NovelToon NovelToon
Perjuangan Dalam Pernikahan Dini

Perjuangan Dalam Pernikahan Dini

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author:

Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.

Chapter 18

“Woii bangun lu berdua, katanya mau makan masakan bik Sumi” teriak Willie pada Gibran dan Geral.

Geral membuka matanya dan melihat ke arah Willie.

“Bisa nggak sih lu bangunin kita baik-baik!” ucap Geral kesal.

“Cepatan aja lu pada bangun. Nggak usah banyak omong” Willie menarik tangan Geral.

“Kalian berdua katanya rindukan sama masakan bik Sumi? Iya udah sana makan, habis itu angkat kaki dari rumah gua!” ucap Willie dengan menekankan suaranya.

“Iya-iya, gitu banget lu sama kita berdua!” ujar Geral.

Willie langsung saja mendorong Geral dan Gibran untuk keluar dari kamarnya, karena ia sudah muak melihat kedua sahabatnya itu.

Sesampainya mereka bertiga di bawah, ternyata Inggrit sedang menata makanan di meja makan.

“Hai tante” sapa Geral.

“Kalian berdua masih di sini? Tante kira tadi udah pulang” ucap Inggrit.

“Mereka kangen masakan bik Sumi ma” ujar Willie dingin.

“Kalian berdua lapar? Ayo sini makan, bik Sumi juga kebetulan masak banyak nih.”

“Willie sekalian kalian berdua temenin Gibran dan Geral makan. Pasti belum makan kan!” ujar Inggrit.

Membuat Geral semakin dibuat bingung, dan Gibran semakin curiga kalau Mentari bukan ponakan dari asisten rumah sahabatnya itu.

“Berdua? Maksudnya Willie sama tante ?” tanya Geral bingung.

“Ya bukan lah Geral.”

“Tante makanannya nanti nungguin Om pulang dulu” ujar Inggrit sambil tersenyum.

“Udah lo berdua makan aja, dari tadi banyak tanya banget!” ucap Willie ketus, kemudian ia memberi kode pada mamanya.

“Setelah makan segera pulang ke rumah masing-masing, ngangguin gua aja kalian disini!”

Ucapan Willie tersebut membuat Geral menatap sahabatnya itu dengan tajam namun penuh selidik.

“Udah kalian makan aja, gua mau ke kamar dulu” Willie langsung saja balik ke kamar lagi.

Namun bukan ke kamar cowok itu menghampiri Mentari di ruangan perpustakaan, ia ingin melihat gadis itu.

“Kenapa nggak lu habisin makanan nya?” tanya Willie ketus saat masuk ke dalam ruangan itu.

“Kak...”

“Aku udah kenyang kak, kalau sudah telat makan aku nggak bisa makan terlalu banyak” ujar Mentari.

Willie terdiam mendengar ucapan Mentari, ia sedikit merasa bersalah karena dirinya gadis itu harus menahan rasa lapar.

“Mereka berdua sudah pulang kak?” tanya Mentari lembut.

“Belum, mereka lagi makan!”

“Kak Willie nggak ikutan makan bareng mereka?”

“Nggak, nanti kita makan bareng.”

“Anggap aja gantinya lu nungguin gua untuk makan bersama tadi siang” ujar Willie.

Mentari sedikit tersenyum mendengar ucapan cowok itu, ternyata Willie masih ada rasa peduli sama dia.

“Makasih ya kak” ucap Mentari sambil tersenyum manis pada Willie.

“Cantik” gumam Willie lirih.

Kemudian ia langsung saja mengelengkan kepalanya dan menatap datar pada Mentari.

Willie langsung saja berjalan keluar dan menutup kembali pintu ruangan tersebut dengan sangat rapat. Willie berjalan menuju ke tempat kedua sahabatnya itu, melihat Gibran dan Geral yang sudah hampir selesai makan.       Langsung saja Willie berdiri di depan mereka berdua dengan wajah datar.

“Selesai makan kalian langsung pulang, gua masih ada urusan! Jadi nggak ada waktu untuk ngeladenin ocehan dan pertanyaan kalian berdua!”

“Mentari kok belum pulang juga Will?” tanya Geral sambil melihat ke arah dapur.

“Gua nggak tahu, kalau kalian mau ketemu tu anak cari aja di sekolah. Ini rumah gua bukan rumah dia” ujar Willie ketus.

“Iyaudah deh, besok gua kesini jemput Mentari” ujar Geral sambil tersenyum.

“Terserah lo!”

“Kita balik dulu, thanks makanan nya” ucap Gibran santai, ia langsung saja melangkah menuju ke luar dan diikutin oleh Geral.

Willie akhirnya dapat bernafas lega setelah mereka berdua benar-benar pulang. Kemudian Willie langsung menghampiri sang mama di taman belakang.

“Ma..”

“Iya kenapa?”

“Udah selesai kalian berempat makannya?” tanya Inggrit.

“Mereka aja yang makan” ujar Willie.

“Loh kamu sama Mentari nggak makan?” tanya Inggrit bingung.

“Nanti…”

“Aku mau ngomong sama mama!”

“Mau ngomong apa sih Will, kok kayak serius banget gitu” ujar Inggrit.

“Kenapa mama suruh mereka berdua tadi masuk sih? Dan kenapa juga mama hampir keceplosan tentang Mentari.”

“Aku sama Mentari udah sepakat untuk tidak memberi tahu siapa pun tentang pernikahan kita berdua!” jelas Willie.

“Bukannya kata bik Sumi Gibran pernah nganterin Mentari pulang sekolah ke sini!”

“Iya ma, tapi Tari ngakunya dia sebagai ponakan dari salah satu bibik disini yang numpang” jelas Willie.

“Yaudah deh mama minta maaf, besok nggak keceplosan lagi.”

“Jadi sekarang Mentari dimana? Kamu suruh dia sembunyi dimana Will?” tanya Inggrit.

“Di ruang perpustakaan, lagi melukis” ucap Willie santai.

“Kenapa nggak kamu suruh aja dia ke kamar mama tadi.”

“Masih mending aku suruh dia sembunyi di perpustakaan, dari pada aku sembunyiin di lubang semut!”

“Asal saja kamu kalau ngomong!” bentak Inggrit.

“Iya habisnya, aku udah sembunyiin Mentari aja mama hampir keceplosan!”

“Iyakan mama nggak tahu. Kamu baru bilang sama mama sekarang, jadi salah kamulah itu semua!”

Willie hanya menatap mamanya malas, karena percuma juga ngebantah ucapan mamanya itu, karena pasti ujungnya dia yang bakalan disalahin.

Willie langsung saja bangkit dan melangkahkan kaki masuk kembali ke dalam rumah. Dia menuju ke tempat Mentari berada.

“Belum selesai juga lukisan lu?” tanya Willie,, ia duduk di sebelah Mentari.

“Sudah 98 persen kak, dan sebentar lagi siap” ujar Mentari.

“Bagus juga lukisan lu” puji Willie.

“Makasih kak” Mentari menoleh pada Willie sambil tersenyum.

Kemudian Willie berjalan kearah jendela dan menatap keluar. Malam ini banyak sekali bintang bertebaran di langit menunjukan keindahan nya dengan kilauan cahaya mereka.

Mentari menghampiri Willie dan berdiri di sebelah cowok itu.

“Cantik ya kak” ucap Mentari sambil fokus menatap bintang-bintang tersebut.

Willie langsung menoleh pada Mentari yang tengah tersenyum manis menatap langit, kemudian ia tersenyum melihat wajah gadis itu yang seperti bersinar.

“Iya” ucap Willie sambil menatap Mentari.

Karena merasa dirinya diperhatikan oleh cowok di samping nya, Mentari langsung saja menoleh pada Willie.

“Kakak kenapa lihatin aku kayak gitu?” tanya Mentari polos.

“Nggak, siapa juga yang lihatin lu!” ucap Willie, ia berusaha untuk tidak gugup karena ketahuan menatap gadis itu.

“Tar,, gua ada rencana!”

“Rencana apa kak?”

“Gimana kalau kita pindah ke apartemen gua yang dibeliin papa waktu ulang tahun!”

Mentari terdiam, ia terkejut kenapa cowok itu ingin pindah ke apartemen! Mentari tidak ingin berfikir yang negatif terhadap suaminya itu, siapa tahu dia memiliki niat yang baik.

“Kenapa kita harus pindah ke sana kak? Memangnya kalau tetap disini ada masalah ya kak?”

“Nggak papa, gua hanya ingin bebas dari aturan dan tekanan papa, mama!” ujar Willie.

“Kakak pasti merasa tertekan karena kehadiran aku kan” celetuk Mentari.

Membuat Willie langsung saja menoleh pada gadis itu dengan tatapan tajamnya.

“Bukan, gua nggak mau kejadian kayak tadi terulang kembali!”

“Kalau kita pindah ke apartemen gua bisa menghandel mereka berdua. Gibran dan Geral memang sering main kesini tanpa memberitahu gua terlebih dahulu.”

“Makanya gua fikir kita harus pindah aja!” Willie menatap Mentari dalam.

“Kalau itu mau kakak, aku ngikut aja. Kakak kan suami aku, jadi apapun itu keputusan kakak, Tari nggak akan membantahnya” ujar Mentari.

“Kenapa lu segitu nurut apa kata gua sih?” tanya Willie heran.

“Kalau gua suruh lu terjun ke jurang saat ini lu bakalan turutin juga?”

“Ayah selalu bilang sama aku, kalau suatu saat aku sudah menikah, apapun ucapan dan permintaan suami harus diturutin. Karena sebagai seorang istri kita harus berbakti sama suami” jelas Mentari.

Willie tertampar dengan ucapan yang disampaikan oleh Mentari, gadis ini begitu baik dan lembut. Sangat tidak pantas untuk dirinya yang banyak kekurangan ini.

Bersambung…

1
Kyo Miyamizu
Wuih, plot twistnya dapet banget sampe gak tau mau bilang apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!