NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: tamat
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa / Tamat
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA IBU DUA BAPAK

Siang menjelang sore itu Mursyidah mengajak anaknya bermain ke mal yang ada di kota. Mursyidah juga mengajak serta Aini. Mereka pergi setelah adiknya itu pulang kuliah. Lebih dari tiga jam mereka bermain dan baru pulang menjelang maghrib.

"Gimana, Amar senang nggak?" tanya Mursyidah saat mereka telah kembali ke penginapan.

"Senang bunda... Terima kasih bunda, " ucap Amar sambil memeluk lengan ibunya.

"Kok bilang Terima kasih? Itu kan memang kewajiban

bunda menyenangkan anaknya, " Sahut Mursyidah. Wanita itu membelai lembut kepala anaknya yang bersandar di lengannya.

"Iya bunda. Ayah belum pernah ajak Amar jalan-jalan seperti tadi makanya Amar bilang terima kasih. Kalau bisa Amar mau terus sama bunda."

"Iya sayang, nanti kalau kontrak kerja bunda selesai, bunda balik lagi ke kampung. Nanti Amar tinggal sama bunda ya."

Amar mengangguk sekilas dan tersenyum senang, tapi kemudia dia menekuk wajahnya sedih. "Memang bunda mau balik bekerja lagi?" tanyanya sembari menatap wajah ibunya.

"Iya nak, hanya dua bulan saja kok. Mungkin seminggu lagi bunda berangkat makanya bunda mengajak Amar jalan-jalan sekarang. Besok kita mau kemana lagi? Bunda mau mengajaka kamu jalan-jalan lagi sebelum kamu kembali ke pesantren."

"Terserah bunda aja yang penting Amar sama bunda. Bulik Aini juga menginap di sini bun?"

Amar bertanya karena melihat Aini yang tampak santai menonton televisi. Gadis tersebut baru saja selesai mandi dan berganti baju. Aini menoleh dan mengangguk pada Amar. " Iya dong, kan bulik juga ingin merasakan senangnya menginap di hotel kayak Amar," sahut Aini.

Keesokan harinya Mursyidah masih mengajak anaknya bermain dan bersenang-senang sebelum mengembalikan anaknya tersebut ke pesantren. Wanita itu membelikan berbagai macam hadiah untuk anaknya, salah satunya adalah sebuah handphone agar dia dapat menghubungi anaknya tersebut.

"Jangan beritahu ayahnya ya kalau bunda belikan Amar hape. Nanti hape ini bunda titip sama ustadz. Amar boleh pake hape ini kalau Amar butuh dan kangen sama bunda, tapi jangan sampai ayah tau," pesan Mursyidah pada anaknya.

"Terima kasih bunda." Amar memeluk Mursyidah sambil bersandar manja pada ibunya tersebut. Saat ini mereka tengah berada dalam taksi. Amar duduk di tengah diantara ibu dan tantenya.

"Besok bunda akan antar Amar ke pondok sekalian mau menanyakan biaya kamu selama tinggal di sana." Mursyidah membelai lembut kepala anaknya.

"Uang pondok Amar udah ada yang bayar mbak," sahut Aini. Amar yang sudah mendongak hendak menjawab kembali menjatuhkan kepalanya ke bahu ibunya.

"Siapa yang bayar?" tanya Mursyidah heran. "Katanya waktu Amar sudah banyak menunggak karena bapaknya tidak membayarkan uang Amar mondok?"

"Iya mbak, tapi ada papa temannya Amar yang membayar semuanya. Katanya dia kasihan sama Amar dan kebetulan juga anaknya dekat dan bersahabat sama Amar," ujar Aini menjelaskan.

"Iya Amar?" Mursyidah menatap anaknya. Ama menganggukkan kepala.

"Iya bunda. Teman Amar itu namanya Rakana, papanya baik sekali sama Amar. Waktu bunda pertama datang itu, papanya Rakana juga datang. Sayangnya bunda nggak ketemu sama papanya Rakana, padahal mau Amar kenalin. Papa Rakana itu baik dan juga kaya mobilnya bagus, Amar mau punya ayah seperti itu yang punya mobil pajero," ujar Amar polos.

Mursyidah dan Aini saling berpandangan mendengar ocehan Amar. Maksudnya Amar apa? Dia ingin ayahnya punya mobil pajero seperti mobil papa Rakana atau dia ingin punya ayah seperti papa Rakana.

"Amar mau ayah punya mobil juga?" tanya Mursyidah

Lembut. Amar menggelengkan kepalanya.

"Amar mau ganti ayah aja, ayahkan udah nggak sayang lagi sama Amar jadi Amar mau cari ayah baru aja. Bunda mau nggak menikah sama papanya Rakana? Papa Rakana itu kaya banget lho bun, mobilnya juga banyak suka ganti-ganti. Kemarin waktu datang itu dia bawa mobil BMW, bagus banget bun."

Amar bercerita dengan penuh semangat. Mursyidah dan Aini kembali saling pandang dan sama-sama mengangkat bahu. Semudah itu Amar mengatakan ingin mengganti ayahnya. Apa seperti itu juga perasaan ayahnya padanya. Mudah saja memasukkan Amar ke pesantren dan melupakannya.

"Kenapa Amar bilang begitu? Amar tidak sayang sama ayah? Lagi pula bunda tidak bisa menikah dengan papa temanmu itu, istrinya pasti marah dan menyerang bunda. Kalau bunda sampai menikah dengan papanya Rakana berarti bunda orang jahat, bunda bisa disebut pelakor.

Amar tau kan pelakor itu apa?"

"Tau, pelakor itu kan perempuan yang suka diserang sama ibu-ibu yang bawa anak. Amar pernah kok lihat di hapenya Rakana vidionya terus pernah juga lihat waktu itu ada kejadian kayak gitu di depan pondok."

Mursyidah tersenyum mendengar penjelasan anaknya. "Pelakor itu perempuan yang menikah sama suami orang. Mungkin bisa jadi ibu yang bawa anak yang Amar lihat itu menyerang perempuan yang sudah

Mengambil suaminya."

"Kayak istri ayah ya bun?" tanya Amar memotong penjelasan Mursyidah.

"Iya." Mursyidah menganggukkan kepalanya. "Amar mau bunda seperti itu? Merebut suami orang?"

"Bunda nggak merebut suami orang kok. Kan papanya Rakana udah nggak punya istri, mamanya Rakana udah lama nggak ada sejak Rakana masih bayi. Kata Rakana dia mau punya mama kayak bunda soalnya katanya bunda cantik. Rakana bilang dia mau mersakan dipeluk mama kayak bunda meluk aku.'

"Memang waktu itu Rakana lihat bunda?"

Hum! Angguk Amar. "Pas bunda pulang Rakana nanya, siapa yang meluk kamu itu Amar. Waktu Amar bilang kalau itu bunda adalah ibunya Amar, dia langsung nangis. Rakana bilang dia ingin punya mama seperti bunda yang memeluknya kayak bunda meluk Amar. Amar nggak marah kok kalau bunda jadi mamanya Rakana juga, nggak ngiri. Rakana juga gitu katanya dia papanya jadi ayah Amar juga. Kita berdua udah setuju kalau bunda sama papanya Rakana menikah."

Aini menutup mulutnya dengan kedua tangannya mendengar ungkapan hati keponakannya. Jangan sampai tawanya meledak dan membuat kakaknya marah. Setelah beberapa saat dan berhasil menahan tawanya, Aini mengulum senyumnya sambil berbicara pada kakaknya.

"Ya Allah mbak... Beruntungnya dirimu, anakmu

Sudah mencarikan jodoh untukmu. Mar, papanya Rakana itu ganteng nggak?" Aini bertanya pada Amar tapi matanya melirik menggoda Mursyidah dan langsung mendapatkan pelototan dari kakaknya tersebut.

"Ganteng banget bulik, kaya dan baik lagi. Kalau waktu itu papa Rakana ketemu bunda pasti diajak naik mobil BMW dia. Amar pasti senang banget bun" sahut Amar sumringah.

"Eh mbak, jangan-jangan papa Rakana itu lelaki yang aku liat tempo hari itu, waktu kita baru keluar dari halaman pondok," tebak Aini. matanya membesar melihat pada Mursyidah.

"Yang mana?"Mursyidah mengerutkan keningnya.

"Itu lho mbak yang aku bilang ngeliatin kamu terus. Yakin aku dia orangnya. Kayaknya dia suka sama kamu. Wah... cocok ini, bakal ada yang mantenan bentar lagi," kelakar Aini menggoda kakaknya dengan semangat.

"Sok tau kamu! Jangan menghayal yang nggak-nggak! Ngarep!" sembur Mursyidah memukul tangan Aini.

"Ya ngareplah! siapa sih yang nggak senang melihat kakaknya menikah dan bahagia lagi. Mar, kamu senang kan bundamu menikah lagi?"

Amar tersenyum lebar sambil mengangguk. "Nanti Amar jadi saudaraan deh sama Rakana," ujarnya menatap ibunya, berharap ibunya mengabulkan keinginannya.

"Enak banget kamu nanti Mar, punya ibu dua dan

Bapak dua." Aini menaik turunkan alisnya melirik Amar dan Mursyidah.

Senangnya dalam hati...

Aini bersenandung selama sisa perjalanan mereka mengikuti nada lagu Madu Tiga yang pernah dinyanyikan oleh salah seorang musisi papan atas negeri ini. Mursyidah menatap gemas pada adiknya tersebut sedangkan Amar justru tertidur di paha ibunya saat mendengar lagu yang dinyanyikan oleh Aini.

1
Zaira Aulia Febrina
semua yg komen plagiat disini lgsg Lo blokir mba, ketauan banget Lo nyuri nya 🤣🤣🤣 takut gada yg mau baca lg yee hahaha
h@zrianiy: bukan takut hanya saja saya ingin mengembang kan akun saya.. lagian saya plagiat bukan mw gratis.. 😌😌tpi makasi ya sdh koment membuat ku jadi berani akhirnya bebanku sedikit terkurang hihii
total 1 replies
Nafisha Wahudatul husna
kalau kamu ngga berhenti mencuri nanti foto kamu di sebar di tiktok dan fb
Susi Lawati
kamu ganti foto profil yaaa
Siti Zaid
Author..lanjut dan semangat berkarya..
Zaira Aulia Febrina: noveltoon tolong dong di take down aja semua novelnya dia pencuri karya orang
total 7 replies
Susi Lawati
Sadar mbak, dosa mencuri itu
Susi Lawati
pencuri ... buat karya sendiri dong
Susi Lawati
plagiat
Jumi Ati
kenapa harus plagiat sih ,ini buku orang yang nulis cape cape tapi anda curi , maaf 🙏anda semangat tak tahu malu .
baru cuma judul yang anda rubah sedikit.
Jumi Ati
bukunya plagiat dari seluruh buku semua milik orang lain dan dari berbagai pf .
samsu marnis
malu mbak, pakai hijab tapi mencuri karya orang. 5 hari langsung update 50 bab dasar plagiator
arfan zix
tolong report ini novel niru dan jiplak 100% di web sebelah
arfan zix
kocak plagiat pinter pinter dah tak report dlu
Ma Em
Aliya jgn tinggal sendiri dirumah benar kata mbok Walijah Aliya hrs ada temannya takutnya Gunadi balik lagi dan nekad melakukan hal yg tdk baik apalagi sampai membahayakan Aliya .
Ma Em
Bagus Thor lbh baik namanya Aliyah saja .
Wong Waras: PLAGIAT DI BUK.
total 1 replies
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Ria Oktavia: hadeuh kenapa harus nyuri karya orang sih,,,, mikir sendiri dong ngak malu
total 7 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Nafisha Wahudatul husna: asri ani kamu ngga malu di bilang author padahal penjiplak😂😂😂🤣
total 2 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Nafisha Wahudatul husna: gimana nggak berkali kali mbak orang dia bukan yang nulis , orang dia tinggal jiplak ganti judul terus kirim
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!