NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19.

Fany's Pov.

Pil kontrasepsi? Aku tidak akan meminumnya lagi setelah ini meskipun Sean akan memberikannya dan terus mengingatkannya setiap hari. Aku tidak seyakin itu dengan jawaban Sean yang menolak kehadiran si buah hati di antara hubungan kami. Pasti ada alasan lain.

Selama beberapa hari kami berdamai, Aku memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuaku untuk beberapa hari karena merasa rindu dengan mereka. Dan Sean tidak keberatan dengan itu bahkan Sean yang mengantarku sendiri.

Aku juga butuh waktu untuk berfikir apakah Sean benar-benar mencintaiku atau tidak. Dari sikapnya ia memang sangat perhatian padaku, tapi mendengar jawabannya kemarin, membuatku ragu bahwa ia tidak akan meninggalkanku.

"Loh, kemana Sean?" Tanya ibu yang baru pulang dari pasar, belanja beberapa kebutuhan sehari-hari. Aku dan Sean sampai di rumah orangtuaku tadi malam, Sean menginap bersamaku semalam dan sudah berangkat ke kantor lima menit yang lalu.

"Sean berangkat ke kantor, bu. Karena jarak dari sini ke kantor lumayan jauh, jadi Sean tidak sempat menunggu ibu untuk pamit." Jawabku.

"Kenapa kamu tidak memintanya untuk cuti beberapa hari? Dia pasti lelah, semalam kalian baru sampai." Ucap Ibu.

"Sean tidak bisa diganggu jika menyangkut pekerjaan, bu." Jawabku. Memang, Sean tidak pernah meninggalkan pekerjaannya selama ini, meski dalam keadaan kurang sehat pun ia selalu bekerja meskipun dengan mengerjakan pekerjaannya dari rumah.

"Jika Sean tidak ikut menginap disini, sebaiknya kamu cepat kembali, kasihan Sean. Jika kamu tidak ada di rumah, siapa yang akan mengurusnya?" Ujar ibu.

"Iya, bu. Aku juga tidak ingin meninggalkannya terlalu lama." Jawabku. Mungkin Sean bisa menjaga matanya tapi wanita-wanita itu mana mungkin mau berhenti menggoda Sean. Bahkan aku sudah pernah melihat bagaimana wanita-wanita penggoda itu memperlakukan Sean dengan tidak tahu malu. Aku sudah terlalu lama tidak pergi ke kantor sebagai sekretaris Sean.

Mungkin Sean lebih kerepotan dari biasanya dan juga aku jadi tidak tahu apa yang Sean lakukan selama di kantor. Bukannya aku curiga Sean bermain di belakangku mengingat hampir semua pegawai mengatakan bahwa Sean suka bermain di dalam ruangannya, hanya saja wanita - wanita dengan pakaian kurang bahan sangat membahayakan.

"Melamun lagi?" Tegur ibu membuatku sedikit kaget.

"Tidak, bu. Hanya saja aku-hm itu bu, bagaimana caranya agar cepat hamil?" Tanyaku akhirnya meskipun yang ada di dalam pikiranku saat ini bukanlah itu. Tapi, jika aku hamil, mungkin saja Sean akan berhenti berlaku tidak pantas kan meskipun kenyataannya aku juga belum mengetahui dengan pasti apa yang dibicarakan orang-orang tentang Sean itu benar atau tidak.

"Jaga pola hidup sehat dengan makan makanan yang sehat. Di internet banyak yang menyajikan informasi - informasi terkait program kehamilan. Kamu baca saja! Biasanya kamu hobi lihat internet." Ujar ibu.

"Iya, aku akan lihat nanti, bu." Ucapku.

"Ya sudah, bantuin ibu naruh belanjaan ibu di dapur, yuk!" Ujar Ibu kemudian.

"Iya, ayo bu." Jawabku.

Sean, maafkan istrimu yang mungkin akan membangkang padamu. Hanya saja aku tidak suka jika kamu menolak jika aku mengandung benihmu. Aku juga tidak percaya dengan alasanmu yang tidak masuk akal. Pasti ada sesuatu dibaliknya yang harus ku ketahui dengan cara hamil anakmu.

.......

Author's POV

Fany termenung di dalam kamarnya, sejak makan malam satu jam yang lalu, Fany terus memikirkan Sean. Biasanya Sean sudah bersamanya tapi sekarang, mungkin Sean lebih memilih untuk pulang ke apartemen dibandingkan menemani dirinya di rumah orangtuanya yang terlalu jauh jaraknya. Ia jadi merindukan suaminya karena beberapa hari ini ia sudah terbiasa dengan perlakuan baik Sean terhadapnya.

Ia jadi berfikiran macam-macam karena berjauhan dengan suaminya. Sepulang dari rumah orangtuanya nanti, Ia harus kembali masuk ke kantor untuk menemani Sean melakukan pekerjaannya.

Sementara itu, karena terlalu larut ke dalam pikirannya, Fany sampai tidak sadar seseorang baru saja menutup pintu kamarnya dari dalam dan berjalan menghampirinya kemudian memeluknya dari belakang membuat Fany berjingkat kaget.

"Ya ampun, Sean." Pekik Fany kaget.

"Ngelamun apaan sampai tidak tahu suamimu sudah pulang?" Tanya Sean enggan melepaskan pelukannya.

"Kupikir kau tidak kesini." Jawab Fany pelan.

"Mana mungkin? Aku pasti akan sangat merindukanmu jika aku tidak ke sini." Jawab Sean.

"Tapi, kau pasti lelah, perjalanan sangat jauh." Kata Fany.

"Tidak ada yang bisa membuatku lelah jika itu menyangkut kamu. Bahkan jika kau meminta aku untuk membuatmu berteriak di atas ranjang sekarang, aku masih kuat." Ujar Sean mendapat cubitan di tangannya oleh Fany.

"Mesum." Cibir Fany. Sean tertawa.

"Jujur! Kamu rindu sama aku kan?" Tanya Sean.

"Tidak." Jawab Fany cuek.

"Yang benar?" Goda Sean.

"Kamu sudah makan? Aku siapin makan malam buat kamu." Ujar Fany sambil melepaskan pelukan Sean di tubuhnya, namun Sean malah mengeratkan pelukannya.

"Kenapa mengalihkan topik? Jawab dulu! Rindu atau tidak?" Ujar Sean.

"Tidak." Jawab Fany lagi. Sean melepaskan pelukannya langsung dan menghela nafasnya kasar.

"Tapi, kangen." Ujar Fany membuat Sean gemas kemudian menggendong Fany dan menidurkan Fany di atas ranjang kemudian menindih nya.

"Sean, kamu harus makan dulu." Ujar Fany protes.

"Aku sudah makan barusan. Karena istriku terlalu sibuk melamun sampai tidak tahu suaminya pulang, jadi ibu mertuaku yang menyediakan makan malam untukku di dapur tadi." Kata Sean.

"Ya ampun, Sean. Kenapa tidak memanggilku saja?" Tanya Fany jadi tidak enak hati.

"Kata ibu, kamu seharian terus melamun. Apa yang kau pikirkan?" Tanya Sean.

"Aku hm, setelah pulang dari sini, aku ingin kembali bekerja sebagai sekretarismu." Jawab Fany membuat Sean menyipitkan matanya. "Jangan larang aku bekerja, Sean. Aku hanya bosan di rumah tidak ada pekerjaan." Sambung Fany.

"Jadi, bukan karena ingin bersamaku sepanjang waktu?" Tanya Sean dengan nada yang dibuat - buat seolah ia sedang kecewa dengan jawaban Fany.

"Sean, bukan begitu maksudku. Aku hm, ya aku ingin bersamamu sepanjang waktu." Kata Fany akhirnya. Sean tersenyum seakan ia baru saja mendapatkan jawaban yang memuaskan dari bibir manis istrinya.

"Kenapa kamu ummmphhh.." Sean mencium bibir Fany begitu lama karena merasa gemas dengan istrinya itu. Ia merindukan Fany, ya seharian berada jauh dengan Fany membuat Sean tidak bisa berkonsentrasi penuh pada pekerjaannya.

"Sean, kamu hampir membunuhku." Protes Fany dengan nafas terengah-engah setelah Sean melepaskan pagutan bibirnya. Sean tersenyum kemudian menggulingkan tubuhnya ke samping Fany dan memeluk wanita itu.

"Ayo tidur!" Ujar Sean. Fany tersenyum kemudian ia memejamkan matanya yang disusul oleh Sean. Meskipun Fany belum bisa tidur, setidaknya ia berusaha memejamkan matanya agar tertidur. Sepuluh menit kemudian Fany mendengar Sean mendengkur halus tanda bahwa pria itu sudah mulai tertidur. Ia membuka matanya dan menatap wajah tampan Sean dan mengecup singkat bibir Sean.

"Aku selalu mencintaimu." Ucap Fany dalam hati kemudian ia memejamkan matanya lagi, mengosongkan pikirannya agar bisa cepat tertidur seperti Sean.

......

"Kalian sudah mau pergi lagi? Cepat sekali? Fany bilang satu minggu? Ini baru tiga hari lo." Ujar Ibu Fany yang merasa agak sedih karena Sean dan Fany akan meninggalkan mereka lagi.

"Ibu, perjalanan dari sini sampai ke kantor sangat jauh. Sean pasti kelelahan. Lain kali, kami datang lagi ke sini. Lagipula Sean tidak mungkin meninggalkan Fany di sini, dia penakut kalau di apartemen sendirian." Ujar Fany sambil terkikik pelan yang mendapat lirikan protes dari suaminya.

"Baiklah. Kalian berjanji ya, cepat berkunjung lagi dan bawa kabar baiknya. Ibu pengen cepet punya cucu." Ujar Ibu Fany membuat anaknya menegang sementara Sean hanya diam tidak mengeluarkan kata - katanya.

"I-iya bu. Pasti." Jawab Fany.

"Kalau begitu, kami permisi ayah, ibu. Semoga kalian sehat selalu!" Ucap Sean pamit.

"Ya, kalian hati-jati di jalan. Jangan lupa berkabar jika kalian sudah sampai!" Ucap ayah Fany. Sean mengangguk, kemudian ia membantu Fany membawa kopernya dan memasukkannya ke dalam mobil.

Tidak seperti biasanya, Fany akan merasa berat saat meninggalkan orangtuanya. Tapi, kali ini ia ingin cepat - cepat sampai di apartemen dan berduaan dengan suaminya. Entah sejak kapan, yang jelas Fany sudah merasakan perasaan jungkir balik yang membuat hatinya tidak menentu.

.......

Bersambung .....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!