆🍆🍆...
Bening baru saja keluar dari kamarnya. Setelah kakaknya pulang dari luar negeri, ia tidak lagi berlama - lama di kamarnya sendiri.
Ia memutuskan untuk pergi ke kamar Kencana sambil membawa beberapa camilan. Bening bernyanyi kecil karena hatinya terasa lebih bahagia saja dengan kehadiran lengkap keluarganya.
“Wuuuu, annyeonghaseyo, salanghaneun jamaenim (selamat siang kakakku, sayang) apakah kabar yang baru bertemu calon suami ini?” kata Bening yang berada di depan pintu kamar Kencana dan sudah tersenyum lebar menunggu jawaban sang kakak.
“Ketuk pintu dulu baru masuk, Dek! Kakak kaget nih.”
“Iya, iya, lupa. Saking senangnya bayangin kakak Bening sebentar lagi melepas lajang. Gimana tampang si Bumi Segara, Kak? Dia sweet, ya? Dia maskulin?”
Bening memasang wajah cerianya. Ia sungguh tidak sabar mendengar deskripsi tentang calon iparnya nanti. Bening membayangkan jika kakaknya lekas menikah, maka keluarga mereka akan bertambah dan lalu akan bertambah bahagia.
“Bening, udah deh. Dia ganteng sih, tapi bener-bener jutek. Dia adalah laki-laki ter jutek yang pernah kakak temuin. Nggak bisa bayangin nikah sama laki-laki yang sedingin kulkas itu,” sewot Kencana yang masih berbaring di kasurnya.
Bening ikut duduk di pinggir ranjang milik Kencana. Ia mengernyitkan dahi mendengar penuturan sang kakak.
“Terus gimana? Kakak masih mau lanjutin pernikahan ini?” tanya Bening.
“Tapi kalau untuk karir, kakak bisa perjuangin pernikahan ini.”
“Kakak yakin? Menikah bukannya nggak cuma 1-2 tahun, kan?”
“Entahlah, kakak akan pikirin itu nanti,” Jawab Kencana pelan, Bening menghela nafasnya. Bening kini ikut berbaring di sebelah Kencana.
“Lalu bagaimana dengan Reo? Kakak udah mutusin dia? Kakak udah ngabarin tentang pernikahan ini?” cecar Bening.
Kencana terdiam, ia menatap langit - langit kamar. Kembali ia teringat sosok Reo, kekasih yang sangat dicintainya.
“Belum siap gue, Ben.” Kencana menggosok wajahnya.
Bening kembali menghela nafas. Ia belum pernah merasakan cinta sedalam kakaknya pada Reo. Dulu, ia yakin hanya sebatas cinta anak remaja yang orang sebut dengan cinta monyet.
Keduanya terdiam, sampai terdengar suara ketukan pintu kamar. Sesaat mereka mendengar suara bi Aminah yang membawakan pesanan Kencana.
“Masuk, Bi,” suruh Kencana
Bening mengernyitkan dahinya, melihat nampan yang dibawa oleh bi Aminah. Isinya beberapa buah salak dan juga apel hijau.
“Makan buah mulu sejak di Indonesia, bukannya buah kesukaan kakak cuma buah durian yang bau itu,” kata Bening heran.
“Lagi suka beginian, Dek.”
“Bibi keluar dulu, Kak, Dik.”
“Oke, Bi Ami, Hati - hati ya, itu di tangga ada harimau.”
“Iya, kak. Bibi Hati - hati.” Jawab bi Aminah sambil terkekeh lalu berjalan meninggalkan Bening dan Kencana.
Keduanya kembali dengan obrolan mereka. Namun kini Kencana sambil menyantap buah - buahan, sedang Bening menikmati popcorn yang dibawanya tadi.
“Eh, jadi pernikahannya kapan, Kak?”
“Tanggal 5, seminggu lagi.”
“Eh what???? Semendadak itu?”
... 🌽🌽🌽...
Segara mungkin tak akan pernah lupa kejadian hari ini di ruang olahraga eksklusif, ketika Shaka mengalahkannya dalam pertandingan tinju. Sekali lagi, Segara mengusap pipinya yang merah bak kepiting masak akibat pukulan tangan kanan Shaka yang tepat mengenai pipi kiri Segara, hingga ia jatuh terjengkang. Shaka dengan cepat juga membantunya bangkit dan Garlie yang sedari tadi hanya menonton kini ikut berlari menghampiri keduanya.
“Segara, gue yakin lo pasti ada masalah, kan?” tanya Shaka yakin. Ia memberikan tumbler berisi air putih kepada temannya itu.
Shaka dengan pembawaannya yang santai dan tenang serta didukung dengan perawakannya yang gagah dan sedikit berotot, membuatnya dapat membantai lawan main dengan gampang. Namun menang melawan Segara, ia rasa cukup berlebihan. Ia tahu temannya itu sedang dalam masalah hingga ia dapat menemukan celah mengalahkan Segara. Ia juga tahu, Segara mempunyai emosi bermain yang stabil lebih darinya dan juga fisik tinggi besar yang lebih berpihak pada temannya tersebut. Selama ini ia juga tidak pernah menang melawan lelaki tampan itu.
“Ternyata ada benarnya, pihak yang kuat pun kadang - kadang akan mengalami kekalahan, hahaha …,” kata Garlie sembari mengejek.
“Sekali lagi gue tanya, apa masalah lo, kawan?” tanya Shaka lagi.
“Bukan masalah besar, aku cabut duluan.” Segara berkata sambil berlalu pergi meninggalkan kedua temannya. Garlie dan Shaka saling bertukar tatap sebelum akhirnya mengernyitkan dahi masing - masing.
“Apa ada masalah besar di perusahaan?” gumam Garlie yang masih tidak tahu penyebab keanehan Segara.
“Gue rasa perusahaan baik - baik saja. Bahkan ia baru saja mengambil langkah besar pada Karya Finansia lusa lalu,” tukas Shaka.
Shaka tahu segala sudut perusahaan yang sedang dipimpin oleh temannya. Ia pun juga bergelut bersama Segara di perusahaan Karya Finansia. Bedanya, Segara adalah CEO muda mereka yang baru saja menggantikan kakek Jedan. Sedang Shaka, teman dari masa kecil Segara yang sekarang masih setia dengan jabatannya sebagai asisten pribadi Segara.
... 🫛🫛🫛...
...Karya Orisinal tanpa Hasil AI...