Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehidupan baru
Beberapa jam sebelumnya...
"Semuanya sudah siap. Tinggal menunggu eksekusi saja."
Syakila tersenyum membaca pesan itu. Seharian ini, dia sengaja mengurung diri didalam kamar karena menunggu pesan tersebut.
Akhirnya, hari kebebasan itu tiba. Sebentar lagi, dia akan benar-benar menghilang dari dunia yang penuh sandiwara ini.
Tak berselang lama, pintu kamar Syakila diketuk dari arah luar. Padahal, Syakila baru tidur sebentar. Terpaksa, dia segera bangun kembali dan membuka pintu itu.
Ternyata, yang datang adalah Dewa. Pria itu memintanya bergabung ke pesta barbeque yang diadakan di halaman belakang.
Syakila beralasan bahwa dia sedang sakit kepala. Namun, Dewa tetap memaksa dirinya dan hanya memberi Syakila obat untuk meredakan sakit kepalanya.
[Aku akan bergabung ke pesta. Nanti, aku akan temukan cara agar bisa melompat ke laut.]
TERKIRIM.
Syakila menunggu balasan pesan itu dengan jantung deg-degan.
[Oke. Itu lebih bagus. Semakin dramatis adegannya, semakin besar rasa bersalah yang akan laki-laki itu rasakan.]
Membaca pesan itu, Syakila justru tertawa kecil. Merasa bersalah? Mungkinkah?
Pria sedingin Dewa, bisakah merasakan perasaan seperti itu? Jika memang bisa, maka Syakila akan menjadi orang pertama yang bertepuk tangan dengan keras karena terlalu senang.
Ekspresi menderita Dewa pasti sangat luar biasa untuk dilihat.
[Apa aku benar-benar akan selamat? Masalahnya, aku tidak pandai berenang.]
[Kami sudah sangat profesional. Nona Syakila tidak perlu khawatir.]
Menarik napas panjang, Syakila memantapkan hati untuk mempercayai pesan orang tersebut.
Dia sudah melangkah sejauh ini. Tidak ada kesempatan untuk mundur kembali. Kalaupun dirinya ternyata hanya ditipu oleh nenek tua dan orang-orangnya itu, Syakila juga tidak akan menyesal.
Sejak awal, dirinya yang memilih untuk mempercayai mereka.
"Waktunya bermain, Syakila!" gumam Syakila sambil membuka pintu kamarnya.
Syakila harus berterima kasih kepada Nania. Berkat sang kakak angkat, Syakila jadi punya alasan untuk bisa melompat ke dalam laut. Drama Nania memang selalu luar biasa. Dan, untuk yang kesekian kali, Dewa memilih memihak Nania tanpa keraguan sedikit pun.
"Dewa, aku lelah. Sikap pilih kasihmu membuat aku menyerah. Dewa, selamat tinggal!"
Jujur saja, Syakila merasa takut saat pertama kali tubuhnya menghantam air dan akhirnya tenggelam. Dia berusaha naik ke permukaan namun tidak bisa karena arus deras serta dirinya yang tidak memiliki skill untuk berenang.
Alhasil, dia hanya bisa pasrah. Namun, saat benar-benar hampir kehilangan kesadaran, seseorang tiba-tiba menarik tangannya.
Begitu ia tersadar, dirinya sudah berada diatas sebuah kapal kecil. Dirinya dikelilingi tiga orang yang masih mengenakan pakaian penyelam.
Salah satunya, Syakila kenali sebagai asisten dari nenek tua misterius pemilik tempat yang dia kunjungi.
"Lihat, kan?" Untuk pertama kalinya, Syakila melihat pria itu tersenyum. "Kamu selamat," imbuhnya.
"Alpha, badai sebentar lagi akan datang. Kita harus bergegas," celetuk seorang wanita sambil mengibaskan rambut pink mencoloknya yang basah.
"Bagaimana dengan sisanya?" tanya pria itu.
"Tim pembersih sudah siap untuk menghapus keseluruhan jejak kita. Sementara, tim kedua juga tinggal menunggu perintah."
"Baiklah. Bawa Nona Syakila untuk berganti pakaian. Sekarang juga, kita tinggalkan tempat ini."
Dan, kapal kecil berkedok kapal nelayan tersebut segera berangkat meninggalkan tempat itu.
"Apa mereka akan benar-benar percaya kalau aku sudah meninggal?" tanya Syakila setelah berganti pakaian dan sedang meminum cokelat hangat buatan wanita berambut pink tersebut.
"Tentu," angguk wanita itu. "Tenang saja! Anggota kami tersebar dimana-mana. Bahkan, salah satunya, mungkin pernah benar-benar berada didekat Nona Syakila."
Syakila menoleh tak mengerti. Namun, wanita itu sudah lebih meninggalkannya sambil tersenyum misterius.
"Astaga! Sebenarnya, aku sedang berurusan dengan organisasi seperti apa?" gumam Syakila tak percaya.
****
"Identitas baru Nona Syakila ada di sini."
Pria yang merupakan asisten pribadi sang nenek tua menyerahkan sebuah amplop cokelat besar berisi dokumen-dokumen penting yang diperlukan oleh Syakila untuk kehidupan barunya.
"Terimakasih banyak," ucap Syakila dengan tulus.
"Tidak perlu berterima kasih. Kami memang dibayar untuk melakukan semua ini," timpal pria itu.
Syakila tersenyum. Dia melambaikan tangan pada pria itu sebelum masuk ke bandara.
Ya, kehidupan baru akhirnya akan dimulai.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...